Awas Aliran Mujassimah Al Muqatiliyyah
Al-Muqatiliyyah
PERINGATAN!!
Sebelum Membaca Lebih lanjut, Kalian harus paham terlebih dahulu aqidah Tanzih, Aqidah yang mensucikan Allah dari sesuatu apapun. Memahami bahwa Allah Ada Tanpa Tempat. Allah tidak Jism. Jadi jika Anda belum memahami ini, sebaiknya ditutup saja halaman ini.
Al-Muqatiliyah adalah pengikut Abu al-Hasan Muqatil bin Sulaiman al-Balkhi (wafat 150 H) ¹. Muqatil bin Sulaiman sangat memperhatikan ilmu tafsir, sampai-sampai diriwayatkan dari Ibn al-Mubarak bahwa dia berkata ²:
«ما أحسن تفسير مقاتل لو كان ثقة اهـ.
"Sungguh bagus tafsir Muqatil jika saja dia dapat dipercaya (tisqah)".
Muqatil memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang tafsir dan sangat ujub (berbangga diri) dengan banyaknya pengetahuan yang telah dikumpulkannya. Sampai-sampai dia pernah duduk di majelisnya dan berkata ³:
سلوني عما دون العرش ! فقال له رجل: آدم حين حج من حلق رأسه ؟ فقال : ليس هذا من عملكم، ولكن الله أراد أن يبتليني بما أعجبتني نفسي اهـ.
"Tanyakanlah kepadaku tentang segala sesuatu yang ada di bawah Arsy!' Lalu seorang laki-laki bertanya kepadanya: 'Bagaimana dengan Adam ketika melaksanakan ibadah haji siapa mencukur kepalanya?' Muqatil menjawab: 'Ini bukanlah urusan kalian, tetapi Allah ingin menguji saya dengan sesuatu yang membuat saya merasa bangga dengan diri sendiri".⁴
Namun, para ahli hadits tidak begitu antusias dengan banyaknya pengetahuan yang dikumpulkan oleh Muqatil, bahkan mereka enggan meriwayatkan hadits darinya karena kelemahan dalam periwayatannya dan karena dia menampakkan ajaran tajsim (penyerupaan Allah dengan makhluk).
Imam Asy'ari telah menyebutkan ⁵:
حكي عن أصحاب مقاتل قوله: إن الله جسم، وإن له جثة، وإنه على صورة الإنسان لحم ودم وشعر وعظم وجوارح وأعضاء من يد ورجل ورأس وعينين مصمت، وهو مع ذلك لا يشبه غيره ولا يشبهه غيره اهـ.
"Diceritakan dari pengikut Muqatil tentang perkataannya: "Sesungguhnya Allah adalah jism (bentuk 3 dimensi) dan memiliki bentuk fisik, dan sesungguhnya Dia berbentuk seperti manusia, memiliki daging, darah, rambut, tulang, anggota badan, dan organ-organ seperti tangan, kaki, kepala, dan dua mata, tak berongga. Meski demikian, Dia tidak menyerupai selain-Nya dan selain-Nya tidak ada yang menyerupai-Nya'."
Salah satu riwayat Muqatil bin Sulaiman yang berkaitan dengan Tajsim (penyerupaan Allah dengan makhluk) adalah seperti yang diriwayatkan oleh Adz-Dzahabi dengan sanadnya dari Muqatil, dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, bahwa dia berkata ⁶:
إذا كان يوم القيامة ينادي مناد: أين حبيب الله؟ فيتخطى - أي النبي محمد ﷺ بزعمهم - صفوف الملائكة حتى يصير إلى العرش حتى يجلسه معه على العرش حتى يمس ركبته اهـ
"Di hari kiamat, akan ada penyeru yang memanggil: 'Di manakah kekasih Allah?' Maka (menurutnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam) akan melangkahi shaf-shaf malaikat hingga sampai ke Arsy, lalu Allah mendudukkannya bersama-Nya di atas Arsy, hingga lututnya bersentuhan (dengan Allah)." Na'udzubillah.
