Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penjelasan Makna Ayat Mutasyabihat Surat Al Fajr ayat 22

Makna ayat Mutasyabihat dan ta'wil ulama salaf.

{وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا} [الفجر: 22]


Ayat ini sama sekali tidak bermakna bahwa Allah memiliki sifat bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebab bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain adalah sifat makhluk. Allah tidak menyerupai makhluk-Nya, dan sifat-sifat-Nya tidak serupa dengan sifat-sifat makhluk-Nya.

Al-Hafizh al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra, juz 3, hlm. 4 mengatakan:

وَالنُّزُولُ وَالْمَجِيءُ صِفَتَانِ مَنْفِيَّتَانِ عَنِ اللهِ تَعَالَى مِنْ طَرِيقِ الْحَرَكَةِ وَالِانْتِقَالِ مِنْ حَالٍ إِلَى حَالٍ بَلْ هُمَا صِفَتَانِ مِنْ صِفَاتِ اللهِ تَعَالَى بِلَا تَشْبِيهٍ جَلَّ اللهُ تَعَالَى عَمَّا تَقُولُ الْمُعَطِّلَةُ لِصِفَاتِهِ، وَالْمُشَبِّهَةُ بِهَا عُلُوًّا كَبِيرًا

“Nuzul (yang disebutkan dalam hadits dan secara lahiriah seolah-oleh bermakna ‘turun’) dan maji’ (yang disebutkan dalam al-Qur’an dan secara lahiriah seolah-olah bermakna ‘datang’) adalah dua sifat yang ternafikan dari Allah dengan makna bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, melainkan keduanya adalah dua sifat dari sifat-sifat Allah yang tidak serupa dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Maha Suci Allah dari apa yang dikatakan oleh Mu’ath-thilah (golongan yang menafikan sifat-sifat-Nya) dan Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) dengan kemahasucian yang sempurna.”

Terdapat dua metode dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat (yang secara lahiriah seolah-olah bermakna bahwa Allah sama dengan makhluk):

Pertama, metode tafwidl atau ta’wil ijmali yang digunakan oleh sebagian besar ulama salaf, yaitu dengan cara mengimaninya serta meyakini bahwa maknanya tidak mengandung penyerupaan terhadap makhluk, tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan kemahasucian Allah TANPA MENENTUKAN APA MAKNA TERSEBUT.

Kedua, metode ta’wil (ta’wil tafshili) yang dipakai oleh sebagian besar ulama khalaf, yaitu dengan cara memalingkan ayat-ayat tersebut dari makna lahiriahnya lalu menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab. Seperti halnya ulama salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya. Metode ini bisa diambil dan diikuti, terutama ketika dikhawatirkan terjadi goncangan terhadap keyakinan orang awam demi untuk menjaga dan membentengi mereka dari tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya).

Ada beberapa ta’wil yang dikemukakan para ulama terkait ayat {وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا} . Di antaranya:

1. Sahabat Ibnu ‘Abbas: “Datang perintah Allah dan ketetapan-Nya” (an-Nasafi, tafsir an-Nasafi, juz 3, hlm 641)

2. Imam Ahmad bin Hanbal: “Datang pahala-Nya” (Ibn Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, juz 10, hlm. 361)

3. Imam Ahmad bin Hanbal (dalam riwayat yang lain): “Datang tanda-tanda kekuasaan-Nya dan perintah-Nya” (Ibn al-Jauzi, Daf’u Syubah at-Tasybih, hlm. 141)

Posting Komentar untuk "Penjelasan Makna Ayat Mutasyabihat Surat Al Fajr ayat 22"