Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biasakan Berkata yang Mengandung Kebaikan

Rosulullaah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda :

الكلمةُ الطيّبةُ صَدقَة (صحيح البخاري ؛ كتاب الجهاد والسير ؛ ٢٩٨٩)

Maknanya: "perkataan yang baik itu merupakan shodaqoh"


Dan semua perkataan yang baik lagi terpuji yang diucapkan oleh seseorang itu merupakan salah satu bentuk shodaqoh, dengan kata lain sebagaimana ketika orang yang bersedekah mendapatkan pahala dari Allaah jika niatnya ikhlas dan tulus mencari ridho Allaah, maka begitu juga bagi orang yang selalu mengutarakan perkataan baik akan mendapatkan pahala dari Allaah. 

Dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga pernah bersabda :

فاتّقُوا النارَ ولو بشِقِّ تمْرةٍ، فمن لم يجِد فبِكلمةٍ طيِّبةٍ (صحيح البخاري؛ كتاب الزكاة ١٣١٧)

Maknanya: "jagalah diri kalian dari api neraka walau hanya dengan sepotong kurma (artinya meskipun hanya bersedekah dengan secuil kurma), dan jika hal tersebut tidak didapatkan maka dengan perkataan yang baik".

Pada dasarnya perkataan itu terbagi kedalam dua jenis : 

  1. Perkataan baik (terpuji) 
  2. Perkataan kotor (tercela)

Ungkapan yang diungkapkan oleh seseorang yang mana didalamnya terdapat nilai ketaatan kepada Allaah dari berbagai macam jenis amalan-amalan Sholeh itulah yang disebut dengan الكلمة الطيبة , begitu juga sebaliknya jika ungkapan tersebut tidak layak untuk diutarakan atau berasal dari perkataan kotor maka itulah yang disebut dengan الكلمة الخبيثة 

Dan tutur kata sopan yang penuh dengan lemah lembut dapat dengan mudah membuat hati dan perasaan orang lain menjadi senang, lawan bicaranya akan lebih merasa dihargai dan dihormati, membuat suasana menjadi lebih damai dan tentram, karena memang sudah sepantasnya hal tersebut dilakukan, sebab diantara ciri-ciri orang yang kadar imannya sempurna adalah dia yang selalu memperlakukan orang lain sama seperti dirinya ingin diperlakukan dengan perlakuan yang baik nan terpuji. 

Rosulullaah صلى الله عليه وسلم  pernah bersabda : 

من أحبّ أن يُزَحزَح عن النار ويُدخَلَ الجنة فلتأته منيّتُه وهو مؤمنٌ بالله واليوم الآخر ولْيأْتِ الناسَ بما يُحبّ أن يُؤتَى إليه (صحيح مسلم ؛ كتاب الإمارة ؛ ١٨٤٤)

Maknanya: "Barangsiapa yang menginginkan kelak dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam syurga maka hendaklah ketika ajalnya datang menjemput dia harus beriman kepada Allaah begitu juga dengan hari akhir (kiamat), dan hendaklah memperlakukan orang lain dengan perlakuan baik sebagaimana dia ingin diperlakukan dengan perlakuan yang sama". 

Ada sebuah kisah dari Nabi 'Isa [عليه السلام] yang dapat kita ambil hikmah dan pelajaran tentang kebiasaan perkataan yang baik.

Alkisah, Ketika itu baginda Nabi 'Isa [عليه السلام]  sedang melakukan perjalanan dengan para hawariyyin (orang-orang yang beriman terhadap nabi 'Isa) melewati bangkai anjing yang telah berbau busuk, sehingga mereka menutup hidung saat melaluinya, kecuali nabi 'Isa, beliau tidak menutup hidungnya. 

Merekapun berkomentar: "betapa busuknya bau bangkai anjing tersebut".

Sementara nabi 'Isa berkata: "betapa putihnya gigi anjing itu"

Mereka bertanya: "Wahai nabi Allah, bagaimana anda berkata seperti itu..?"

Beliau menjawab: "aku hanya tidak ingin membiasakan lisanku mengucapkan perkataan yang tidak mengandung kebaikan".

__________

Hikmah dari kisah ini sangatlah jelas, yakni mengajarkan kita tentang arti banyaknya diam, dan tidak berkata kecuali yang mengandung unsur kebaikan. Kebanyakan kita suka sekali berkata-kata, tak peduli itu baik atau tidak, dan terkadang malah membawa keburukan. 

Seandainya nasehat nabi 'Isa [عليه السلام] itu bisa kita lakukan, niscaya lebih damai hidup kita. Jika belum bisa berkata baik, setidaknya kita berusaha diam dari keburukan.

Rasul [ﷺ] bersabda: 

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ. رَواه الترمذي.

Maksudnya: "termasuk akhlak islami yang terpuji adalah ketika seseorang meninggalkan apa yang tidak patut ia lakukan". (diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).

Selain kita membiasakan perkataan yang baik, juga harus dibiasakan berkata yang benar nan jujur. Biasakan yang benar. Bukan membenarkan sesuatu yang sudah biasa. Keliru satu kata dapat mewariskan kesalahan selamanya.