Hal yang menarik adalah bahwa Ibnu Taimiyah mencoba untuk menyangkal penisbatan Tajsim kepada Muqatil bin Sulaiman. Ibn Taimiyah menyatakan ⁷:
وأما مقاتل فالله أعلم بحقيقة حاله، والأشعري ينقل هذه المقالات من كتب المعتزلة، وفيهم انحراف عن مقاتل بن سليمان فلعلهم زادوا في النقل عنه، أو نقلوا عن غير ثقة، وإلا فما أظنه يصل إلى هذا الحد، ومقاتل بن سليمان وإن لم يكن يحتج به في الحديث، لكن لا ريب في علمه بالتفسير وغيره اهـ.
"Adapun Muqatil, maka Allah yang lebih mengetahui tentang hakikat keadaan dirinya. Al-Asy'ari menukil pendapat-pendapat ini dari kitab-kitab Mu'tazilah, dan mereka memiliki kecenderungan untuk memutarbalikkan informasi tentang Muqatil bin Sulaiman. Maka mungkin saja mereka menambahkan dalam penukilan dari Muqatil atau menukil dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Jika tidak, maka saya tidak menyangka Muqatil akan sampai pada tingkat seperti itu. Muqatil bin Sulaiman, meskipun riwayatnya tidak dapat dijadikan hujjah dalam hadits, namun tidak diragukan lagi tentang pengetahuannya dalam bidang tafsir dan lainnya."
Dan dikatakan bahwa penisbatan Tajsim kepada Muqatil bin Sulaiman tidak hanya dilakukan oleh Mu'tazilah saja. Al-Khatib al-Baghdadi ⁸ telah meriwayatkan dengan sanadnya dari Ahmad bin Sayyar ⁹ bahwa dia berkata :
«مقاتل متروك الحديث، كان يتكلم في الصفات بما لا تحل الرواية عنه اهـ
"Muqatil adalah seorang yang ditinggalkan riwayatnya ¹⁰, karena dia berbicara tentang sifat-sifat Allah dengan hal-hal yang tidak halal diriwayatkan darinya."
Al-Khatib al-Baghdadi juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Imam Ahmad bin Hanbal bahwa dia berkata ¹¹:
مقاتل بن سليمان كانت له كتب ينظر فيها اهـ.
"Muqatil bin Sulaiman memiliki kitab-kitab yang dia jadikan rujukan."
Sementara itu, Ibnu Hibban mengatakan ¹²:
«كان يأخذ عن أهل الكتاب علم القرآن الذي يوافق كتبهم، وكان مشبها يشبه الرب بالمخلوقين، وكان يكذب مع ذلك في الحديث اهـ.
"Muqatil bin Sulaiman mengambil ilmu Al-Qur'an dari Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang sesuai dengan kitab-kitab mereka, dan dia adalah musyabbih yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Selain itu, dia juga berdusta dalam hadits."
Adz-Dzahabi mengatakan ¹³:
ظهر بخراسان الجهم بن صفوان ودعا إلى تعطيل صفات الله عز وجل، وظهر في خراسان في قبالته مقاتل بن سليمان المفسر وبالغ في إثبات الصفات حتى جسم، وقام على هؤلاء علماء التابعين وأئمة السلف وحذروا من بدعهم اهـ.
"Di Khurasan muncul Jahm bin Shafwan yang menyerukan paham ta'thil (mengingkari sifat-sifat Allah, Paham Ateis). Sementara itu, di Khurasan juga muncul Muqatil bin Sulaiman, seorang ahli tafsir yang berlebihan dalam menetapkan sifat-sifat Allah hingga terjatuh pada Tajsim (penyerupaan Allah dengan makhluk). Para ulama tabi'in dan imam salaf bangkit untuk melawan mereka berdua dan memperingatkan umat dari bid'ah-bid'ah mereka."
