Tafsir Ayat Aqidah Surat Al-Ma'idah 64 dan Surat Adz-Dzariyat 47
TAFSIR AYAT AQIDAH 49
وَقَالَتِ ٱلۡیَهُودُ یَدُ ٱللَّهِ مَغۡلُولَةٌۚ غُلَّتۡ أَیۡدِیهِمۡ وَلُعِنُوا۟ بِمَا قَالُوا۟ۘ بَلۡ یَدَاهُ مَبۡسُوطَتَانِ یُنفِقُ كَیۡفَ یَشَاۤءُۚ
"*Orang-orang Yahudi berkata Allah itu kikir*, sebenarnya tangan-tangan merekalah yang terbelenggu dan mereka dilaknat dengan sebab apa yang mereka katakan, tetapi Allah itu luas pemberiannya, memberi rizki (makhluk-Nya) sebagaimana yang Dia kehendaki"
*Penjelasan*:
Ayat ini tergolong sebagai ayat mutasyabihat yang makna dzahirnya mengindikasikan seakan-akan Allah memiliki anggota badan berupa dua tangan, dan kedua tangan tersebut dibeberkan.
Makna seperti ini bertentangan dengan makna ayat Muhkamat yang menegaskan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, baik dari satu segi maupun semua segi (Q.S as Syura:11)
Ayat Muhkamat adalah induk al Qur'an (umm al kitab). Semua penafsiran ayat mutasyabihat harus selaras dengannya, karena kalau tidak diselaraskan dengan makna ayat Muhkamat niscaya akan melahirkan kontradiksi antar ayat-ayat al Qur'an. Adanya kontradiksi dalam Al Qur'an adalah mustahil, karena al Qur'an adalah kalam Allah.
Para ulama mentakwilkan perkataan orang Yahudi یَدُ ٱللَّهِ مَغۡلُولَةٌۚ dengan البخل (kekikiran/pelit/bakhil). Sehingga makna ayat tersebut, "orang-orang Yahudi berkata: Allah itu kikir".
*Takwil ini sesuai dengan sebab turunnya ayat tersebut*.
Diceritakan bahwa dahulu Allah ta'ala meluaskan rizki orang-orang Yahudi, sehingga mereka menjadi orang-orang yang kaya. Ketika mereka mendustakan Allah dan Rasul-Nya, maka Allah tidak lagi meluaskan rizki mereka. Karena itulah, *Fanhash bin 'Azuura' (salah seorang Yahudi)* mengatakan: "Allah itu kikir", orang-orang Yahudi lainnya setuju dengan yang dikatakannya. Sehingga dalam ayat ini, perkataan tersebut dinisbatkan pada orang-orang Yahudi secara umum.
Sedangkan makna firman Allah ta'ala:
غُلَّتۡ أَیۡدِیهِمۡ وَلُعِنُوا۟ بِمَا قَالُوا۟ۘ,
para ulama menafsirkan dengan makna yang sebenarnya (makna haqiqi), bukan majaz. Sehingga maknanya, tangan orang-orang Yahudi terbelenggu ke lehernya dan dilemparkan ke neraka sebagai balasan atas perkataan mereka tersebut, mereka dilaknat dan diadzab dengan sebab perkataan tersebut.
Sebagian ulama mengatakan bahwa dalam ayat ini *Allah mengajarkan mendo'akan keburukan pada orang Yahudi*, yaitu untuk mengatakan:
غُلَّتۡ أَیۡدِیهِمۡ
*semoga tangan orang-orang Yahudi terbelenggu*
Para ulama mentakwil firman Allah ta'ala:
بَلۡ یَدَاهُ مَبۡسُوطَتَانِ
dengan الجود (yang luas pemberiannya). Sehingga makna ayat tersebut
"Allah ta'ala itu Maha luas pemberiannya".
Takwil ini diperkuat dengan lanjutan ayat tersebut یُنفِقُ كَیۡفَ یَشَاۤءُۚ
*(Allah memberi rizki kepada makhluk-Nya sebagaimana yang Ia kehendaki, jika Ia berkehendak maka Dia meluaskan rizki makhluk-Nya dan jika Dia berkehendak Dia menyempitkan rizki makhluk-Nya)*.
Bentuk mutsanna pada ayat di atas berfungsi untuk mubalaghoh (menunjukkan makna sangat); bahwa Allah sangat luas pemberiannya kepada makhluk-Nya.
Ayat ini adalah jawaban dan bantahan terhadap perkataan orang-orang Yahudi bahwa Allah itu bakhil.
*Perhatian*:
Pentakwilan غل اليد dan بسط اليد dengan kikir dan dermawan sesuai dengan firman Allah ta'ala:
وَلَا تَجۡعَلۡ یَدَكَ مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ
[Surat Al-Isra' 29]
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (bakhil) dan janganlah kamu bentangkan seluas-luasnya (terlalu berlebihan dalam memberi)".
Ref:
Tafsir al Khazin
Tafsir Marah Labid
TAFSIR AYAT AQIDAH 50
وَٱلسَّمَاۤءَ بَنَیۡنَـٰهَا بِأَیۡی۟دࣲ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
[Surat Adz-Dzariyat 47]
"Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan benar-benar Kami Maha Kuasa".
*Penjelasan*:
Ayat ini tergolong sebagai ayat mutasyabihat yang makna dzahirnya mengindikasikan seakan-akan Allah memiliki anggota badan tangan yang berjumlah banyak, tiga atau lebih, sebab lafadz ايدي adalah bentuk plural (jama') dari lafadz يد yang makna dzahirnya adalah tangan-tangan.
Makna seperti ini bertentangan dengan ayat muhkamat yang menegaskan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya (Q.S as Syura: 11) dan ijma' seluruh umat Islam.
Al Imam Abdul Qohir al Baghdadi dalam kitab al Farqu bain al Firaq mengatakan:
واجمعوا على إحالة وصفه بالصورة والأعضاء
"Dan umat Islam berkonsensus (ijma') atas kemustahilan penyifatan Allah dengan bentuk dan anggota badan".
Para ulama mentakwilkan ayat di atas dengan بقوة (dengan kekuatan/kekuasaan). Sehingga makna ayat di atas adalah
*"Kami (Allah) telah membangun (menciptakan) langit dengan kekuatan/kekuasaan"*.
Sedangkan firman Allah ta'ala:
وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ,
sebagian ulama menafsirkannya dengan وانا لقادرون
*"Dan Kami (Allah) Dzat yang Maha Kuasa"*.
*Awas*:
Talafi Wahhabi menganggap bahwa takwil adalah ta'thil (menafikan sifat Allah). Jika mereka tidak mentakwil ayat-ayat mutasyabihat yang makna dzahirnya mengindikasikan seakan-akan Allah memiliki tangan sebagaimana telah dijelaskan takwilnya dalam beberapa hari ini, maka konsekuensinya mereka mengatakan:
- Allah punya tangan satu berdasarkan firman Allah يد الله فوق أيديهم
- Allah punya tangan dua berdasarkan firman Allah ta'ala بل يداه مبسوطتان
- Allah punya tangan banyak berdasarkan firman Allah ta'ala بنينها باييد.
Lihatlah, akibat dari penolakan mereka terhadap takwil:
~Mereka membenturkan makna ayat Al Qur'an yang satu dengan yang lain
~Mereka memiliki pemahaman dan keyakinan yang saling kontradiktif (saling bertentangan)
~Mereka memiliki pemahaman yang bertentangan dengan akal yang sehat.
Maka jauhi mereka, jauhi pemahaman ajaran wahhabi sesat tersebut.