Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KH. Dr. Kholilurrohman Lc, MA Kyai Muda Banyak Karya Tulis

BIOGRAFI K.H. DR. KHOLILURROHMAN LC, MA.


Beliau ini adalah kyai enerjik. Beliau sangat terampil dalam menulis, bahkan menulis kitab kuning. Beliau adalah seorang yang tawadlu'. Meskipun telah mengajar di mana-mana dan telah banyak pula karyanya, ia masih terus berusaha menimba ilmu dari para ulama dan habaib, karena merasa ilmunya masih sangat sedikit.

Banyak orang yang menggali ilmu-ilmu agama dari berbagai sumber yang ada. Mereka ibarat orang yang menggali sumur untuk mengambil air­nya. Jika air yang berada dalam sumur itu jer­nih, tentu jernih pula air yang me­reka da­patkan. Seandainya airnya ke­ruh, tentu keruh pula air yang mereka da­patkan, ke­cuali jika mereka mau ber­susah payah untuk menjernihkannya.

Begitulah pula orang yang mengam­bil ilmu agama dari sumur-sumurnya, yak­ni dari para ahlinya. Mereka akan men­da­pat­kan pengetahuan-pengetahu­an agama yang jernih, bersih, dan sesuai dengan ajar­an agama yang sesungguh­nya, apa­bila sumur-sumur yang mereka ambil air­nya itu adalah sumur yang jer­nih.

Orang yang menggali sumur, jika te­lah mendapatkan air yang jernih yang di­butuhkannya, akan merasa cukup de­ngan­­nya dan tak akan membuang waktu untuk menggali sumur-sumur yang lain. Berbeda dengan sumur pengetahuan, ter­masuk pengetahuan agama. Sese­orang, apalagi orang yang sangat hobi mencari ilmu, tak akan merasa cukup menggalinya dari satu sumur, se­banyak apa pun dan sejernih apa pun air yang terdapat di dalamnya.

Kemudian, orang yang menggali ilmu agama, baik dari satu sumur maupun dari berbagai sumur yang berbeda, ada yang memanfaatkan airnya untuk dirinya sen­diri, ada yang juga memanfaatkan­nya un­tuk orang-orang lain. Sebagian mereka mem­berikannya lewat kegiatan-kegiatan mengajar, sebagian lagi melalui karya-kar­ya yang dihasilkannya, dan tak sedikit pula dengan keduanya. Cara yang ter­akhir ini tentu manfaatnya lebih banyak dibandingkan hanya salah satu, dan ber­untunglah mereka yang melaku­kan itu.

Belajar, Mengajar dan Mengajar

Di antara mereka yang beruntung da­pat mengambil air dari banyak sumur yang berbeda, dan kemudian meman­faat­kannya bukan hanya untuk dirinya, me­lainkan untuk banyak orang dan di­lakukannya dengan berbagai cara, ada­lah KH. Kholilurrohman, Lc., M.A., kiai muda yang sederhana. Ia mengisi hari-harinya dengan mengabdi di kampus, mengajar kitab-kitab kuning di masjid, musholla, dan majelis-majelis ta’lim, ber­ceramah, serta menulis dan mener­je­mahkan berbagai buku, juga menulis di internet. Meskipun demikian, ia masih te­rus berusaha menimba ilmu dari para ula­ma dan habaib, karena merasa ilmu­nya masih sangat sedikit. Sikap yang seha­rus­nya dimiliki setiap penuntut ilmu.

Kyai Kholil, demikian ia biasa di­sapa, adalah tenaga pengajar/dosen (PNSl) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadits, yang sejak beberapa tahun terakhir ini diperbantukan di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.

Ia juga pengasuh pondok pesantren salaf, Nurul Hikmah Karang Tengah, Tangerang, Banten. Di pondok ini para santri mengkaji kitab kuning dan meng­hafal Al-Qur’an. Di pesantren non-formal ini, kini ada sekitar 100 orang santri yang belajar, kebanyakannya pulang-pergi. Di pondok inilah kyai Kholil lebih banyak menghabiskan waktunya.

