PWI LS Jepara telah diresmikan di Pendopo Kabupaten
Jepara - Sejumlah Pengurus Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) Kabupaten Jepara, resmi dikukuhkan, pada Sabtu (25/10/2025). Usai dilantik di Gedung Shima kompleks Setda Jepara, mereka segera mengidentifikasi makam-makam yang diduga dipalsukan atau di-Ba’alawi-kan oleh sejumlah oknum.
PWI-LS Jepara sendiri diketuai oleh Anas Arba’ani, yang juga merupakan tokoh NU di Jepara. Sebagaimana yang berjalan di berbagai daerah lain, organisasi masyarakat ini akan berfokus pada urusan makam yang dianggap telah dibelokkan sejarahnya.
Terutama makam-makam leluhur yang dianggap telah diubah namanya atau dibelokkan sejarahnya oleh kelompok Ba’alawi. Sederhananya, ormas ini akan mengurusi makam-makam yang di-Ba’alawi-kan.
”Ada beberapa makam, dari beberapa pengurus makam yang akan kita sikapi,” kata Anas.
Sejauh ini, Anas sudah menginvetarisir makam-makam yang ditengarai sudah berbelok dari asal muasalnya, seperti makam beberapa tokoh di wilayah Kecamatan Batealit, Kecamatan Mayong dan beberapa lokasi lain.
”Ini akan kita sikapi bersama pemerintah daerah yang punya program perbaikan makam,” ujar Anas.
Secara khusus, Anas mencontohkan beberapa makam yang dianggap perlu diluruskan kembali sejarahnya. Seperti Makam Mbah Jenggolo Saripan, makam di Pulau Panjang, dan juga makam di Kuwasen.
”Inilah maka PWI LS hadir untuk memberikan identifikasi. Agar ke depan simpang siur itu atau pembelokan itu kita luruskan. Sebenarnya kita tahu yang membelokkan itu siapa. Kita sangat tahu,” ungkap Anas.
Anas memastikan akan meninjau ulang seluruh makam-makam di Kota Ukir yang sudah di-Ba’alawikan. Pihaknya akan menginvetarisir berbagai masalah makam.
Pihaknya akan menggandeng para ahli sejarah untuk membuka kembali data-data sejarah yang valid. Selain para pakar, PWI LS juga akan bersinergi dengan aparat Kepolisian yang menurutnya sudah mengendus ada masalah itu di masyarakat.
”Kita akan meninjau makam-makam yang di-Ba’alawikan. Tapi bukan merusak (makam) ya. Kita akan meneliti dulu. Kita tidak mau terjadi gejolak dan membuat daerah ini tidak kondusif,” jelas Anas.
Anas memastikan akan memilih jalan yang lebih santun dibanding langsung bereaksi keras seperti pembongkaran atau perusakan makam.
