Klaim Palsu Lutfi Bin Yahya Terhadap Mbah Malik Ilyas Sokaraja Lor Banyumas
Kasus Lutfi bin Yahya tentang pengelabuan dan penipuan terhadap masyarakat sudah terbongkar. Terbukti dengan berbagai kedustaannya serta kepalsuannya sudah banyak diketahui oleh masyarakat. Kepalsuan juga tentang gurunya yang di sohorkan, yaitu Mbah Malik Kedungparuk Banyumas ternyata juga bukan seperti yang diceritakan lutfi bin yahya. Bahkan mengaku penerus tharikat daripada Mbah Malik, itu dusta belaka.
Jadi, Lutfi Bin Yahya Bukan Penerus Tharekat Mbah Abdul Malik bin Ilyas, baik Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah maupun Tharekat Sadziliyah. Oleh karena itu, perlu adanya pelurusan agar tidak sembrono dalam mengambil tharekat. Berikut adalah surat resmi dari keluarga Bani Ilyas untuk meluruskan:
Meluruskan Warisan Mbah Malik: Suara Hati Bani Ilyas dari Banyumas
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Saudara-saudara kami sebangsa dan setanah air yang kami muliakan,
Dengan segala hormat dan tanggung jawab moral di hadapan Allah Subḥānahu wa Taʿālā, kami merasa perlu untuk meluruskan berbagai narasi yang saat ini beredar, khususnya yang dibangun oleh sebagian pengikut Luthfi bin Yahya (LBY), terkait kedekatan LBY dengan al-Maghfurlah Kiai Haji Abdul Malik bin Ilyas—atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Malik—serta seputar peristiwa wafat beliau.
Kami menyampaikan penjelasan ini berdasarkan fakta sejarah yang disampaikan oleh para pelaku langsung dan saksi hidup, bukan rekaan atau tafsir sepihak.
1. Soal Kedekatan dengan Mbah Malik
Mbah Malik adalah sosok yang sangat tawadhuʿ dan selalu memuliakan siapa pun tamunya, tanpa pandang status atau latar belakang. Maka jika ada narasi bahwa Luthfi LBY mendapatkan perlakuan khusus dari beliau, itu semata cerminan akhlak mulia Mbah Malik kepada siapa saja, bukan tanda keistimewaan khusus apalagi pewarisan tharekat.
2. Soal Kepemimpinan Pondok Kedung Paruk
Pernyataan yang beredar di media sosial bahwa Pondok Pesantren Kedung Paruk diserahkan kepada LBY adalah tidak benar. Sebab, jauh sebelum wafatnya, Mbah Malik secara langsung menunjuk cucu beliau, al-Maghfurlah K.H. Abdul Qadir, sebagai penerus kepemimpinan pondok sekaligus pembawa amanah kemursyidan Naqsyabandiyah Khalidiyah. Bukan Luthfi LBY.
3. Soal Klaim Mursyid dan Baiat
Klaim bahwa Pak Luthfi menerima baiat kemursyidan dari Mbah Malik adalah tanpa dasar dan bukti shahih. Tidak ada satu pun dokumen, saksi, atau catatan resmi yang menunjukkan bahwa Mbah Malik pernah membaiat Pak Luthfi sebagai mursyid, baik dalam Tharekat Naqsyabandiyah Kholidiyah maupun Syadziliyah. Apalagi diketahui Mbah Malik sepanjang hidupnya adalah pengamal Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, bukan Syadziliyah.
Lebih aneh lagi, setelah wafatnya K.H. Abdul Qadir, LBY membaiat adik dari K.H. Abdul Qadir, yaitu almarhum K.H. Said, sebagai mursyid. Kemudian, setelah K.H. Said wafat, beliau kembali membaiat adik lainnya, K.H. Muhammad. Dari mana dasar hak kemursyidan itu datang kepada beliau, Pak Lutfi ? semua itu adalah dusta belaka.
4. Soal Wafatnya Mbah Malik
Narasi bahwa saat wafat, Mbah Malik hanya ingin ditemani Pak Luthfi adalah keliru (dusta). Faktanya, Pak Luthfi tidak hadir pada saat Mbah Malik wafat. Yang mendampingi Mbah Malik saat wafat adalah cucu-cucu kesayangan beliau: Ibu Nyai Fauziah, K.H. Abdul Qadir beserta istri.
Sementara putri beliau, Ibu Nyai Khairiyah, saat itu sedang menemani ibunda Mbah Malik yang juga sakit di ruangan sebelah. Semua keluarga besar dan murid-murid berada di luar kamar, menyaksikan dengan haru wafatnya beliau dalam keadaan husnul khātimah.
5. Soal Khalwat dan Kedekatan
Narasi bahwa selama 40 hari menjelang wafat Mbah Malik melakukan khalwat bersama Pak Luthfi juga tidak sesuai kenyataan. Berdasarkan kesaksian keluarga, Pak Luthfi tidak pernah berdiam di Kedung Paruk dalam jangka waktu panjang sebagaimana seorang santri, melainkan hanya singgah sesekali.
6. Soal Pewarisan dan Nasab
Yang menyedihkan, ada upaya untuk merubah silsilah leluhur Mbah Malik—yang jelas merupakan keturunan Pangeran Diponegoro—menjadi nasab Baʿalawi (Bin Yahya)--[palsu]. Hal ini tentu menyinggung martabat keluarga dan para santri beliau. Jika benar beliau adalah murid, maka mestinya menampilkan adab dan kejujuran dalam menjaga warisan gurunya, bukan memanipulasinya demi kepentingan pribadi atau politik tharekat.
Padahal, bila jalur tharekat ingin dilanjutkan secara sah, masih ada jalur ke Sokaraja, melalui keluarga dekat Mbah Ilyas, atau bahkan melalui jalur almarhum K.H. Abdussalam yang kini diteruskan oleh Gus Thariq.
7. Soal Haul dan Klarifikasi
Perlu dicatat pula, bahwa Pak Luthfi sangat jarang menghadiri haul Mbah Malik. Bahkan dalam dua tahun terakhir—terutama setelah informasi ini terungkap pada 30 September 2024 lalu haul Mbah Malik terakhir—beliau tidak hadir. Sebab keluarga besar Bani Ilyas menanti klarifikasi langsung dari beliau, terutama atas klaim-klaim kemursyidan dan perubahan silsilah itu.
8. Penutup
Saudara-saudaraku,
Meluruskan sejarah bukanlah tindakan benci atau permusuhan. Tapi bentuk tanggung-jawab terhadap kebenaran dan kelangsungan warisan spiritual bangsa. Jangan sampai anak cucu kita kelak tumbuh dalam kebingungan, menganggap penjilat dan kaki tangan penjajah sebagai pejuang, dan mengira pemalsuan sejarah sebagai kebenaran.
Kami tidak berniat membuat kegaduhan. Tapi bila kebenaran dibungkam dan kebohongan terus disebarkan, maka kewajiban kitalah untuk bersuara.
Para saksi masih hidup. Fakta-fakta masih bisa diverifikasi. Semoga Allah menunjukkan yang benar sebagai kebenaran dan memberi kita kekuatan untuk mengikutinya.
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jadi Inilah bukti valid dari keluarga Mbah Malik, yang diakui guru LBY tetapi justru LBY bertindak lacut dan kurang beradab kepada gurunya ini. Siapa yang tidak geram kalo nasab gurunya di palsukan oleh yang mengaku muridnya???