Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perkara Yang Tertinggal dalam Shalat

JUMLAH REKAAT SHALAT FARDHU DAN TATA CARA SHOLAT BAGI ORANG YANG TIDAK MAMPU

(فصل) وركعات الفرائض سبعة عشر ركعة : فيها أربع وثلاثون سجدة وأربع وتسعون تكبيرة وتسع تشهدات وعشر تسليمات ومائة وثلاث وخمسون تسبيحة. وجملة الأركان في الصلاة مائة وستة وعشرون ركنا: في الصبح ثلاثون ركنا وفي المغرب اثنان وأربعون ركنا وفي الرباعية أربعة وخمسون ركنا. ومن عجز عن القيام في الفريضة صلى جالسا ومن عجز عن الجلوس صلى مضطجعا. 

Jumlah rekaat sholat fardhu


Jumlah rekaat sholat fardhu dalam sehari semalam pada saat sholat di rumah (tidak dalam perjalanan) selain hari Jum’at adalah tujuh belas rakaat. Dengan perincian empat rekaat masing-masing dari sholat Dzuhur, 'Ashar dan Isya', serta tiga rekaat sholat Maghrib dan dua rekaat sholat Subuh.

Sedangkan untuk hari Jum’at, maka jumlah rekaat sholat fardhu pada hari itu adalah lima belas rekaat.

Adapun jumlah rekaat sholat dalam sehari semalam saat bepergian bagi orang yang melakukan sholat qashar adalah sebelas rekaat.

Di dalam tujuh belas rekaat tersebut terdapat tiga puluh empat (34) sujud, sembilan puluh empat (94) takbir, sembilan (9) tasyahhud, sepuluh (10) salam, dan seratus lima puluh tiga (153) bacaan tasbih. 

Dan jumlah rukun di dalam sholat ada seratus dua puluh enam (126) rukun, yaitu tiga puluh (30) rukun di dalam sholat Subuh, empat puluh dua (42) rukun di dalam sholat Maghrib, dan lima puluh empat (54) rukun di dalam sholat empat rakaat”.

Tata cara sholat bagi orang yang tidak mampu

Barangsiapa tidak mampu berdiri saat melaksanakan sholat fardhu karena ada hal berat yang ia alami saat berdiri, maka ia diperkenakankan sholat dengan duduk sesuai posisi yang ia kehendaki.

Akan tetapi duduk _iftirasy_ di waktu posisi berdiri lebih utama dari pada duduk _tarabbu’_ (bersila) menurut pendapat yang paling kuat.

Dan barangsiapa tidak mampu sholat dengan duduk, maka diperkenankan sholat dengan tidur miring.

Jika tidak mampu sholat dengan tidur miring, maka diperkenankan sholat dengan terlentang di atas punggung dan kedua kaki menghadap kiblat. 

Apabila tidak mampu sholat kecuali dengan cara menelungkup di atas wajahnya, maka diperkenankan sholat dengan keadaan seperti itu dengan mengangkat kepala jika memungkinkan dan memberi isyarah dengan kepala saat ruku' dan sujud. Dan isyarah saat sujud lebih rendah daripada isyarah saat ruku'.

Jika tidak mampu melakukan semua itu, maka hendaknya ia memberi isyarah dengan mata dan niat di dalam hati.

Dan wajib bagi seseorang yang sholat dengan terlentang di atas punggungnya untuk menghadap kiblat dengan wajah dengan meletakkan sesuatu di bawah kepalanya dan memberi isyarah dengan kepala saat ruku’ dan sujud.

Jika tidak mampu memberi isyarah dengan kepala, maka hendaknya ia memberi isyarah dengan kedipan mata.

Kemudian jika tidak mampu memberi isyarah dengan hal-hal tersebut, maka ia harus menjalankan rukun-rukun sholat di dalam hati. Dan tidak diperkenankan meninggalkan sholat selama akalnya masih ada.

Seseorang yang sholat dengan posisi duduk, maka ia tidak wajib _mengqadha’_ sholat dan pahalanya tidak berkurang, karena sesungguhnya ia adalah orang yang memiliki udzur.

Adapun sabda Baginda Nabi Muhammad _shallallahu 'alaihi wa sallam_ : 

ﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ ﻓَﻠَﻪُ ﻧِﺼْﻒُ ﺃَﺟْﺮِ ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻢِ ﻭَﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﻧَﺎﺋِﻤًﺎ ﻓَﻠَﻪُ ﻧِﺼْﻒُ ﺃَﺟْﺮِ ﺍﻟْﻘَﺎﻋِﺪِ

Maknanya : _“Barangsiapa melakukan sholat dengan posisi duduk, maka ia mendapatkan separuh pahala orang yang sholat dengan berdiri. Dan barang siapa melakukan sholat dengan tidur, maka ia mendapatkan separuh pahala orang yang sholat dengan duduk.”_ _*(H.R. Imam Al-Bukhari)*_ 

Maka maksudnya adalah orang yang melakukan sholat sunnah dan ia dalam keadaan mampu untuk berdiri dan duduk.