Bersama adik-adiknya, ia juga meng­a­suh Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an khusus putri Darul Qur’an Pe­gaden Barat, Subang, Jawa Barat. Ka­rena kesibukan­nya di Tangerang dan Jakarta, hanya be­berapa hari dalam se­bulan ia berada di sana. Sehari-harinya pondok ini diasuh oleh adik-adiknya, yakni Ustadz H. Abdul Qadir al-Hafizh dan Ustadzah Ra’ihatul Jannah al-Hafizhah.

Di samping itu, kyai Kholil pun aktif mengajar kitab-kitab salaf (kitab kuning) di berbagai masjid, mushalla, dan majelis ta’lim, terutama di wilayah Kecamatan Ka­rang Tengah, Tangerang, seperti Ciledug, Meruya, Joglo, dan sekitarnya.

Produktif Karya Tulis

Di tengah-tengah kesibukannya meng­ajar dan kegiatan-kegiatan lain, kyai kholil se­lalu menyisihkan sebagian waktunya un­tuk melakukan sesuatu yang sangat ber­manfaat. Yakni, menulis berbagai buku maupun tulisan-tulisan singkat, juga menerjemahkan karya-karya ulama. Di usianya yang masih tergolong muda, telah banyak karya yang dihasilkannya.

Di antara karya-karyanya yang telah diterbitkan adalah 

  1. Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, 200 halaman (Syahamah Press, Jakarta, 2003), 
  2. Allah Ada Tanpa Tempat, 30 halaman (Syahamah Press Jakarta, 2002), 
  3. Membersihkan Nama Ibnu Arabi, Studi Komprehensif Tasawuf Rasulullah, 600 halaman (Fattah Arbah Banten, 2010), 
  4. Tafsir Istawa, Studi Kom­prehensif Tafsir Istawa, Allah Ada Tanpa Tempat, 186 halaman (Syahamah Press Jakarta, 2010), 
  5. Memahami Bid‘ah Secara Komprehensif, 90 halaman (Pustaka Fattah Arbah Banten, 2012),
  6. Meluruskan Distorsi dalam Ilmu Kalam, 600 halaman (Pustaka Fattah Arbah Banten, 2010),
  7. Mengungkap Kebenaran Aqidah Asy­‘ariy­yah, Meluruskan Distorsi Terhadap Abu Al-Hasan Al-Asy’ari, 278 halaman (Pustaka Ta‘awun Tangerang, 2012), 
  8. Al-Maqalat al-Jami‘ah Li Tahqiq Aqa-id Ahlissunnah wa al-Jama‘ah (Ber­bahasa Arab, diterbitkan secara terba­tas, materi tematis tentang poin-poin pen­ting dalam aqidah Ahlussunnah),
  9. Penjelasan Kom­prehensif dalam Men­sucikan Allah dari Arah dan Tempat (da­lam penerbitan pus­taka Ta’awun Tange­rang), 
  10. terjemahan dari kitab berjudul Ghayah al-Bayan fi Tanzihillah ‘an al-Jihah wa al-Makan”, terbitan Dar al Masyari’ Beirut, Lebanon.
  11. Al-Hafizh Ibnul Jawzi Membongkar Kesesatan Aqidah Tasybih (Terjemah Kitab Daf’u Syubah at-Tasybih Bi Akaff at-Tahzih), 250 ha­laman (Dalam pe­nerbitan Pustaka Ta’awun Tangerang),
  12. Al-Fara-id fi Hall Alfazh Jawharah at-Tawhid Min al-Fawa-id (Manuskrip/belum terbit, berbahasa Arab, sekitar 250 ha­laman), syarh bagi bait-bait Jawharah at Tauhid karya Syaikh Ibrahim Al-Laqqani.
  13. dan masih banyak lagi.

