Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Bait Ke 17 Nadhom Aqidatul Awamm Kisah Nabi Ismail Alaihissalaam

 Ngaji Kitab Aqidatul Awam 17-2


قال المؤلف رحمه الله تعالى:

لوط وإسماعيل إسحاق كذا # يعقوب يوسف وايوب احتذا

"Luth, Ismail, Ishaq, demikian juga Ya'qub, Yusuf dan Ayyub"

Penjelasan

Nama-nama Nabi yang wajib (kifayah) untuk diketahui adalah:

8. Nabi Ismail Alaihissalaam

Nasabnya adalah Ismail ibn Ibrahim 'alayhimassalam. Beliau adalah putra dari Hajar al Mishriyah, seorang amat (budak) milik istrinya (Saarah) yang diberikan kepada nabi Ibrahim. Dari keturunan nabi Ismail inilah Rasulullah ﷺ dilahirkan.

Awas

Siapa pun yang menyebut Nabi Ismail sebagai "anak haram" telah membuat kebohongan yang besar dan menghina Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. 

Nabi Ismail adalah putra sah Nabi Ibrahim, karena hubungan Nabi Ibrahim dengan Hajar adalah sah menurut Islam, bukan zina.

Sebelum Nabi Ishaq dari ibunda Saarah, Allâh memberi Nabi Ibrahim ujian yang sulit, yaitu untuk menyembelih putranya dari Hajar, Nabi Ismail. Nabi Ibrahim sepenuhnya taat dan tidak ragu sedikitpun. Allâh menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba saat disembelih.

PERHATIAN :

Mimpi para nabi adalah wahyu, sehingga Nabi Ibrahim TIDAK ragu sedikitpun dengan perintah itu. Tidak benar pernyataan sebagian orang bahwa Nabi Ibrahim sempat ragu dengan perintah itu, sehingga mimpi tersebut berulang sampai tiga kali untuk menghilangkan keraguan nabi Ibrahim.

Setelah menerima perintah menyembelih nabi Ismail, Nabi Ibrahim berkata kepada Nabi Ismail anaknya:

فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى 

“Lihatlah apa pendapatmu”

Pertanyaan Nabi Ibrahim pada Nabi Ismail ini TIDAK berarti bahwa Nabi Ibrahim ingin mengajak nabi Ismail untuk bermusyawarah; dijalankan atau tidak perintah Allah tersebut dan bukan juga keraguan untuk menjalankan perintah Allah. TIDAK SAMA SEKALI.

Pertanyaan nabi Ibrahim ini adalah agar beliau tahu kemantapan sang anak (nabi Ismail) dalam menjalankan perintah Allah ta’ala. Sehingga keluarlah jawaban Nabi Ismail, seorang anak yang cintanya kepada Allah melebihi cintanya pada kehidupan dia sendiri. Nabi Ismail mengatakan:

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

"Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar". 

Perkataan nabi Ismail “Insya Allah” (jika Allah menghendaki) itu karena tidak ada sesuatu yang terjadi di alam semesta ini kecuali dengan kehendak Allah.

Tidak ada gerakan dan juga tidak ada diam kecuali terjadinya dengan kehendak Allah.

Rasulullah mengajarkan kepada sebagian putrinya bacaan:

ما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن

“Apapun yang telah Allah kehendaki pada azal terjadinya maka pasti terjadi dan apapun yang tidak Allah kehendaki pada azal maka pasti tidak akan terjadi”

Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah, beliau menyembelih putranya Ismail. Nabi Ibrahim menjalankan pisaunya dileher anaknya Ismail, namun ternyata pisau itu tidak dapat memotongnya.

Kisah ini adalah dalil bahwa tidak setiap yang Allah perintahkan akan terjadi, tetapi setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi.

Allah memerintahkan nabi Ibrahim untuk menyembelih nabi Ismail, tetapi Allah tidak menghendaki nabi Ismail tersembelih, maka nabi Ismail tidak tersembelih.

Kisah ini juga menjadi dalil bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Sabab (sebab) tidak menciptakan musabbab (akibat), tetapi Allah lah yang menciptakan sabab dan juga musabbab.

Pisau adalah sebab dari terpotong, obat adalah sebab dari kesembuhan, makan adalah sebab dari kenyang. Sebab-sebab itu bukan pencipta terpotong, kesembuhan atau kenyang, tetapi Allah lah yang menciptakan seluruhnya. 

Ahlussunnah wal jama’ah berkeyakinan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu, pencipta makhluk dan perbuatannya, pencipta kebaikan dan keburukan, pencipta keimanan dan kekufuran, pencipta ketaatan dan kemaksiatan, pencipta hidayah dan kesesatan, pencipta sebab dan sesuatu yang disebabkan.

Ketika akan disembelih, nabi Ismail berkata kepada ayahnya (seorang anak berkata kepada ayahnya):

يا أبي اكْفُفْ عَني ثوبَكَ حتى لا يتلطّخ مِنْ دَمِي فَتَرَاهُ أُمّي، وأَسْرِعْ مَرّ السّكين، ليكونَ أهونَ للمَوتِ عليّ، فإذا وَصَلْتَ إلى أُمّي أَقْرِئْهَا السلام

"Wahai ayahku jagalah pakaianmu agar tidak berlumuran dengan darahku sehingga ibuku akan melihatnya, dan percepatlah hunusan pisaumu agar aku lebih mudah untuk mati, apabila engkau sampai pada ibuku, sampaikanlah salamku padanya". 

