Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pondok Pesantren At TaujiehAl Islamy 2

Banyumas - Pesantren dan sekolah lahir sebagai buah dari keprihatinan, kekhawatiran dan tentu saja kemantapan langkah hasil istikharoh. Ponpes At Taujieh Al Islamiy 2 dan SMP/SMA Islam Andalusia, mempunyai hubungan yang  tidak terpisahkan di bawah naungan Yayasan Al Anwar Al Hisyamiyyah Banyumas. Keduanya saling mendukung, melengkap untuk mencapai satu tujuan besar.

Pondok Pesantren At TaujiehAl Islamy 2


KH Zuhrul Anam Hisyam, pengasuh Ponpes At Taujieh Al Islamy, mengatakan,"Saya pengin mendorong tumbuhnya generasi muslim yang cerdas, berpengetahuan luas, berwawasan agama matang, bernafas ahlussunah wal jamaah dan cinta Tanah Air. Mereka, kelak bisa mengakses sumber-sumber Islam original, tumbuh menjadi pribadi ramah dan toleran seperti ajaran Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam".

Tujuan besar itu oleh Gus Anam diterjemahkan dalam beberapa langkah taktis, salah satunya melalui Madrasah Diniyyah At Taujieh Al Islamiy 2. Kurikulum dibuat strategis dengan mengadopsi beberapa sistem pondok pesantren dan berdasar pengalaman pribadi. Misalnya, target agar santri menguasai nahwu shorof (gramatikal Arab) dalam rentang waktu yang jelas.

“Dalam gambaran saya, santri 6 tahun selama SMP dan SMA misalnya sudah cukup bekal menguasai bahasa Arab dengan baik. Ini prasyarat, karena sumber original Islam itu semua berbahasa Arab. Sehingga, setelah bekal dimiliki semua jadi lebih mudah,” kata Gus Anam yang pernah ngaji di Arab Saudi tersebut.

Sebagai penunjang, Gus Anam juga dibantu sejumlah santri dari pondok ternama dan kualifikasi jelas. Beberapa di antaranya, alumni Ponpes At Taujieh Al Islamiy Induk, Ponpes Al Anwar Sarang Rembang, Ponpes Lirboyo, Jawa Timur, Ponpes Sidogiri Jawa Timur, Pondok Pesantren Darullughoh Wadda’wah (Dalwa), Bangil, Pasuruan, Jatim. Ada juga lulusan dari Libanon untuk takhassus Bahasa Arab.

Kelemahan kebanyakan orang, kata Gus Anam adalah kurangnya belajar, sehingga minim ilmu. At Taujieh Al Islamiy 2 dipersiapkan untuk generasi dengan ilmu mumpuni dan cakrawala pengetahuan yang luas dan berkembang. Kemampuan mengakses sumber agama Islam original juga diharapkan melahirkan pribadi-pribadi yang luwes karena keluasan ilmunya.

“Santri At Taujieh Al Islamiy 2 juga diajari dan dibiasakan wiridan. Ini praktik mengamalkan jalur spiritual berkomunikasi dengan Allah Ta'ala. Saya juga menekankan betul bagaimana akhlak santri terjaga, akhlakul karimah,” tegas Gus Anam. Beliau juga mewajibkan santri ziarah makam Mbah KH Hisyam Zuhdi wa ahlihi wa dzuriyyatihi, tidak jauh dari pesantren. Salah satu ritual yang memiliki dimensi spiritual, sekaligus menanamkan akhlak menghormati guru, dan ulama.

SANTRI PUTRI PONPES AT TAUJIEH AL ISLAMIY 2

Santri putri At Taujieh Al Islamiy 2 diasuh langsung oleh Nyai Rodliyah Anam. Ibu Diyah, begitu santri akrab menyapa Ny Rodliyah Anam, menyebut santri At Taujieh Al Islamiy 2 memiliki latar belakang berbeda-beda. Terutama dari sisi kemampuan dan pengetahuan agama. Maklum, pada umur belasan tahun, tidak jarang yang masih terkendala dengan membaca Al Quran.

“Ibaratnya, kami harus sabar bener-bener natani, trukah dari awal. Mengajari banyak hal sederhana dan terlihat sepele. Misalnya, ada ngaji AL Quran, kebiasaan menata sandal, makan yang benar dan khusus kalau putri soal haidl (materi keputrian),” kata Ibu saat ditemui Majalah At Taujieh.

Umumnya, butuh tiga bulan santriwati kemudian sudah bisa beradaptasi. Baik itu lingkungan, fisik, mental hingga penerapan akhlakul karimah. “Yang betul-betul dari nol dan kami tuntun langsung itu santri pertama yang sekarang kelas IX ( kelas 3 SMP). Kalau yang berikutnya, sudah bisa melihat dan belajar dengan yang senior,” kata ibu tiga anak tersebut.

Seperti juga santri putra, santri putri juga nglampahi  tiga prinsip Gus Anam, yaitu berilmu, berakhlak dan berdzikir. “Perbedaan mendasar tentu pada materi keputrian. Misalnya, saya selalu membaca (ngaji) kitab soal haidl secara marathon dan aplikasi agar santriwati cepat paham,” imbuh Ibu Diyah yang juga putri KH Maimoen Zubair, Sarang, Rembang tersebut.

Selain ada di Ndalem Wetan, santri putri baru juga ada di Ndalem Nyai Tsumanah Hisyam. Selain Nyai Rodliyah dan Nyai Tsumanah, ada juga Ning Unaissatuzzahra dan Idlofah Noer yang nggulawentah santri. Ada hal yang khas di kompleks putri, yaitu lomba kamar dan santri teladan.

“Lomba kamar terbersih dan santri teladan, bulanan. Penilaiannya harian dilakukan tertutup oleh pengurus, pendamping. Jadi untuk penyemangat, reward agar santri lama kelamaan terbiasa dengan persoalan yang sebenarnya sudah semestinya,” papar Bu Diyah sambil menyebut ada sekitar 7 pendamping di kompleks putri.

Terakhir, Bu Diyah bicara soal makan santri yang terjamin terutama dari sisi pemenuhan gizi. Maklum, sudah kadung umum kalau pondok identik dengan makan seadanya atau kurang bergizi. Dalam sepekan, katanya, setidaknya ada 4 (empat) hari yang makan dengan lauk; ayam, ati, telor atau ikan. 

“Insyaallah kami berusaha memperhatikan gizi santri. Paling minim ada lauk tempe goreng, selain empat hari yang pakai lauk,” katanya didampingi Idlofah Noer.

Posting Komentar untuk "Pondok Pesantren At TaujiehAl Islamy 2 "