NEWS

Tafsir Ayat Aqidah Surat Tha-Ha 5

TAFSIR AYAT AQIDAH 40

ٱلرَّحۡمَـٰنُ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ ٱسۡتَوَىٰ

[Surat Tha-Ha 5]

*"Allah menguasai Arsy"*


*Penjelasan*:

Ayat ini tergolong sebagai ayat mutasyabihat, yakni ayat yang dari segi bahasa memiliki lebih dari satu makna.

Imam Al-Hafidz Murtadha Az-Zabidi berkata: 

"Kalimat 'Istawa' memiliki lima belas makna, dan makna yang paling mulia dan layak bagi Allah ta'ala adalah Menguasai"

Jadi, Allah yang maha pengasih Menguasai 'arsy, yang mana merupakan makhluk terbesar ciptaan Allah.

Makna kata istawa dalam bahasa Arab ada 15 makna, di antaranya:

1. Duduk, seperti perkataan:

استوى فلان على الكرسي

"Fulan duduk di atas kursi" 

2. Bersemayam, seperti perkataan:

استوى الملك على العرش

"Raja itu bersemayam di atas singgasana" 

3. Masak/matang, seperti perkataan:

استوت الفاكهة

"Buah itu telah masak" 

4. Sempurna, seperti perkataan:

استوى القمر

"Bulan telah sempurna, menjadi purnama" 

5. Berlabuh, seperti firman Allah ta'ala :

فاستوت على الجودي

"Perahu nabi Nuh telah berlabuh di atas bukit Judi" 

6. Lurus, seperti perkataan imam kepada makmum:

 استووا

*"Luruskanlah (barisan)".*

7. Tegak, seperti firman Allah ta'ala:

فاستوى على سوقه

"tunas tersebut telah menjadi tegak lurus di atas batangnya" 

8. Menguasai, seperti perkataan:

استوى بشر على العراق

"Bisyr telah menguasai Irak".

9. Dan seterusnya..

Metode memahami ayat mutasyabihat yang makna dzahirnya menunjukkan bahwa Allah serupa dengan makhluk adalah *dengan takwil*.

Takwil artinya memalingkan makna nash dari makna dzahir (makna yang pertama dipahami ketika kata tersebut disebut).

Dalam mentakwil ayat di atas ada dua metode yang digunakan oleh para ulama, yaitu:

1. *Takwil ijmali (tafwidl)*, yakni tidak memaknai ayat tersebut dengan makna dzahir dengan tanpa menentukan makna tertentu.

Al Imam Malik Radliyallahu anhu berkata:

استوى كما وصف نفسه ولا يقال كيف وكيف عنه مرفوع

"Allah istawa sebagaimana Dia mensifati dirinya dan tidak dikatakan bagaimana, kaif (sifat makhluk) itu mustahil (bagi Allah) "

2. *Takwil tafshiliy*, yakni tidak memaknai ayat tersebut dengan makna dzahir, dan menentukan maknanya dengan makna tertentu.

Sebagian ulama mentakwil ayat tersebut dengan makna menguasai, *'Allah menguasai Arsy'.*

Sebagian ulama yang lain mentakwil dengan makna menjaga dan menetapkan, 'Allah menjaga dan menetapkan Arsy di tempatnnya', sehingga tidak jatuh menjatuhi bumi.

Jadi tidak boleh dikatakan Allah bertempat. Orang yang berkeyakinan Allah bertempat maka telah kafir.

*Awas!!*

Aqidah Wahabi adalah meyakini bahwa Allah di atas arsy. Mereka menjadikan ayat ini sebagai dasarnya dengan makna dzahirnya. *Aqidah wahabi ini sama persis dengan Raja Fir'aun*. 

Oleh karena itu tidak boleh mengatakan:

"Terserah yang di atas" atau "Allah di atas" dan semacamnya. 

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar