Tafsir Ayat Aqidah Surat An-Nisa' 164
TAFSIR AYAT AQIDAH
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِیمࣰا
*Penjelasan*:
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memiliki sifat kalam. Sebagaimana sifat-sifat Allah yang lainnya, sifat kalam Allah itu azaliy (tidak berpermulaan) dan abadiy (tidak berpenghabisan). Karena itu, *kalam Allah bukan bahasa, bukan huruf dan juga bukan suara.* Allah memperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi ini kepada Nabi Musa 'alayhissalam, sehingga nabi Musa bergelar Kaliimullah. Selain nabi Musa, seorang nabi yang pernah diperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi adalah nabi Muhammad ﷺ ketika beliau mi'raj.
Maf'ul muthlaq (تكليما) pada ayat ini *menolak dan membantah* anggapan kelompok mu'tazilah bahwa ayat tersebut harus dimaknai majaz.
Karena kelompok mu'tazilah yang sering disebut dengan kelompok mu'ththilah (kelompok yang menafikan sifat) meyakini bahwa Allah tidak memiliki sifat kalam dan sifat-sifat lainnya.
Menurut mereka (yang sesat ini), makna ayat ini adalah bahwa Allah menciptakan kalam pada sebuah pohon dan nabi Musa mendengar kalam itu dari pohon tersebut.
Al Imam Abu Hanifah Radliyallahu anhu dalam kitab al Fiqh al Akbar berkata:
والله يتكلم لا بآلة وحرف ونحن نتكلم بآلة وحرف
"Allah berfirman tidak dengan alat dan huruf, sedangkan kita berkata dengan alat dan huruf"
Perkataan al Imam Abu Hanifah ini membantah Aqidah Wahhabi yang meyakini bahwa kalam Allah itu baharu, berupa bahasa, huruf dan suara.
*Perhatian*
Rasulullah ﷺ mendengar kalam Allah ketika beliau berada di atas langit ke tujuh, dan itu tidak menunjukan bahwa Allah bertempat di atas langit ke tujuh. Sebagaimana nabi Musa, beliau mendengar kalam Allah, ketika beliau berada di bumi, di bukit Thursaina, dan itu juga tidak menunjukkan bahwa Allah ada di bumi. Karena keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah, *ALLAH ADA TANPA TEMPAT*.
Posting Komentar untuk "Tafsir Ayat Aqidah Surat An-Nisa' 164"