Dalil Bahwa Tuhan Maha Suci dari Bentuk dan Ukuran

Ada sering kali orang yang baru belajar, menanyakan dengan pertanyaan sebagai berikut: 

"Sebutkanlah Dalil akal (secara Logika) yang menunjukkan Allah Maha Suci dari bentuk, susunan dan ukuran?"

maka jawabannya adalah Wajib diyakini bahwa Allah Azza wa Jalla Maha suci dari bentuk ukuran, susunan dan ukuran. Para Ulama' Ahlussunnah mengatakan Allah bukanlah sesuatu yang memiliki ukuran karena segala sesuatu yang memiliki ukuran mulai dari yang terkecil (yang dapat dilihat mata) seperti dzarrah sampai kepada yang paling besar seperti Arys membutuhkan kepada yang menjadikan dan menentukannya dalam ukuran tersebut.

Selain Allah Ta'ala adalah makhluk, dan makhluk ini pasti memiliki ukuran, susunan dan bentuk. Dan seluruh makhluk disebut benda. Benda ini ada benda yang dapat dibagi-bagi dan ada benda yang sudah tidak dapat dibagi lagi (Al Jauhar Fard). Benda ini ada yang terkecil (yang dapat dilihat mata) dan ada juga yang terbesar. Benda ini juga ada yang dapat dipegang oleh tangan (benda katsif), dan ada yang tidak dapat dipegang oleh tangan (benda latif). Benda ini juga memiliki sifat benda, yaitu bergerak, diam, naik, turun, berubah dan lain sebagainya. Maka Allah Ta'ala mahasuci dari keserupaan dari makhlukNya. Mahasuci dari benda dan sifat benda.

Sebagai contoh makhluk bernama Matahari, maka pasti memiliki ukuran dan bentuk, ia butuh kepada yang menjadikannya dalam keadaan tersebut dan tidak diterima oleh akal bahwa ia sendiri yang menjadikan dirinya dalam ukuran tersebut. Karena akal sehat mengatakan bahwa sesuatu tidak mungkin menciptakan dirinya sendiri.

Ketika kita memahami bahwa matahari dengan manfaatnya yang begitu besar tidak sah untuk diyakini sebagai pencipta alam semesta, maka wajib kita yakini bahwa pencipta Matahari Maha Suci daripada ukuran, bukan sesuatu yang berukuran, berbentuk.

Arsy yang di atas langit ke tujuh memiliki ukuran, Bahkan dia adalah makhluk yang paling besar ukurannya. ini juga menunjukkan bahwa dia membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam ukuran tersebut, dan tidak diterima oleh akal bahwa dia yang menjadikan dirinya sendiri. Begitu juga seluruh makhluk yang berada dalam ukuran termasuk apa yang ada di antara ukuran Dzarrah dan Arys semuanya butuh kepada yang menjadikannya dalam ukuran tersebut.

Maka pencipta alam semesta ini secara akal/logika bukanlah sesuatu yang memiliki ukuran karena jika seandainya dia berukuran niscaya butuh kepada yang menjadikannya dalam ukuran tersebut dan hal ini Tidak diragukan oleh orang yang mau mempergunakan akal sehatnya.

Adapun para mujasimah dan yang semisal mereka, yang meyakini Allah adalah bentuk atau tubuh, memiliki ukuran atau bentuk tertentu, sebagian mereka mengatakan sebesar Arys tidak lebih kecil tidak lebih besar maka orang-orang ini tidaklah mengenal Allah (yaitu telah kafir).

Karena jika seandainya Allah memiliki ukuran tentu dia butuh kepada yang menjadikannya dalam ukuran tersebut sebagaimana Arys dan Matahari butuh kepada yang menjadikan mereka.

Allah telah berfirman:

(لَیۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَیۡءࣱۖ)

[Surat Asy-Syura 11]

yang maknanya: "Dia tidak menyerupai sesuatu apapun dan tidak ada sesuatu apapun yang menyerupainya".

jika seandainya Allah memiliki batasan dan ukuran niscaya ayat tersebut tidak sesuai fakta karena ada banyak yang serupa dengannya, bahkan tidak terhitung manusia akan serupa dengannya matahari akan serupa dengannya Arys begitu juga.

Maka bagaimana kita dianggap mengamalkan ayat ini dan menyesuaikannya dengan logika yang sehat?, Yaitu dengan mensucikan Allah dari ukuran dan bentuk.

Ditambah keterangan ini juga telah diriwayatkan secara Tsabit dari para generasi Salaf para Sahabat, Tabiin dan Atba'ut Tabi'in.

Berkata Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu:

"من زعم أن إلهنا محدود فقد جهل الخالق المعبود"

"Barang siapa yang mengira bahwa Tuhan itu memiliki bentuk ukuran maka dia tidak mengenal Pencipta yang berhak disembah"

[Riwayat Al Hadfiz Abu Nu'aim dalam kitab Hilyatul Aulia].