NEWS

Hati-hati dengan Guru Mursyid Gadungan

Sekarang ini banyak sekali yang mengaku sebagai guru Mursyid, bahkan ada yang mengaku Guru Mursyid Dunia, akan tetapi aqidah dan perbuatannya tidak sesuai dengan ajaran islam. Maka berhati-hatilah.


Berhati-hati ini maksudnya adalah kita harus hati-hati dengan Guru Mursyid Gadungan walaupun secara dzahir sanad Thariqahnya bersambung kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, akan tetapi secara batin belum tentu tersambung dengan Sirrnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Sanad bersambung ini adalah harus dengan dzahir dan batin. Tidak boleh dipisah-pisahkan.

Syaikh Abdul Qodir Al Jailani juga mengingatkan bahaya dari Mursyid Gadungan ini, Beliau berkata:

“المرشد اذا احب الدنيا فهو كلب عقور”

Di dalam Kitab-Kitab Masyro’ur Rowi, Syaikh Abdul Qodir Jailani berkata: “Seorang Mursyid jika mencintai dunia maka Dia adalah Anjing yang Buas”.

Seorang Mursyid gadungan ini juga menamakan dirinya sebagai seorang sufi, tetapi sejatinya sufi gadungan. Akhlak mereka ini tidak mengikuti akhlaknya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan perilakunya tidak mengikuti Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Apa buktinya? Mereka senang bersalaman dengan lawan jenis tanpa penghalang.

Maka ketahuilah dengan perilaku seperti itu saja dapat menjadi pertanda bahwa Guru Mursyid yang sah menjadi pewaris Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

ﻭَﺷُﺮُﻭْﻁُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦِ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳَﺼْﻠُﺢُ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻧَﺎﺋِﺒًﺎ ﻟِﺮَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺗَﺎﺑِﻌًﺎ ﻟِﺸَﻴْﺦٍ ﺑَﺼِﻴْﺮٍ ﻳَﺘَﺴَﻠْﺴَﻞُ ﺇِﻟَﻰ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟْﻜَﻮْﻧَﻴْﻦِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ﻭَﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻞَ ﻻَﻳَﺼْﻠُﺢُ ﻟِﻺِﺭْﺷَﺎﺩِ ﻭَﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻣُﻌْﺮِﺿًﺎ ﻋَﻦْ ﺣُﺐِّ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺣُﺐُّ ﺍﻟْﺠَﺎﻩِ ﻭَﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻣُﺤْﺴِﻨًﺎ ﻟِﺮِﻳَﺎﺿَﺔِ ﻧَﻔْﺴِﻪِ

“Syarat-syarat guru yang patut menjadi pengganti Rasulullah adalah; Mengikuti seorang guru yang dapat melihat (dengan ilmunya) yang sambung-menyambung silsilah sanadnya sampai kepada Rasulullah, sang pemimpin dua makhluk (jin dan manusia). Harus-lah Alim (menguasai ilmu dzahir dan bathin, artinya menguasai ilmu aqidah dan fiqih), sebab orang yang bodoh tidak bisa menjadi penunjuk kebenaran. Dan dengan ilmunya tersebut, selalu berpaling dengan kecintaan kepada dunia dan kedudukan. Dan selalu baik dalam mendidik Nafsunya (Riyadlatun-Nafsi), seperti sedikit makan dan minum, serta sedikit berbicara dan memperbanyak shalat, shadaqah serta berpuasa. Mempunyai sifat dan akhlaq terpuji, seperti : sabar, syukur, tawakkal, yakin, pemurah, qanaah, pengasih, tawadhu, shiddiq, haya, wafa, wiqor dan syukur”.

Disebutkan dalam kitab Tanwirul Qulub karangan Syeikh Muhammad Amin Kurdi disebutkan bahwa syarat seorang Guru Mursyid al Kamil itu ada 24 syarat, yang ringkasnya adalah Sirah Guru Mursyid tersebut seperti sirah (perilaku) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya adalah: 

1. Harus seorang yang alim dalam segala keilmuan yang dibutuhkan oleh para murid, yakni Aqidah dan Fiqih.

2. Harus seorang yang Arif terhadap kesempurnaan hatinya dan adab-adabnya (mampu beradab dengan Allah dan RasulNya serta makhluqNya), serta mengetahui dengan ilmunya segala bencana dan penyakit nafsu yang akan menghacurkan dirinya serta cara menyembuhkannya.

3. Ia haruslah seseorang yang lemah lembut, pemurah kepada kaum muslimin, khususnya kepada para muridnya. Apabila melihat para muridnya belum mampu untuk melawan nafsunya dan kebiasaannya yang jelak misalnya, beliau lapang dada terhadap mereka setelah menasehatinya dan bersikap lemah lembut kepadanya sampai mereka mendapat petunjuk.