Ibn Taimiyah menggunakan Muqatil bin Sulaiman sebagai rujukan dalam bidang tafsir, namun Adz-Dzahabi tidak membebaskan Muqatil dari tuduhan Tajsim (penyerupaan Allah dengan makhluk) hanya karena keilmuannya dalam tafsir. Adz-Dzahabi mengatakan ¹⁴:
قد لطخ بالتجسيم مع أنه كان من أوعية العلوم بحرا في التفسير اهـ
"Muqatil telah ternodai dengan akidah Tajsim, meskipun dia adalah seorang yang memiliki pengetahuan yang luas dan ahli dalam bidang tafsir."
Selain itu, Al-Khatib al-Baghdadi juga meriwayatkan dalam kitab "Tarikh Baghdad" bahwa Muqatil bin Sulaiman mengumpulkan tafsir-tafsir orang lain dan kemudian mengklaimnya sebagai miliknya sendiri, serta meriwayatkan tafsir tersebut tanpa mendengarnya langsung dari sumbernya. Ini menimbulkan keraguan tentang keaslian dan keilmuan Muqatil dalam bidang tafsir ¹⁵.
Setelah penjelasan ini, maka kami katakan: Sesungguhnya keinginan mereka untuk membersihkan Muqatil dari akidah Tajsim yang mereka nisbatkan secara dusta kepada salaf, sementara Muqatil sendiri berbicara tentang penetapan bentuk bagi Allah (na'udzubillah) dan Allah duduk di atas Arsy, sesungguhnya hal ini menunjukkan kerusakan keyakinan mereka dan keburukan tujuan mereka.
Catatan:
¹ Muqatil bin Sulaiman yang dimaksud bukanlah Abu Sulaiman Muqatil bin Sulaiman bin Maimun (أبي سليمان مقاتل بن سليمان بن ميمون) yang mana Hammad bin Walid al-Azdi pernah meriwayatkan hadits darinya. Menurut Ibn Hajar dalam kitab Tahdzib, 10/245:
وهو متأخر في الطبقة عن مقاتل المشهور اهـ
"Muqatil bin Sulaiman yang kedua ini termasuk dalam thobaqot tabi'in yang lebih akhir dan berbeda dengan Muqatil yang terkenal". Kitab "Al-Fawaid" karya Abu al-Qasim al-Razi (halaman 49), Kitab "Al-Dhu'afa' wa al-Matrukin" karya Ibn al-Jawzi (jilid 1, halaman 137). Jadi berbeda orang namun dengan nama yang hampir sama.
Muqatil bin Sulaiman juga berbeda dengan Muqatil bin Hayyan Abu Bastham al-Nabati (مقاتل بن حيان أبي بسطام النبطي). Muqatil bin Hayyan memiliki sebuah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim. Imam Adz-Dzahabi menulis biogafinya dalam kitab Siyar A'lam an-Nubala' (6/340) dan mengatakan bahwa:
توفي في حدود الخمسين ومائة، وعاش مقاتل المفسر الضعيف بعده أعوامًا» اهـ
"Muqatil bin Hayyan wafat sekitar tahun 50 Hijriyah. Sementara itu, Muqatil bin Sulaiman yang merupakan seorang mufassir dan dinilai dhaif (lemah) sebagai perawi, hidup bertahun-tahun setelah Muqatil bin Hayyan wafat".
Lihat biografinya dalam kitab Al-Tarikh al-Kabir, Imam al-Bukhari, 8/13.
Penting!!
Perlu diperhatikan bahwa sebagian orang yang membela kelompok Mujassimah (yang meyakini Allah memiliki bentuk fisik) memanfaatkan kesamaan nama ini untuk membebaskan Muqatil bin Sulaiman dari tuduhan Mujassimah, seperti yang dilakukan oleh As-Saksaki dalam kitab Al-Burhan fi Ma'rifati 'Aqaid ahl al-Adyan (halaman 40). Oleh karena itu, perlu ditegaskan dan dibedakan antara kedua tokoh yang memiliki nama yang mirip ini untuk menghindari kesalahpahaman.
² Tarikh Baghdad, Al-Khatib al-Baghdadi, jilid 13, halaman 163, Tahdzib al-Kamal, Al-Mizzi, jilid 28, halaman 431, Mizan al-I'tidal, Adz-Dzahabi, jilid 4, halaman 173.