Ini di luar berbagai catatan lepas da­lam ratusan judul, termasuk dalam ben­tuk PDF dan E-book yang dapat di-down­load di internet. Para pembaca da­pat men-download gratis semua catat­annya di www. allahadatanpatempat. blogspot. com. Berbagai tulisannya juga dapat dilihat dalam grup facebook; Aqidah Ahlussun­nah: Allah Ada Tanpa Tempat, yang jum­lah pengikutnya telah mencapai ratusan ribu orang. Dan untuk berkoresponden de­ngannya, para pembaca bisa mengi­rim­kan e-mail ke aboufaateh @ yahoo. com

Alamat Domisili

Kyai Kholil berdomisili di Jl. Karyawan 3, RT/RW 02/09 Kelurahan Karang Te­ngah, Kecamatan Karang Tengah, Ta­ngerang, Banten, berdekatan dengan Mushalla Nu­rul Hikmah, yang menjadi salah satu tem­pat pengabdiannya meng­ajarkan kitab-kitab kuning.

Hari-harinya yang padat dilaluinya dengan dukungan sepenuhnya dari sang istri, yang dinikahinya tahun 2005, Siti Masitoh, wanita Betawi, anak keenam dari sembilan bersaudara, putri KH. Mu­hammad Husin, Pulo Mancung, Karang Tengah, dan Ibu Hj. Ma’anih. Hingga kini, mereka telah dikaruniai dua penyejuk mata: Muhammad Fatih dan Muhammad Hud.

Nasab Kyai Kholil

Sosok sederhana yang oleh sejawat­nya sering disapa “Abu Fateh” ini lahir di Subang 15 November 1975. Kyai Kholil adalah putra pa­sangan H. Muhyiddin bin H. Abdul Mujib bin H. Soleh dan Hj. Yayah Ruqoyah binti H. Soleh. Ia anak pertama dari empat bersaudara. Adik pertama­nya, H. Abdul Qadir, adalah seorang hafizh alumnus Pe­santren Al-Munawwir, Krapyak, Yog­yakarta. Adik perempuan­nya, Ra’ihatul Jannah, juga seorang ha­fizhah, alumnus Pesantren Yanbu’ul Qur’an, Kudus. Se­dangkan adik bungsu­nya adalah Khotibul Umam.

Minat dan aktivitasnya sejak remaja tampaknya tak terlepas dari latar bela­kang keluarganya, yang memang ber­ba­sis pesantren. Ayahnya alumnus Pon­dok Pesantren Sempur Plered Purwa­karta, Jawa Barat (pesantren KH. Tu­bagus Ahmad Bakri bin Saida Sempur, salah seorang murid langsung Syaikh Nawawi Al-Bantani). Sementara sang ibu alumnus salah satu pondok pesan­tren di Cirebon.

Sanad Keilmuan

Setelah menyelesaikan pendidikan da­sarnya, kyai Kholil muda menimba ilmu di Pondok Pesantren Daarul Rahman Ja­karta, pesantren terkemuka di Jakarta, yang diasuh kiai terkenal, KH. Syukron Makmun. Di sini ia menimba ilmu antara tahun 1987 hingga 1993. Kemudian ia melanjutkan kuliah di tempat yang sama, yakni Institut Islam Daarul Rahman (IID) Jakarta (S1/Kulliyyatusy Syari’ah wal Qanun) antara tahun 1994 sampai 1998. Tak puas sampai di sini, ia pun mengikuti kuliah di STAI Az-Ziyadah Jakarta jurus­an Ekonomi Islam tahun 1998 hingga 2002. Di sela-sela itu ia masih meman­faat­kan waktunya yang ada untuk meng­ikuti Pen­didikan Kader Ulama (PKU) DKI Jakarta mulai tahun 1998 hingga tahun 2000.

Pada tahun 2003, sosok yang sangat meminati ilmu ini melanjutkan studinya di program Pascasarjana UIN Syarif Hida­yatullah Jakarta (S2/Pengkajian Islam, Konsentrasi Tafsir Hadits) yang da­pat di­tuntaskannya tepat waktu pada tahun 2005 dengan tesis berjudul Kua­litas Hadits Subhah; Studi Komparatif Metode Tashhih dan Tadl’if Hadits al-Habasyi dan al-Albani

Di samping pendidikan-pendidikan formal yang dijalaninya, ia juga pernah mengikuti program Tahfizh al-Qur’an di Pondok Pesantren Manba’ul Furqon Leuwiliang Bogor (Non-Intensif). Untuk mendapatkan sanad beberapa disiplin ilmu kepada beberapa kiai, masyayikh, habaib, di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, ia juga menimba ilmu secara langsung kepada mereka, di antaranya kepada K.H. M. Syafi’i Hadzami dan K.H. Bunyamin.