4. Ia haruslah selalu menutupi segala yang timbul dari aib yang menimpa para muridnya.

5. Ia haruslah bersih dari harta haram. Serta tidak tamak terhadap apa-apa yang ada ditangan para muridnya atau orang lain.

6. Selalu melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan Allah, sehingga segala perkataannya berbekas pada diri para muridnya.

7. Ia juga tidak banyak bergaul dengan para muridnya kecuali sekedar perlu dan selalu mengingatkan hal-hal yang baru dalam hal tarekat dan syari’ah sebagai upaya membersihkan jiwa dan agar beribadah kepada Allah dengan ibadah yang benar.

8. Ia juga membiasakan perkataannya bersih dari berbagai kotoran hawa nafsu, senda gurau, dan dari segala yang tidak bermanfaat.

9. Ia juga Lemah lembut dan seimbang dalam hak dirinya, sehingga kebesaran dan kehebatannya tidak mempengaruhi dirinya.

10. Ia Selalu memberi petunjuk kepada para muridnya dalam hal-hal yang dapat memperbaiki keadaannya.

ﻭَﻳَﺨْﺘَﺎﺭُﻩُ ﻟِﻠﺼَّﺤْﺒَﺔِ ﻣِﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ ﺍﻟْﻤُﺆَﻳِّﺪِﻳْﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺑِﻨُﻮْﺭِ ﺍﻟْﺒَﺼِﻴْﺮَﺓِ ﺍﻟﺰَّﺍﻫِﺪِﻳْﻦَ ﺑِﻘُﻠُﻮْﺑِﻬِﻢْ ﻓِﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌَﺮَﺽِ ﺍﻟْﺤَﺎﺿِﺮِ ﺍﻟْﻤُﺸْﻔِﻘِﻴْﻦَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﻛِﻴْﻦِ ﺍﻟﺮُّﺅَﻓَﺎﺀِ ﻋَﻠَﻰ ﺿُﻌَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻓَﻤَﻦْ ﻭَﺟَﺪَ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺼِّﻔَﺔِ ﻓِﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥِ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞِ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﺟِﺪًّﺍ ﻓَﻠْﻴَﺸُﺪَّ ﻳَﺪَﻩُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻟِﻴَﻌْﻠَﻢَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻻَﻳَﺠِﺪُ ﻟَﻪُ ﺛَﺎﻧِﻴًﺎ ‏( ﺃﻡ ﺍﻟﺒﺮﺍﻫﻴﻦ ﺹ 69 )

“Dan Ulama memilih untuk berguru kepada imam-imam Muayyidin (yang menguatkan) agama Allah dengan petunjuk pengawasannya, yang zuhud (Zahidin) terhadap/dari dunia (harta), yang mengasihi (musyfiqin) orang-orang miskin, yang lembut dan kasih sayang (ru’afa) kepada orang-orang mukmin yang lemah. Maka barang siapa menemukan seseorang yang bersifat seperti sifat ini pada zaman yang sangat sedikit kebaikannya ini, maka berpegang kuatlah dan belajarlah kepadanya, karena sesungguhnya ia itu tiada duanya”.

  • Muayyidin : Memperkuat dan menghidupkan ajaran agama Islam (agama Tauhid) dengan Nur Bashiroh (mata hatinya).
  • Zahidin : Zuhud terhadap harta dunia, tidak mau meminta-minta kepada manusia dan jin.
  • Musyfiqin : menyayangi orang-orang miskin, menyantuni ribuan orang melarat dengan penuh kasih sayang.
  • Ru’afa’u Lil mu’minin : memiliki kasih sayang dalam mendidik orang-orang bodoh sehingga memiliki keimanan yang haqqul yaqin (Mu’min Sejati).

Itulah diantara berbagai ciri-ciri Guru Mursyid Kamil yang akan mendidik kita agar wushul (amal ibadah kita diridloi, dengan mengetahui ilmu ibadah tersebut) Allah subhanahu wa ta’ala, berdasarkan pengalaman dirinya yang memang beliau ajarkan wushul kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Carilah Guru Mursyid yang memenuhi kriteria tersebut walaupun harus pergi sampai ke ujung dunia, walaupun harus merangkak di atas salju. Karena Dialah yang memahami jalan keselamatan dunia akhirat. Alangkah ruginya orang yang tidak memiliki Guru Mursyid. Lebih rugi lagi, orang yang sudah menemui Guru Mursyid tapi tidak bisa mengambil Manfaat dan hikmah darinya.

Oleh karena itu sebelum mencari guru mursyid, sebaiknya mengetahui terlebih dahulu apa itu thariqah. Thoriqoh atau Tarekat adalah pengamalan ilmu syara' (akidah dan hukum) yang mengantarkan pelakunya sampai pada apa yang diridloi Nya (wushul), yakni surga.