Sekilas terbaca status teman FB yg menjelaskan bahwa masjid (مسجد) tidak Bermakna rumah Allah dalam bhs Indonesia, tapi masjid Bermakna tempat Ibadah yang dimuliakan oleh Allah. Status seperti ini Bagus untuk sering ditulis. Agar saling mengingatkan.

Tetiba saya (Mukhlisah Adam) jadi teringat sebuah kisah yang terjadi sekitar 3 tahun yang Lalu, ketika sedang Ta'lim dengan salah satu kelompok Ibu-ibu.

Setelah menjelaskan konsep bahwa Allah ada Tanpa Tempat, salah seorang Ibu bertanya : 

Ustazah bagaimana cara saya menjawab pertanyaan anak begini : 

  • Anak: "Ma... Allah tidak sayang pada adek ya ? "          
  • si Mama bertanya : "Mengapa Adek bilang gitu ?"
  • Si Anak menjawab : "Soalnya, adek pagi-pagi ke mesjid tapi Allah tidak mau ketemu."

Ya Latif.... sambil narik nafas saya Sedikit beranalisa dan bertanya balik : Ibu sering berkata mesjid sebagai rumah Allah ? "Iya ..".jawab si Ibu.

Saya bilang inilah penyebab mengapa si anak datang ke mesjid untuk bertemu dengan Allah. Tanpa sadar Ibu telah membangun konsep bahwa Allah ada pada tempat dan serupa dengan mahkluk. Hanya dengan dua kata yaitu mesjid adalah rumah Allah. Ini berbahaya, ini tidak bisa dianggap sepele. Si Ibu baru tersadar dan kaget. 

Saya lanjut jelaskan : Konsep tentang Allah itu biasanya mulai dibangun anak atas dasar apa yang dilihat dan didengar disekelilingnya. Boleh jadi anak membangun pemahaman tersebut atas kebiasaan dia bertamu ke rumah kerabatnya ketika lebaran misalnya,  ketika kerabat tersebut keluar dan menemuinya.. itu tanda sayang padanya.

Kemudian jangan kejebak untuk menerjemahkan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia kata perkata ... Bahasa Arab punya karakteristik yang jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Budaya bahasa Arab juga jauh berbeda dengan budaya kita. 

Contoh Ka'bah disebut بيت الله bukan berarti rumah Allah.. tapi bermakna rumah yang dimuliakan oleh Allah... Karena diantara fungsi Idhofah dalam bahasa Arab bermakna  kemuliaan dan milik, bukan karena keistimewaan ka'bah bahwa Allah ada di dalamnya. Allah ada tanpa tempat. Tidak diliputi arah. Tidak terkena masa.

Demikian juga halnya tidak bisa langsung menerjemahkan bahasa Indonesia atau bahasa Aceh langsung, atau bahasa di luar arab kata perkata ke dalam Bahasa Arab karena berbeda budaya tadi. Contoh : kita tidak bisa langsung menerjemahkan panjang tangan (yang dimaksud pencuri) langsung ke Bahasa Arab يد الطويل karena budaya Arab tidak mengenal pencuri dengar istilah يد الطويل,. orang mengenal pencuri dengan istilah lainnya.

Belajar ilmu mengenal Allah sangatlah penting agar mengetahui bahasa yang sempurna dan layak untuk digunakan kepada Allah, tidak kejebak pada bahasa indah namun ternyata telah mensifati Allah dengan Sifat kekurangan bagi-Nya.

Jangan katakan rindu rumah Allah. Katakan : Rindu kembali ke Baitullah. Karena baitullah tidak Bermakna rumah Allah.

Jangan katakan Allah cemburu dan Rindu padamu. Katakan : Allah mencintai orang yang senantiasa dalam kataatan dan taqwa. Cemburu dan Rindu dalam bahasa Indonesia melibatkan perasaan dan emosi. Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya.

Jangan katakan : "Semoga Allah menempatkannya di tempat yang layak disisi-Nya,"

Tetapi Katakan : "Semoga Allah menerima amal Ibadahnya . Karena sisi adalah jarak"

Jangan katakan : "Jodoh dan rezeki ditangan Allah." Tetapi Katakan : "Rezeki dan jodoh, Allah yang tentukan". Agar tidak membiasakan mensifati anggota tubuh bagi Allah. 

Jangan katakan : "Terserah yang diatas."

Katakan : "Kita serahkan urusan kita kepada Allah." Karena di atas adalah tempat. Allah ada tanpa tempat.

Jangan katakan : "Allah ada dimana-mana." Tetapi Katakan : "Allah selalu mengawasi kita dimanapun kita berada." Karena Dimana-mana itu bermakna tempat.

Jangan katakan : "Rencana Allah lebih baik."

Tetapi Katakanlah : "Ketetapan/ketentuan Allah lebih baik." Karena kehendak Allah azali tidak berawal, sementara rencana sesuatu yang berawal dan tidak mesti sesuai dengan kejadian. Sedangkan kehendak Allah tidak berubah-berubah. Apa yang Allah kehendaki pada azal adanya maka akan ada dan terjadi, dan Apa yang Allah tidak kehendaki tidak akan ada dan terjadi. 

Semoga dapat dipahami dengan baik dan mau membiasakan perkataan yang baik dan juga benar. semoga bermanfaat.

Posting Komentar untuk "Biasakan Berkata yang Mengandung Kebaikan"