³ Al-Tarikh al-Kabir, Al-Bukhari, jilid 8, halaman 14, Al-Jarh wa al-Ta'dil, Ibn Abi Hatim, jilid 7, halaman 345, Mizan al-I'tidal, Adz-Dzahabi, jilid 4, halaman 172, Adz-Dzahabi juga menyebutkan dalam kitab Siyar A'lam an-Nubala' (7/202) bahwa:
أجمعوا على تركه اهـ
"Para ulama telah sepakat untuk meninggalkan riwayat Muqatil bin Sulaiman".
⁴ Kitab "Tarikh Baghdad" karya Al-Khatib al-Baghdadi, jilid 13, halaman 163.
⁵ Kitab "Al-Bada'i wa al-Tarikh" karya Al-Maqdisi, jilid 5, halaman 141.
⁶ Kitab "Tarikh Baghdad" karya Al-Khatib al-Baghdadi, jilid 13, halaman 162. Hadits ini adalah hadits palsu sebagaimana yang ditegaskan oleh Adz-Dzahabi dalam kitab "Mizan al-I'tidal", jilid 4, halaman 174.
⁷ Kitab "Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah" karya Ibn Taimiyah, jilid 2, halaman 618.
⁸ Kitab "Tarikh Baghdad" karya Al-Khatib al-Baghdadi, jilid 13, halaman 162. Kitab "Al-Muntazham" karya Ibn al-Jawzi, jilid 8, halaman 126.
⁹ Ahmad bin Sayyar Abu al-Hasan al-Marwazi adalah seorang imam muhaddits pada zamannya, yang dikenal sebagai wadah ilmu yang luas, disertai dengan kezuhudan, kemuliaan akhlak, dan ibadahnya yang kuat. Ad-Daraqutni telah menilai dia sebagai seorang yang tsiqah (dapat dipercaya). Ahmad bin Sayyar hidup selama 70 tahun dan wafat pada tahun 268 Hijriyah. Referensi tentang dirinya dapat ditemukan dalam kitab: Tadzkirah al-Huffaz karya Adz-Dzahabi, jilid 1, halaman 254. Thabaqat asy-Syafi'iyyah al-Kubra karya As-Subki, jilid 2, halaman 193.
¹⁰ Al-Munawi mengatakan:
الحديث المتروك من أقسام المردود، وهو ما يكون بسبب تهمة الراوي بالكذب اهـ.
"Hadits matruk (yang ditinggalkan) adalah salah satu jenis hadits mardud (yang tertolak), yaitu hadits yang tertolak karena adanya tuduhan terhadap perawi bahwa dia adalah pendusta."
Al-Yawaqit wa al-Durar fi Syarh Nukhbah Ibn Hajar" karya Al-Munawi, jilid 1, halaman 139.
¹¹ Kitab "Tarikh Baghdad" karya Al-Khatib al-Baghdadi, jilid 13, halaman 162.
¹² Al-Majruhun" karya Ibn Hibban (2/15), At-Ta'dil wat-Tajrih" karya Al-Baji (1/197), Kitab al-Dhu'afa' wal-Matrukin" karya Ibn al-Jawzi (1/136), Wafayat al-A'yan" karya Ibn Khallikan (5/255).
¹³ Kitab "Tadzkirah al-Huffaz" karya Adz-Dzahabi, jilid 1, halaman 120.
¹⁴ Kitab "Tadzkirah al-Huffaz" karya Adz-Dzahabi, jilid 1, halaman 130.
¹⁵ "Tarikh Baghdad" karya Al-Khatib al-Baghdadi, jilid 13, halaman 162. "Al-Muntazham" karya Ibn al-Jawzi, jilid 8, halaman 126. "Tahdzib al-Kamal" karya Al-Mizzi, jilid 28, halaman 436.
Sumber: Kitab Allah Laisa Jisman h. 314-317.
Posting Komentar untuk "Awas Aliran Mujassimah Al Muqatiliyyah"