Dan menurut Kiai As'ad Syamsul Arifin (W 1411 H), beliau berkata: "Tarekat yang paling baik adalah tarekatnya RasüluLläh shollaLlähu ^alayhi wa sallam (yakni) amar ma'ruf nahi munkar, memperbanyak pengajian kitab di kampung-kampung terutama kitab akidah dan fiqh." Kiai As'ad Syamsul Arifin (w. 1411 h/1990), Sukorejo, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, adalah salah satu pendiri NU yang diberi amanah oleh mbah Kholil Bangkalan, Guru beliau. Di petik dari "Kharisma Kiai As'ad di Mata Umat", h. 34, LKiS, Jogja, 2003.

كلنا سالك وليس كل سالك واصلا 

Setiap kita, tanpa terkecuali adalah salik, pelaku suluk; yang berjalan menuju akhirat. Namun tidak semua salik sampai (wushul) pada --surga tempat yang diridloi-- Nya. 

Para ulama berkata: 

من ضيع الأصول حرم الوصول 

"Barangsiapa meninggalnya tidak menetapi pokok akidah yang benar, maka pasti terhalang dari wushul pada --tempat yang diridloi--Nya. " 

 الله يحيينا على السنة ويميتنا عليها إكراما لسيدنا محمد صلى الله عليه وسلم 

Semoga Allah menjadikan hidup dan mati kita menetapi sunnah (syari'ah; akidah dan hukum-hukum) yang diajarkan Nabi karena pemuliaan Nya padanya.  

معنى الداعي الى الله الذي دعا إلى عبادة الله¹ وتوحيده²

¹ العبادة نهاية التذلل -- مرتضى الزبيدي--

² التوحيد إفراد القديم من المحدث -- سيد الطائفة الصوفية الجنيد البغدادي رضي الله عنه -- 

أي اعتقاد أن القديم هو القديم واعتقاد أن الحادث هو الحادث

Makna Ad Da'i Ilallaah

Mungkin telinga kita sering mendengar kata ad dâ^î ilallâh yang secara bahasa artinya yang mengajak pada Allâh. Namun para ulama mempunyai definisi tersendiri yang berlaku diantara mereka agar kata itu tidak disalahpahami --oleh kalangan di luar mereka--. Menurut mereka makna ad dâ^iî ilallâh adalah siapapun yang mengajak untuk  beribadah kepada Nya dan senantiasa mengesakan-Nya. 

Dalam hal ini, sama dengan makna "wushul ilallâh", yang secara bahasa artinya adalah sampai pada Nya, namun yang dimaksud oleh para ulama adalah sampai pada ilmu dan amal yang diridhoi Nya, sehingga kelak berbuah balasan di akhirat berupa surga. Bukan sampai pada tempat dimana Dia berada. Karena Dzat yang menciptakan tempat mustahil membutuhkan tempat. Karena itulah para ulama, diantaranya Imam Abu Hanifah, menegaskan yang dimaksud dekat pada Nya adalah dekat secara maknawi dengan ketaatan. Semakin banyak seseorang taat beribadah, maka dapat dikatakan semakin dekat pada Nya. Semakin banyak bermaksiat pada Nya, itu berarti semakin jauh dari Nya menurut istilah para ulama. 

Sementara makna ibadah (;menyembah) itu sendiri adalah puncak ketundukan; perendahan diri pada Dzat yang layak dan berhak untuk disembah yakni Allāh ta^âlâ saja. Seperti yang didefinisikan oleh seorang ahli bahasa Arab Murtadlô Az Zabîdî. Kerena Dia yang menciptakan seluruh makhluk, maka Dia pula yang memiliki ciptaan Nya secara hakiki. Yang memiliki ciptaan Nya secara mutlak, secara mutlak pula Dia mempunyai hak untuk memerintah dan melarang. Tunduk pada yang mempunyai hak melarang dan memerintah secara absolut ini lah yang dimaksud beribadah. Sesuai dengan makna Islam itu sendiri yang bermakna inqiyād, yakni tunduk. Setiap muslim pasti tunduk pada Nya minimal dengan tidak mengingkari; membantah; melawan apa-apa yang menjadi ketentuan Nya baik yang takwîni atau taklîfi. 

Sedangkan yang dikehendaki dengan mengesakan Allāh adalah meyakini dalam hati tentang kemahasucian Allāh yang tidak tidak mempunyai permulaan (qodîm) dari menyerupai makhluk yang pasti dipermulakan. Baik dalam wujud, sifat-sifat maupun perbuatan. Sebagaimana disebutkan oleh pemimpin tokoh sufi di zamannya, Al Junaid Ibnu Muhammad Al Baghdadi. 

والله اعلم

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar