Tafsir Ayat Aqidah Surat Ali 'Imran 97 dan Fushilat 46
TAFSIR AYAT AQIDAH 29
فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِیٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
"Sesungguhnya Allah Maha Kaya dari alam semesta"
*Penjelasan*:
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Maha Kaya dari alam semesta, *artinya Allah tidak membutuhkan pada satupun dari alam semesta ini.* Alam adalah segala sesuatu selain Allah, seperti manusia, malaikat, jin, bumi, langit, Arsy dan lainnya. Allah adalah Pencipta alam semesta maka Ia tidak mungkin membutuhkan kepada ciptaannya tersebut.
Justru alam semestalah yang membutuhkan pada Allah sejak awal penciptaaanya, karena Allah-lah yang mengadakannya dari tidak ada menjadi ada. Allah ta'ala berfirman:
وَٱللَّهُ ٱلۡغَنِیُّ وَأَنتُمُ ٱلۡفُقَرَاۤءُۚ
[Surat Muhammad 38]
"Dan Allah itu Maha Kaya, sedangkan kalian adalah orang-orang yang membutuhkan (pada Allah)".
- Allah yang menciptakan manusia, tidak membutuhkan manusia.
- Allah yang menciptakan jin, tidak membutuhkan pada jin.
- Allah yang menciptakan malaikat, tidak membutuhkan pada malaikat.
- Allah yang menciptakan langit, tidak membutuhkan langit.
- Allah yang menciptakan bumi, tidak membutuhkan bumi.
- Allah yang menciptakan Arsy, tidak membutuhkan Arsy.
- Allah yang menciptakan tempat, tidak membutuhkan pada tempat.
*Peringatan*
Waspadalah terhadap Ibnu Taimiyah al Harrani (tokoh panutan kaum Wahhabi), dia menyebut para malaikat dengan sebutan أعوان الله (para pembantu Allah). Dalam bahasa Arab, kalimat ini menunjukkan bahwa Allah butuh pada para malaikat, berbeda dengan istilah (أنصار الله).
Allah menugaskan sebagian malaikat untuk mengatur sebagian alam semesta. Ini tidak menunjukkan bahwa Allah membutuhkan pada para malaikat. Karena malaikat dan perbuatan malaikat yang berupa mengatur sebagian alam semesta adalah terjadi dengan ciptaan dan kehendak Allah ta'ala. Jadi pada hekakatnya Allah lah pengatur alam semesta ini.
Manfaat dari tugas tersebut tidak kembali kepada Allah tetapi kembali kepada para malaikat. Karena dengan tugas itu mereka menjadi makhluk yang mulia menurut Allah ta'ala.
Demikian juga para nabi, Allah tidak membutuhkan pada para Nabi. Ditugaskannya para Nabi untuk menyampaikan Risalah Allah ta'ala pada umat manusia tidak menunjukkan bahwa Allah membutuhkan pada para Nabi. Karena para nabi dan perbuatan yang mereka lakukan itu terjadi dengan ciptaan dan kehendak Allah ta'ala.
Manfaat dari tugas tersebut tidak kembali pada Allah ta'ala, tetapi kembali kepada para Nabi. Karena dengan tugas itu mereka menjadi makhluk yang paling mulia menurut Allah.
Jadi, *ALLAAH TIDAK BUTUH PADA MAKHLUQNYA*
*Awas:*
Hati-hati perkataan yang menyesatkan dari kalangan wahhabi yang mengatakan Allah di luar alam. Keyakinan ini diyakini oleh sekte Wahhabiyyah Mujassimah Musyabbihah, mereka mengatakan bahwa Allah terpisah dari makhluk Nya berada di luar Alam. Dari keyakinan ini menjadikan syubhat kesesatan yang nyata. Diantara syubhat sekte Wahhabiyyah Mujassimah Musyabbihah, mereka mengatakan:
1.Jika Allah tidak di dalam Alam atau tidak diluar Alam maka sama saja Allah tidak ada.
2.Tidak ada kategori ketiga, jika tidak di dalam pastilah di luar Alam.
Maka syubhat sesat wahabi tersebut sudah terbantahkan oleh perkataan Imam at Thabari bahwa Allâh Qadim, Allah adalah pencipta segala sesuatu dari alam ini, Allah ada tanpa permulaan sebelum alam ada, maka Allâh tidak disifati diluar ataupun di dalam Alam.
Allâh Ada Tanpa Tempat
Allâh Ada Tanpa Arah
Allâh Ada Tanpa Zaman
TAFSIR AYAT AQIDAH 30
مَّنۡ عَمِلَ صَـٰلِحࣰا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَاۤءَ فَعَلَیۡهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمࣲ لِّلۡعَبِیدِ
[Surat Fushilat 46]
"Barang siapa yang beramal sholih maka bagi dia pahalanya, dan barang siapa yang berbuat keburukan maka bagi dia dosanya, dan *tidaklah tuhanmu berbuat dzalim kepada para hamba*"
*Penjelasan*:
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak dzalim terhadap para hamba-Nya.
