Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tanda Hari Akhir Menurut Mbah Hasyim Pendiri NU

 Tanda Hari Akhir, Ngaji Kitab "Risalah Ahlusunnah Wal Jama’ah" karya Hadlratus Syaikh Hasyim Asy'ari


قال المؤلف رحمه الله تعالى:

وروى البخاري في صحيحه عن أبي هريرة رضي الله عنه: {لاتقوم الساعة حتى تأخذ أمتي بأخذ القرون قبلها شبراً بشبر وذراعاً بذراع، فقيل: يا رسول الله كفارس والروم؟ قال: ومن الناس إلا هم}. 

Imam Bukhari dalam kitab shahihnya meriwayatkan sebuah hadits dari Abi Hurairah radliyallahu ‘anhu: “Tidaklah akan terjadi hari kiamat sehingga umatku sedikit demi sedikit menjauh dalam mengambil tuntunan hidup sebagaimana yang diambil oleh generasi-generasi sebelumnya, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, lantas diucapkan Wahai Rasulillah!, sedemikian itu adalah sebagaimana yang terjadi pada kaum Persia dan Romawi? Rasulullah menjawab: “Siapa lagi manusia itu?, kalau bukan mereka ( kaum Persia dan Romawi) “

Catatan

Meniru orang-orang kafir dalam perkara yang menjadi kekhususan mereka tidak diperbolehkan.

Seperti dalam hal berpakaian yang menjadi identitas mereka secara khusus.

Tanda kecil kiamat berupa banyaknya umat Islam yang meniru budaya-budaya orang kafir sudah banyak terjadi. 

Bahkan hari ini, budaya barat dianggap melambangkan kemajuan, sebaliknya budaya Islam dianggap melambangkan ketertinggalan. 

Anggapan seperti ini sangat berbahaya, karena menjadikan generasi muda Islam hari ini sudah tidak lagi bangga dengan budayanya sendiri. 

وروى الطبراني عن ابن مسعود رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: {إن أول هذه الأمة خيارهم، و آخرها شرارهم، مختلفين متفرقين، فمن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلتأته منيته وهو يأتي إلى الناس ما يحب أن يؤتى إليه}.

Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu dari Rasulillah shallallahu ‘alayhi wasallam:

إن اول هذه الأمة خيارهم واخرها شرارهم مختلفين متفرقين فمن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فلتأته منيته وهو يأتى الى الناس ما يحب أن يؤتى إليه

“Sesungguhnya generasi pertama dari ummatku ini adalah sebaik-baiknya generasi, dan periode akhirnya adalah seburuk-buruknya generasi umatku, mereka semua berselisih dan berpecah belah. Barang siapa mengimani Allah dan hari akhir maka hendaknya kematiannya datang padanya, sementara itu ia memperlakukan manusia dengan sesuatu yang ia senang bila hal itu dilakukan kepadanya”.

Catatan

Generasi pertama dari umat Islam disebut salaf, yaitu orang-orang yang hidup pada tiga abad (300 tahun) pertama hijriyah.

Mereka adalah para sahabat, para tabi'in dan atba' at Tabi'in.

Secara umum, orang-orang yang hidup pada masa salaf lebih baik kondisinya dari pada mereka yang hidup pada masa khalaf (orang-orang yang hidup setelah tiga abad pertama hijriyah).

Pada masa kholaf, terjadi banyak sekali perselisihan di tubuh umat Islam.

Muncul berbagai friksi dalam Islam di bidang akidah, seperti Qodariyah, muktazilah, jabriyah, mujassimah, mujassimah, murjiah dan lainnya.

Aqidah mereka saling bertabrakan satu dengan yang lain. Karena Aqidah mereka didasarkan pada hawa nafsu dan akal saja, tidak berdasarkan al Qur'an dan hadits sesuai dengan pemahaman para ulama yang tsiqoh (terpercaya) dan bersanad. 

 وعن هشام بن عروة رحمه الله تعالى أنه سمع أباه يقول: {لم يزل أمر بني إسرائيل مستقيما حتى حدث فيهم المولدون أبناء سبايا الأمم، فأحدثوا فيهم القول بالرأي، وأضلوا بني إسرائيل. قال: وكان أبي يقول: السنن السنن فإن السنن قوام الدين}

Dari Hisyam bin Urwah radliyallahu ‘anhu suatu ketika ia mendengar ayahnya bercerita:

لم يزل أمر بنى اسرائيل مستقيما حتى حدث فيهم المولدون أبناء سبايا الأمم فاحدثوا فيهم القول بالرأى وأضلوا بنى اسرائيل قال وكان أبى يقول السنن السنن  فإن السنن قوام الدين

“Urusan bani Israil senantiasa lurus sampai datang di tengah-tengah mereka anak-anak yang terlahirkan dari para tawanan umat mereka. Generasi baru itu melakukan pembaharuan di tengah-tengah mereka dengan mengemukakan/ menyampaikan pendapat mereka sendiri sehingga menyesatkan bani Israil, Hisyam berkata: Ayahku lantas mewasiatkan: “tetaplah kalian memegangi sunnah, teguhkanlah dirimu untuk tetap berpegang teguh pada al- Sunnah, karena sunnah itu merupakan tiang agama”.

Catatan

Berpegang teguh pada sunnah nabi adalah kunci keselamatan dan kunci terhindar dari kesesatan. 

Sunnah yang dimaksud di sini adalah ajaran nabi yang meliputi Aqidah, Ahkam dan akhlak.

Sunnah yang dimaksud di sini bukan sesuatu yang hukumnya sunnah sebagaimana dipahami sebagian kelompok. Sehingga mereka tersibukkan dalam melakukan perkara sunnah seperti cara berpakaian, cara makan, memelihara jenggot dan semacamnya. Namun di sisi lain mereka mengabaikan perkara-perkara yang wajib seperti menuntut ilmu agama, Thoharoh, shalat lima waktu dan semacamnya.

⛔️ Waspadalah, terhadap pemikiran-pemikiran baru yang hanya berdasarkan akal belaka, karena ajaran agama itu tidak berdasarkan akal, tetapi dikutip dari Rasulullah shallallahu alayhi wasallam melalui para ulama.

وروى ابن وهب عن ابن شهاب الزهري رحمه الله تعالى قال: {إن اليهود والنصارى إنما انسلخوا من العلم الذي كان بأيديهم  حين استقلوا الرأي وأخذوا فيه}.

 وروى البخاري في صحيحه عن عروة رضي الله عنه قال: {حَجَّ عَلَيْنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْزِعُ الْعِلْمَ بَعْدَ أَنْ أَعْطَاهُمُوهُ انْتِزَاعًا، وَلَكِنْ يَنْتَزِعُهُ مِنْهُمْ مَعَ قَبْضِ الْعُلَمَاءِ بِعِلْمِهِمْ، فَيَبْقَى نَاسٌ جُهَّالٌ يُسْتَفْتَوْنَ فَيُفْتُونَ بِرَأْيِهِمْ فَيُضِلُّونَ وَيَضِلُّونَ، فَحَدَّثْتُ بِهِ عَائِشَةَ رضي الله عنها زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو حَجَّ بَعْدُ، فَقَالَتْ يَا ابْنَ أُخْتِي انْطَلِقْ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ فَاسْتَثْبِتْ لِي مِنْهُ الَّذِي حَدَّثْتَنِي عَنْهُ، فَجِئْتُهُ فَسَأَلْتُهُ،  فَحَدَّثَنِي بِهِ كَنَحْوِ مَا حَدَّثَنِي، فَأَتَيْتُ عَائِشَةَ فَأَخْبَرْتُهَا، فَقَالَتْ وَاللَّهِ لَقَدْ حَفِظَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو}.

"Pada sebuah riwayat yang lain diceritakan dari Ibnu Wahbin dari Ibnu Shihab al-Zuhriy radliyallahu ‘anhu ia berkata: 

“Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani mulai melepaskan diri dari keilmuan mereka yang selama ini ada pada genggaman mereka yakni pada saat mereka semua bebas sebebas-bebasnya untuk melontarkan pendapat-pendapat mereka sendiri dan menjadikannya sebagai pedoman hidupnya”. 

Imam Bukhori di dalam kitab shohihnya meriwayatkan sebuah hadits dari Urwah radliyallahu 'anhu. Ia berkata: Abdullah bin Umar radliyallahu ‘anhu menunaikan haji bersama kita, lantas aku mendengar Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

إنّ الله لاينزع العلم بعد أن اعطاهموه إنتزاعا ولكنّ ينتزعه منهم مع قبض العلماء بعلمهم فيبقى ناس جهّال يستفتون  فيفتون برأيهم فيَضلون ويُضلّون

“Sesungguhnya Allah ta’ala tidak akan mencabut ilmu, setelah ilmu itu ia berikan kepada suatu kaum dari dada mereka secara mendadak, tetapi Allah mencabutnya besertaan dengan kewafatan para ulama sebagai pemegangnya, sehingga yang tersisa tinggallah manusia-manusia bodoh, kaumnya meminta fatwa pada mereka, dan merekapun menyampaikan fatwa atas dasar pendapatnya sendiri, sehingga mereka sendiri tersesat dan menyesatkan kaumnya, kesesatanpun merajalela.”

Hadits ini lantas aku ceritakan kepada Aisyah radliyallahu ‘anha, istri Rasululah shallallahu ‘alayhi wasallam kemudian ketika Sayyidina Abdullah bin Umar melaksanakan ibadah haji lagi pada tahun berikutnya. Aisyah menghampiriku: “Wahai putra saudara perempuanku, pergilah dan temuilah Abdullah dan mintalah pengukuhan sebuah hadits yang telah ia sampaikan kepadaku.” Maka sayapun datang dan menanyakannya. Kemudian Abdullah bin Umar menyampaikan sebuah hadits sebagaimana yang pernah ia tuturkan. Setibanya dari sana, saya datang kepada Aisyah untuk menginformasikan hasil pertemuanku dengan Abdullah bin Umar. Aisyah radliyallahu 'anha menyatakan pengukuhannya: “Demi Allah, sungguh Abdullah bin Umar menghafal hadits tersebut.”

Catatan:

Pada masa sekarang telah banyak para ulama yang wafat, di sisi lain juga bermunculan orang-orang bodoh yang mengaku-ngaku sebagai ulama, mereka memakai baju ulama, mereka membuka majlis ilmu di dunia nyata dan maya. Mereka menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepada mereka dengan tanpa ilmu, mereka menjawabnya hanya berdasarkan pendapat mereka sendiri.

Maka berhati-hatilah dalam belajar agama, pastikanlah kita belajar agama kepada orang yang benar dan bersanad. 

Guru agama kita minimal memiliki dua kriteria:

1. Dia memiliki guru dan yang sanadnya bersambung sampai ke Rasulullah shallallahu alayhi wasallam. 

Bukan yang belajar agama secara otodidak dengan hanya membaca kitab-kitab saja dengan dipahami sendiri.

2️. Dia adalah orang yang terpercaya, tidak berbicara tentang agama berdasarkan akal dan pendapatnya sendiri dan tidak segan untuk mengatakan "saya tidak tahu" jika dia tidak mengetahui jawaban dari  suatu pertanyaan.

Posting Komentar untuk "Tanda Hari Akhir Menurut Mbah Hasyim Pendiri NU"