PERKARA YANG TERTINGGAL DALAM SHOLAT 

(فصل) والمتروك من الصلاة ثلاثة أشياء : فرض وسنة وهيئة. فالفرض لا ينوب عنه سجود السهو بل إن ذكره والزمان قريب أتى به وبنى عليه وسجد للسهو. والسنة لا يعود إليها بعد التلبس بالفرض لكنه يسجد للسهو عنها. والهيئة لا يعود إليها بعد تركها ولا يسجد للسهو عنها وإذا شك في عدد ما أتى به من الركعات بنى على اليقين وهو الأقل وسجد للسهو. وسجود السهو سنة ومحله قبل السلام.

Perkara yang tertinggal dalam shalat ada tiga yaitu _fardhu,_ yang disebut juga dengan _rukun,_ sunnah ab’ad dan sunnah haiat kedua hal ini bukan termasuk perkara _fardhu._

1) Fardhu atau Rukun. Perkara fardhu yang ditinggalkan tidak bisa digantikan dengan sujud sahwi.

Bahkan ketika ia ingat telah meninggalkan fardhu, dan posisinya masih di dalam sholat, maka wajib baginya untuk melakukan fardhu yang telah ditinggalkan dengan begitu sholatnya telah selesai. 

Atau ia ingat telah meninggalkan fardhu setelah mengucapkan salam dan masanya masih relatif sebentar, maka wajib baginya untuk melakukan fardhu yang ditinggalkan dan meneruskan apa yang tersisa dari sholatnya, serta disunnahkan melakukan sujud sahwi.

Sujud sahwi hukumnya adalah sunnah. Dan sujud sahwi dilakukan adakalanya ketika meninggalkan sunnah-sunnah ab'ad yang diperintahkan untuk melaksanakannya atau ketika melakukan perkara yang dilarang di dalam sholat seperti menambah ruku' dan sujud dalam keadaan lupa. Adapun menambah ruku' dan sujud dengan sengaja, maka sholatnya batal.

2) Sunnah Ab'ad. Apabila sunnah ab'ad ditinggalkan oleh orang yang sholat, maka ia tidak diperkenankan untuk kembali melakukan sunnah tersebut setelah ia dalam posisi melakukan perkara fardhu berikutnya.

Sehingga, barang siapa semisal meninggalkan _tasyahhud awal,_ kemudian ia teringat setelah dalam posisi berdiri tegak (rekaat ketiga), maka tidak diperkenankan untuk kembali ke posisi _tasyahhud._

Jika ia kembali ke posisi tasyahhud dalam keadaan tahu akan keharamannya, maka sholatnya batal.

Atau dia kembali ke posisi tasyahhud dalam keadaan lupa bahwa ia sedang melakukan sholat, atau tidak tahu akan keharamannya, maka sholatnya tidak batal namun ia harus berdiri ketika sudah ingat.

Jika ia adalah seorang makmum,_ maka wajib kembali keposisi _tasyahhud_ karena untuk mengikuti _imam._

Akan tetapi disunnahkan baginya untuk melakukan _sujud sahwi_ dalam permasalahan apabila ia tidak kembali ke posisi _tasyahhud_ saat meninggalkan _tasyahhud awal_ atau kembali ke posisi _tasyahhud_ dalam keadaan lupa.

3) Sunnah Haiat. Sunnah haiat seperti bacaan-bacaan tasbih dan kesunahan-kesunahan lainnya yang tidak diganti dengan _sujud sahwi_ apabila seseorang meninggalkannya, maka seseorang yang sholat tidak boleh kembali untuk melakukkannya. Dan juga tidak diperbolehkan melakukan _sujud sahwi_ karenanya, baik ia meninggalkan secara sengaja ataupun lupa.

Ketika seseorang yang sholat ragu-ragu di dalam jumlah rekaat yang ia lakukan, seperti orang yang ragu-ragu apakah ia telah melakukan tiga rekaat atau empat rekaat, maka wajib baginya untuk melakukan apa yang diyakini, yaitu jumlah yang terkecil seperti tiga rakaat di dalam contoh ini, dan ia wajib menambah satu rekaat dan disunnahkan melakukan _sujud sahwi._

Dugaan kuat bahwa ia telah melakuan empat rekaat tidak bisa dijadikan pegangan, dan ia juga tidak diperkenankan mengikuti ucapan orang lain yang mengatakan padanya bahwa ia telah melakukan empat rekaat, walaupun jumlah mereka mencapai jumlah _mutawatir_ (jumlah suatu kelompok yang tidak mungkin sepakat untuk berbohong).

Sujud sahwi hukumnya adalah sunnah dan tempat melakukannya adalah sebelum salam.

Jika seseorang yang sholat melakukan salam dengan sengaja dan ia tahu bahwa dianjurkan untuk melakukan _sujud sahwi,_ atau lupa namun masanya cukup lama secara _‘urf_ (kebiasaan orang pada umumnya), maka ia sudah tidak bisa mendapatkan kesunnahan _sujud sahwi._

Jika masanya relatif singkat secara _‘urf,_ maka ia masih bisa mendapatkan kesunnahan _sujud sahwi,_ dan saat itu ia diperkenankan untuk melakukan atau meninggalkan _sujud sahwi._

Posting Komentar untuk "Perkara Yang Tertinggal dalam Shalat"