Ayat ini juga selaras dengan banyak ayat di dalam al Qur'an, di antaranya firman Allah ta'ala:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَظۡلِمُ ٱلنَّاسَ شَیۡـࣰٔا وَلَـٰكِنَّ ٱلنَّاسَ أَنفُسَهُمۡ یَظۡلِمُونَ
[Surat Yunus 44]
"Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim sedikitpun pada manusia, tetapi manusialah yang berbuat dzalim pada diri mereka"
Karena definisi dzalim tidak bisa diterapkan pada Allâh ta'ala.
Dzulm artinya melakukan tindakan tertentu terhadap selain miliknya tanpa dengan seizin pemiliknya.
Padahal alam semesta, semuanya adalah milik Allâh. Sehingga tidak bisa digambarkan bahwa Allâh itu berbuat dzalim.
Allâh berbuat apa saja terhadap makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya yang azali, tanpa ada yang bisa menghalangi terjadinya. Allâh tidak ditanya tentang apa yang Dia lakukan, sebaliknya makhluklah yang akan ditanya (dimintai pertanggung jawaban) tentang apa yang telah mereka lakukan.
Allah ta'ala berfirman:
فَعَّالࣱ لِّمَا یُرِیدُ
[Surat Al-Buruj 16]
"Allah melakukan (apa saja) sesuai dengan apa yang Dia kehendaki".
Ibnu Roslan rahimahullah dalam az Zubad berkata:
كذا لَهُ أن يُؤلِمَ الأَطفالا # ووصْفُهُ بالظالِمِ استَحَالا
"Demikian juga bagi *Allâh itu membuat sakit anak-anak kecil*, mensifati Allah dengan dzalim adalah mustahil"
*Dzulm* juga berarti tidak menjalankan perintah atau tidak meninggalkan larangan.
Padahal tidak ada yang memerintahkan Allah untuk melakukan sesuatu dan tidak ada yang melarang Allah untuk melakukan sesuatu. Karena itu apa yang Allâh lakukan terhadap makhluk-Nya tidak dapat dipertanyakan:
Allah ta'ala berfirman:
لَا یُسۡـَٔلُ عَمَّا یَفۡعَلُ وَهُمۡ یُسۡـَٔلُونَ
[Surat Al-Anbiya' 23]
"Allah tidak ditanya tentang sesuatu yang Dia lakukan dan mereka (manusia) yang akan ditanya (tentang apa yang mereka lakukan)".
Salah satu bentuk keadilan Allâh yang dijelaskan dalam ayat ini adalah Allâh membalas setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, jika berupa perbuatan baik maka akan diberi pahala dan jika berupa perbuatan buruk maka akan mendapatkan adzab.
*Pahala* adalah balasan menyenangkan yang akan diberikan kepada para hamba di akhirat atas perbuatan baik yang dilakukannya di dunia.
*Adzab* adalah adalah balasan tidak menyenangkan yang akan ditimpakan pada para hamba di akhirat atas perbuatan kufur dan kemaksiatan yang mereka lakukan di dunia.
*Allah memberi pahala dan memasukkan orang-orang mukmin ke dalam surga dengan fadl (karunia)-Nya dan Allah mengadzab dan memasukkan orang-orang kafir ke dalam neraka dengan keadilan-Nya.*
*Awas:*
Kufur ada dua macam:
1. *Kufur syirik*, yaitu kufur yang mengandung unsur syirik. Syirik artinya beribadah kepada selain Allah, seperti orang yang sujud kepada berhala. Dan Syirik adalah *kedzaliman yang paling besar*, Allah ta'ala berfirman:
إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِیمࣱ
"Sesungguhnya syirik adalah kedzaliman yang paling agung" [Surat Luqman: 13]
2. *Kufur ghoiru syirik*, yaitu kufur yang tidak mengandung unsur syirik. Seperti *orang yang menghina Allah dengan lisannya*, dia mengatakan *"Allah itu dzalim"*.
Maka, Orang yang mati dalam keadaan kafir (kafir musyrik dan atau kafir goiru musyrik), Allah tidak akan mengampuni dosa-dosanya.
Allah ta'ala berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَغۡفِرُ أَن یُشۡرَكَ بِهِۦ وَیَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَ لِكَ لِمَن یَشَاۤءُۚ
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain syirik bagi orang yang Allah kehendaki"
[Surat An-Nisa': 48]
Rasulullah ﷺ bersabda:
إنَّ اللهَ لَيَغْفرُ لِعبْدِهِ مَا لَمْ يَقَعْ الحِجابُ " قالُوا: يَا رسولَ اللهِ وما وُقُوعُ الحِجابِ؟ قال: "أنْ تمُوتَ النَّفْسُ وهِيَ مُشْرِكَةٌ
"Sesungguhnya Allah benar-benar mengampuni hamba-Nya selama tidak ada hijab (penutup), mereka bertanya; apakah hijab itu, Nabi menjawab: Apabila seseorang mati dan dia musyrik". HR Ahmad