Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kriteria Guru yang dapat dijadikan rujukan dalam Ilmu Agama

 KRITERIA GURU  YANG DAPAT DIJADIKAN RUJUKAN DALAM MENGAMBIL ILMU AGAMA


Ulama' Salaf Berpesan:

" إن هذا العل م دين فانظروا عمن تأخذون دينكم ".

Maknanya: "Sesungguhnya ilmu agama adalah bagian dari agama, maka perhatikanlah dari siapa engkau mengambil agamamu". Demikian nasihat salah seorang ulama' salaf, Imam Ibnu Sirin, seorang ulama' terkemuka di kalangan generasi tabi'in.

Berikut ini adalah sebagian tips singkat bagaimana memilih seorang guru/murabbi/kiai/ustadz-ustadzah yang benar; lurus aqidah & ajarannya yang layak kita timba & ambil pokok-pokok ilmu agama darinya. Di antara kriteria tersebut adalah:

1. Beraqidah Ahlussunnah wal Jama'ah

Ciri-cirinya: 

Meyakini Allâh berbeda dengan makhluk, Allâh tidak dapat dibayangkan, tidak menempati tempat dan arah, Maha suci dari ukuran dan bentuk; meyakini Allâh Pencipta segala sesuatu; meyakini Muhammad bin Abdillâh adalah Nabi dan Rasul yang terakhir; tidak mengkafirkan pelaku dosa besar, selama ia tidak meyakini kehalalannya; tidak membid'ah dhalalahkan perayaan maulid nabi; membolehkan ziarah ke makam para wali; membolehkan tabarruk dan tawassul; meyakini kekekalan surga dan neraka; dan lain sebagainya.

2. Memiliki sanad keilmuan yang bersambung sampai Rasulullâh

Ciri-cirinya:

Ia memiliki guru, gurunya punya guru, dan begitu seterusnya; ia tidak belajar kepada google, internet dan medsos; ia tidak belajar ilmu agama secara otodidak tanpa bimbingan seorang guru.

3. Rabbâni

Ciri-cirinya: 

Mengajarkan ilmu agama yang ringkas sebelum yang luas; mengajarkan kitab-kitab yang ringkas terlebih dahulu lalu menengah kemudian disusul setelahnya tingkat lanjut; mengajarkan ilmu agama setahap demi setahap.

4. Tidak berfatwa tanpa ilmu

Ciri-cirinya:

Tidak gengsi mengatakan "saya tidak tahu; LAA ADRII" ketika ditanya mengenai ilmu agama yang tidak ia ketahui.

5. Mukhlish 

yaitu mengajarkan ilmu agama semata-mata bertujuan mengharap ridha Allâh, bukan untuk kepentingan duniawi.

Ciri-cirinya: 

Tidak meminta-minta imbalan ketika mengajar untuk kepentingan pribadinya; tidak mematok tarif ketika berceramah, atau semacamnya.

5. Tegas pada tempatnya dan lembut pada tempatnya

Ciri-cirinya:

Bersikap tegas dalam masalah prinsip-prinsip aqidah atau hukum yang telah disepakati para ulama, jika ada orang yang menyalahinya. bersikap lunak, lembut dan toleran terhadap orang-orang yang berbeda pendapat dengannya dalam masalah-masalah yang diperselisihkan di kalangan para ulama.

6. Rendah hati dan tidak sombong

Ciri-cirinya:

Mau menerima kebenaran, meskipun disampaikan oleh orang yang lebih muda usianya, atau lebih sedikit ilmunya; tidak menganggap dirinya sebagai orang yang paling banyak ilmunya, menganggap paling 'alim di antara yang lain ; mau mendengarkan masukan, kritikan dan menerima dengan lapang dada, mau dikoreksi kesalahannya, walaupun di hadapan publik;  bersedia untuk bekerja sama dengan siapapun atau diperintah oleh siapapun, untuk kemashlahatan dakwah dan agama (memiliki sikap hati).

Jadi, Salah satu adab dan syarat yang paling penting dalam menuntut ilmu ialah mengetahui sumber pengambilan ilmu yang benar dan memahami siapa yang pantas dijadikan sebagai rujukan dalam menimba ilmu agama.

Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam berpesan kepada Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma: 

"Wahai Ibnu Umar, agamamu ! agamamu ! Ia adalah darah dan dagingmu. Maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambilnya. Ambillah dari orang-orang yang istiqomah (terhadap sunnah), dan jangan ambil dari orang-orang yang melenceng (dari sunnah)." [Al-Kifaayah fii ’Ilmir-Riwayah oleh Al-Khathib hal. 81, Bab Maa Jaa-a fil-Akhdzi 'an Ahlil-Bida’ wal-Ahwaa’ wa Ihtijaaj bi-Riwayaatihim, Maktabah Sahab]

Sunnah yang dimaksud adalah Akidah dan Hukum hukum Agama.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata:

انظروا عمن تأخذون هذا العلم فإنما هو الدين

"Lihatlah dari siapa kalian mengambil ilmu ini, karena ia adalah dien/agama."

Begitu juga Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

"Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian." [Diriwayatkan oleh Muslim dalam muqaddimah kitab Shahihnya, 1/7 Maktabah Sahab]

Imam Ibrohim An-Nakho’i rahimahullah berkata: 

"Dahulu, jika mereka ingin mengambil (ilmu agama) dari seseorang, mereka (lebih dahulu) melihat kepada shalatnya, kepada penampilan lahirnya, dan kepada perhatiannya terhadap sunnah."[Al-Jarhu Wat Ta’dil libni Abi Hatim 2/29]

Imam Malik rahimahullah berkata: 

"Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang: 1) Orang bodoh yang nyata kebodohannya, 2) Shahibu hawa’ (ahlul bid’ah) yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya, 3) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, 4) Seorang yang mulia dan shalih yang tidak mengetahui hadits yang dia sampaikan." [At Tamhid, karya Ibnu Abdil Barr, 1/66, dinukil dari Min Washayal Ulama, 19]

Posting Komentar untuk "Kriteria Guru yang dapat dijadikan rujukan dalam Ilmu Agama"