Ijazah sanad keilmuan yang telah didapat, di antaranya, dalam seluruh karya Syaikh Nawawi Al-Bantani dengan sanad dari K.H. Abdul Jalil (Senori Tuban) dari K.H. Abul Fadlal dari K.H. Abdul Syakur dari Syaikh Nawawi Al-Bantani. K.H. Abul Fadlal, selain menda­pat sanad dari K.H. Abdul Syakur, juga mendapat sanad dari K.H. Hasyim Asy’ari (Tebu­ireng), dari Syaikh Nawawi Al-Bantani.

Kemudian, dalam seluruh disiplin ilmu-ilmu Islam, ia mendapatkan Ijâzah ‘Âmmah dari K.H. Abdul Hannan Ma’shum (Kediri) dari K.H. Abu Razin Muhammad Ahmad Sahal Mahfuzh (Pati) dari K.H. Zubair ibn Dahlan (Sarang) dan dari Al-Musnid Syaikh Yasin Al-Padani.

Kemudian lebih intensif ia belajar kepada murid-murid Al-Imam Al-Hâfizh Syaikh Abdullah Al-Harari, di antaranya Asy-Syaikh As-Sayyid Salim bin Mah­mud Alwan Al-Husaini, Syaikh Fawwaz Abbud, Syaikh Bilal Al-Humaishi, Syaikh Sayyid Khalil bin Abdul Qadir Dabbagh Al-Husaini, Syaikh Muhammad Asy-Syafi’i Al-Muththalibi, Syaikh Sayyid Umar bin Adnan Dayyah Al-Hasani, Syaikh Sayyid Muhammad Awkal Al-Husaini, Asy-Syaikh Al-‘Allamah Ahmad Tamim (mufti Ukraina), Syaikh Moham­mad Osman. Dengan Syaikh Sayyid Sa­lim bin Mah­mud Alwan, yang kini men­jabat ketua Ma­jelis Fatwa Syar’i di Aus­tralia, dari sekitar tahun 1997 hingga se­karang ia terus belajar dan berkomu­ni­kasi dengannya.

Ustadz Kholil juga mendapatkan ija­zah Tarekat Al-Qadiriyyah, dengan sa­nad­nya dari Syaikh Sayyid Salim bin Mah­mud Alwan Al-Husaini, dari Al-Imam Al-Hâfizh Syaikh Abdullah Al-Harari, dari Syaikh Abdul Baqi Al-Mukasyafi (Syukai­nah Sudan), dengan sanadnya hingga kepada As-Sulthan Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.

Ketika dimintai pesannya untuk para pembaca berdasarkan pengalaman-pengalamannya menggali ilmu-ilmu agama, Ustadz Kholil menuturkan demiki­an, “Terutama untuk saya pribadi, dan se­cara umum untuk para pembaca, teruslah belajar. Dan ingat, belajarlah ke­pada para ulama yang tsiqah, terpercaya, yang dalam keilmuannya memiliki sanad, mata rantai, yang bersambung hingga para sahabat Rasulullah. Jangan pelajari urusan agama ini secara otodidak. Ja­ngan berpegang dengan buku-buku hasil terjemahan literal. Dan ini yang terpen­ting, jangan lepaskan aqidah tauhid, aqi­dah kesucian Allah, dari menyerupai makhluk-Nya. Kuatkan dalam keyakinan kita, Allah bukan benda yang memiliki ben­tuk dan ukuran, dan Allah tidak disifati dengan sifat-sifat benda. Allah ada tanpa tem­pat dan tanpa arah.”

Semoga beliau selalu diberikan kesehatan agar selalu istiqomah dalam menyebarkan aqidah kepada kepada masyarakat luas.

Posting Komentar untuk "KH. Dr. Kholilurrohman Lc, MA Kyai Muda Banyak Karya Tulis"