Mendengar ucapan tersebut, nabi Ibrahim memeluknya seraya mengatakan:

نِعْمَ الوَلَد أَنْتَ يا بُنَيَّ على تَنْفِيْذِ أَمْرِ الله

"Sebaik-baik anak adalah engkau wahai anakku (dalam menjalankan perintah Allah)"

Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa:

  • Seorang mukmin yang sempurna adalah orang yang cintanya kepada Allah lebih besar dari cintanya kepada anak, orang tua, harta benda dan bahkan pada dirinya sendiri.
  • Orang tua yang sholih adalah orang tua yang mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada anak-anaknya dan mendidik mereka dengan akhlak yang mulia.
  • Anak yang Sholeh adalah anak yang berbakti kepada Allah dan Rasulullah serta kedua orang tuanya, membantu orang tuanya untuk berbuat ketaatan kepada Allah dan bukan malah mendorong orang tuanya bermaksiat kepada Allah.

Sebelum pelaksanaan penyembelihan terhadap nabi Ismail yang selanjutnya diganti dengan seekor domba besar, Iblis menampakkan diri tiga kali di tempat yang sekarang dikenal dengan jamarat yang tiga. Iblis datang untuk mengganggu nabi Ibrahim, agar beliau tidak melaksanakan perintah Allah. Kemudian nabi Ibrahim melemparinya dengan batu sebagai bentuk penghinaan terhadap Iblis.

Oleh karena itu, Pelaksanaan wajib haji yang berupa melempar jamrah yang tiga adalah untuk menghidupkan sunnah nabi Ibrahim 'alayhissalam. Lempar jamrah adalah simbol dari anjuran untuk melakukan perlawanan terhadap syetan dan penghinaan terhadapnya, bukan karena syetan bertempat tinggal di tempat tersebut, sebagaimana dugaan sebagian orang.

PERINGATAN :

Syetan adalah musuh umat Islam, karena itu harus dijadikan sebagai musuh. 

Allah berfirman:

(إِنَّ ٱلشَّیۡطَـٰنَ لَكُمۡ عَدُوࣱّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ )

[Surat Fathir 6]

"Sesungguhnya Syetan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah dia sebagai musuh".

Membangun Ka'bah kembali

Al Ka' bah adalah rumah yang pertama kali dibangun di muka bumi. Nabi Adam yang pertama kali membangunnya.

Allâh memerintahkan Nabi Ibrahim untuk kembali merekonstruksi al Ka'bah al Musyarrafah yang telah hancur. Ka'bah ini rusak terkena banjir bandang pada masa Nabi Nuh 'alayhissalam. Nabi Ibrahim melakukannya bersama dengan Nabi Ismail.

Hajar Aswad yang diletakkan di salah satu rukun Ka'bah adalah mutiara yang berwarna putih yang berasal dari Surga, menjadi hitam karena diusap-usap oleh orang-orang musyrik.

Maqom Ibrahim adalah batu tempat berdirinya nabi Ibrahim 'alayhissalam ketika membangun ka' bah, batu itu diletakkan oleh nabi Ismail 'alayhissalam, setiap kali bangunannya meninggi.

Al Ka'bah al Musyarrafah terletak di tengah bumi, sejajar dengan al Bait al Makmur di atas langit ke tujuh, tempat thowaf para malaikat.

Al Ka'bah adalah kiblat sholat umat Islam, bukan tempat bagi Allah, karena Aqidah Aswaja menegaskan bahwa Allah ada tanpa tempat. 

Setelah Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail selesai membangun Ka'bah, Allah memerintahkan beliau untuk menyeru umat manusia untuk haji, bahwa haji wajib atas mereka. Selanjutnya nabi Ibrahim bersama nabi Ismail menunaikan manasik haji.

(وَأَذِّن فِی ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ یَأۡتُوكَ رِجَالࣰا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرࣲ یَأۡتِینَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِیقࣲ)

[Surat Al-Hajj 27]

Ibadah haji adalah salah satu syariat Nabi Ibrahim yang ditetapkan sebagai syariat nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam.

Nabi Ibrahim menunaikan Ibadah haji pertama kali dengan diajari oleh malaikat Jibril.

Allah memperdengarkan seruan haji Nabi Ibrahim kepada semua orang yang berada dalam rahim ibunya dan yang masih dalam tulang shulbi ayah mereka, yaitu orang-orang yang telah ditentukan Allah akan menunaikan haji sampai hari kiamat. Kemudian mereka menjawab dengan talbiyah:

لبيك اللهم لبيك.

Jutaan jama'ah haji yang datang dari seluruh dunia pada setiap tahun adalah jawaban atas seruan nabi Ibrahim tersebut. 

Nabi Ismail diutus pada kabilah-kabilah Arab dan kabilah al Amaliq serta penduduk Yaman.

Allah ta'ala berfirman:

وَٱذۡكُرۡ فِی ٱلۡكِتَـٰبِ إِسۡمَـٰعِیلَۚ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلۡوَعۡدِ وَكَانَ رَسُولࣰا نَّبِیࣰّا

[Surat Maryam 54]

"Dan sebutlah nabi Ismail dalam al Qur'an, sesungguhnya dia orang yang menepati janji dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi".

Allah ta'ala mengkhabarkan dalam al Qur'an bahwa Ismail adalah seorang yang haliim (sabar, tidak mudah marah), Allah ta'ala berfirman:

فَبَشَّرۡنَـٰهُ بِغُلَـٰمٍ حَلِیمࣲ

[Surat Ash-Shaffat 101]

"Kemudian Kami beri kabar gembira kepada Ibrahim dengan (akan lahirnya) seorang anak yang haliim". 

Nabi Ismail wafat di Makkah al Mukarromah, dikuburkan di dekat makam ibunya di al Hijr. Umur beliau ketika itu 137 tahun. 

Intaha

Bersambung 

Allah Ada Tanpa Tempat

Posting Komentar untuk "Makna Bait Ke 17 Nadhom Aqidatul Awamm Kisah Nabi Ismail Alaihissalaam"