Tafsir Ayat Aqidah Surat Al-Kafirun
TAFSIR AYAT AQIDAH 66
Keistimewaan Surat al-Kâfirûn adalah merupakan surat yang menjadi 1/4 al quran. sedangkan surat al ikhlas adalah menjadi 1/3 al quran. Surat al Kafirun ini merupakan surat makiyyah menurut pendapat Ibnu Mas'ud. Dan menurut Ibnu Abbas, surat Al Kafirun merupakan surat Madaniyyah. Surat Al Kafirun ini ada 6 ayat.
بسْمِ اللهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيم ﴿قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ [1] لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ [2] وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ [3] وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ [4] وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ [ 5] لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ [6]﴾. فَائِدَةٌ: ﴿لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ(6)﴾ فِي الآيَةِ مَعْنَى التَّهْدِيدِ وَهُوَ كَقَوْلِهِ تَعَالَى ﴿لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ﴾ [سُورَةَ القِصَصِ/55]، فَقَوْلُهُ ﴿لَكُمْ دِينُكُمْ(6)﴾ أَيِ الْبَاطِلُ وَهُوَ الشِّرْكُ الَّذِي تَعْتَقِدُونَهُ وَتَتَوَلَوْنَهُ ﴿وَلِيَ دِينِ(6)﴾ الَّذِي هُوَ دِينُ الْحَقِّ وَهُوَ الإِسْلامُ، أَيْ لَكُمْ شِرْكُكُمْ وَلِيَ تَوْحِيدِي وَهَذَا غَايَةٌ فِي التَّبَرِّي مِنَ الْبَاطِلِ الَّذِي هُمْ عَلَيْهِ. وَمِثْلُ ذَلِكَ فِي إِفَادَةِ التَّهْدِيدِ وَالْوَعِيدِ قَوْلُهُ تَعَالَى فِي سَورَةِ الْكَهْفِ: ﴿فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ﴾، فَلَيْسَ مَعْنَى الآيَةِ أَنَّ مَنِ اخْتَارَ الإِيمَانَ كَمَنِ اخْتَارَ الْكُفْرَ، بَلْ مَنِ اخْتَارَ الْكُفْرَ مُؤَاخَذٌ وَمَنِ اخْتَارَ الإِيمَانَ مُثَابٌ، وَيَدُّلُ عَلَى أَنَّهَا تُفِيدُ التَّهْدِيدَ بَقِيَّةُ الآيَةِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا﴾ [سُورَةَ الْكَهْف/29]، وَهُنَا يَجْدُرُ التَّنْبِيهُ إِلَى أَنَّ الْعُلَمَاءَ قَالُوا: مَنْ قَالَ فِي الآيَتَيْنِ إِنَّهُمَا تُفِيدَانِ أَنْ لا مُؤَاخَذَةَ عَلَى مَنِ اخْتَارَ دِينًا غَيْرَ الإِسْلامِ إِنَّهُ يَكْفُرُ لِتَكْذِيبِهِ قَوْلَهُ تَعَالَى: ﴿وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾ [سُورَةَ ءَالِ عِمْرَان/85]. فَائِدَةٌ: أَفَادَ قَوْلُهُ تَعَالَى أَنَّ مَا سِوَى دِينِ الإِسْلامِ مِنَ الأَدْيَانِ يُسَمَّى دِينًا مَعَ كَوْنِهِ بَاطِلا فَاسِدًا، فَالآيَةُ مَعْنَاهَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَكُمْ دِيْنُكُمُ الْفَاسِدُ الْبَاطِلُ وَلِيَ دِينُ الْحَقِّ وَهُوَ الإِسْلامُ.
Sebab Turunnya Surat al-Kâfirûn
Surat ini tidak berarti bahwa setiap orang bebas memilih agama apapun yang ia suka sebagai jalan menuju surga. Bukan bermakna semua agama sama benarnya. Secara sosial kita memang diperintahkan berbuat baik kepada non-muslim, tapi secara akidah kita wajib meyakini Islam sebagai satu-satunya agama yang benar dan diridlai oleh Allah.
Di antara perkara yang disunnahkan bagi setiap Muslim untuk dilakukan secara kontinyu ketika kembali ke tempat tidur adalah membaca surah Al-Kafirun, dan menjadikannya sebagai bacaan yang terakhir dia baca, karena ia adalah pelepasan diri dan syirik. karena dalam hadits di katakan bahwa ada seorang sahabat yang meminta bacaan apa yang harus dibaca ketika hendak tidur.
عَنْ فَرْوَةَ بْنِ نَوْفَلٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، عَلِّمْنِي شَيْئًا أَقُولُهُ إِذَا أَوَيْتُ إِلَى فِرَاشِي، فَقَالَ: "اقْرَأْ {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ".
رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ وَالدَّارِمِيُّ، وَقَدْ رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ.
Dari Farwah ibn Naufal dari ayahnya, bahwa sesungguhnya ia berkata:
"Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang saya baca ketika hendak tidur."
Maka Nabi ﷺ bersabda:
"Bacalah surat Al kafirun, sesungguhnya ia (mempunyai manfaat) membebaskan dari kesyirikan". Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, Abu Dawud, Ad Darimi, Imam Ahmad dan lainnya.
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
"Katakanlah (Wahai Muhammad) Wahai orang-orang kafir (tertentu)".
Dari ayat pertama dari Surat Al Kafirun ini, ada kaidah bahwa pengkafiran terhadap seseorang ini ada dua macam, Yaitu pengkafir Bil Haq dan bi ghoiri Haq. Pengkafiran BiHaqqin adalah pengkafiran yang memang sesuai bukti dan aturan syariat yang sudah di tentukan oleh para ulama. Contohnya adalah ayat ini, surat al Kafirun, yaitu wahai orang kafir. Sedangkan Pengkafiran Bighoiri Haqqin ini adalah pengkafiran yang tidak sesuai bukti dan tidak sesuai dengan aturan syariat islam. seperti yang dilakukan kelompok wahabi dan juga sayid qutub (memang namanya demikin, bukan gelar sayyid), yang mengatakan bahwa seluruh orang menjadi kafir karena tidak menggunakan hukum Allah Ta'ala.
Sayyid Qutub ini adalah tokoh dari gerakan IM yang ada di mesir, dia menghukumi bahwa orang islam yang tidak menggunakan hukum islam adalah sebagai orang kafir. Hal yang sama pernah dulu dilakukan oleh kaum khawarij yang mengkafirkan Sayyidina Ali bin abi thalib (kholifah al muslimin). Dalil yang dipakai pun sama, yaitu:
ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون
Barangsiapa yang berhukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka adalah orang kafir.
Padahal Ayat tersebut turun untuk menghukumi orang kafir, bukan orang islam. Kaum khowarij itu ibadahnya sangat hebat, mereka rajin sholat jama'ah, puasa, sedekah, berpakaian islami, rajin dakwah, rajin beramal sholih, mereka punya semboyan لا حكم إلا لله tidak ada hukum kecuali hukum milik Allah, dengan semboyan ini mereka menghalalkan darah sayyidina 'Ali bin Abu Tholib, sedangkan Beliau Sayyidina Ali, menanggapi semboyan mereka, beliau berkata : كلمة حق أريد بها الباطل Semboyan mereka adalah kalimah yang benar namun tujuan mereka bathil (mereka begitu karena salah dalam memahami ayat-ayat Al-Qur an). Kaum khowarij seburuk-buruk makhluk yang diciptakan, karena justru mereka yang menjadi kafir. Karena menghukum kafir tanpa haq.
Begitu juga, dengan semboyan oleh kaum yang juga sesat yaitu: "Yang dikafirkan adalah ucapannya, bukan orangnya", Semboyan ini adalah bertentangan dengan ajaran islam. Para ulama ahlussunnah wal jamaah tidak mengajarkan demikian. Ahlussunnah menghukumi siapa yang mengucapkan kata kata kufur maka dia (orangnya) dihukumi kufur (keluar dari agama islam).
Dalam Ayat pertama surat al Kafirun ini kata al Kafirun adalah orang-orang kafir tertentu yang ada di hadapan rosulullah. Yaitu mereka yang meminta kesepakatan untuk menyembah berhala-berhala mereka dalam masa satu tahun, dan mereka akan menyembah Tuhan Nabi Muhammad (Allah) dalam masa satu tahun juga.
Maka turunlah Surat Al Kafirun ketika mereka orang-orang kafir meminta kesepakatan tersebut. Dan Nabi menegaskan bahwa permintaan orang kafir tersebut tidak akan terjadi.
Permintaan kesepakatan tersebut ada di markas orang kafir, sehingga Nabi menolak mentah-mentah permintaan mereka dan hal ini adalah pelecehan terhadap mereka orang-orang kafir.
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ [2] وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ [3]
Aku (Nabi) tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, sekarang dan sampai akhir hayatku (nabi). Dan kalian (orang-orang kafir) tidak akan menyembah apa yang saya sembah.
Karena Allah mengetahui mereka orang-orang kafir, bahwa mereka tidak akan menyembah Allah.
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ [4] وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ [ 5]
Dan Aku (Nabi) tidak akan menyembah apa yang kalian sembah, baik sekarang dan sampai akhir hayat. Dan kalian juga tidak akan menyembah apa yang saya sembah.
Pengulangan atau ta'kid ini adalah bentuk penegasan kepada mereka orang orang kafir. Untuk menguatkan dan memutus apa yang diinginkan oleh orang-orang kafir dengan sempurna. Jadi betul-betul tidak akan dipenuhi oleh Rasulullah, dan menegaskan berita bahwa mereka orang orang kafir akan mati dalam keadaan kafir selamanya dan tidak akan masuk islam selamanya.
لَكُمۡ دِینُكُمۡ وَلِیَ دِینِ
[Surat Al-Kafirun]
"Bagi kalian agama kalian (yang batil maka tinggalkanlah) dan bagiku agamaku (Islam yang benar, maka ikutilah!!)"
Ayat ini berisi penegasan Rasulullah ﷺ terhadap orang-orang kafir Quraisy, bahwa Islam (agama yang mengajarkan tauhid yang haq) adalah satu-satunya agama yang benar, sedangkan agama orang-orang kafir (yang mengajarkan kesyirikan) adalah agama yang batil yang harus mereka tinggalkan.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada nabi-Nya untuk melepaskan diri dari agama syirik yang dianut oleh orang-orang kafir Quraisy.
Ayat ini mengandung makna tahdid dan wa'id (ancaman) terhadap orang-orang yang kafir yang tetap dalam kesyirikan.
Makna tahdid dalam ayat ini dipahami dari ayat sebelumnya yang mengkhabarkan kepada Nabi bahwa orang-orang kafir Quraisy pada saat itu tidak mau beribadah kepada Allah:
وَلَاۤ أَنتُمۡ عَـٰبِدُونَ مَاۤ أَعۡبُدُ
"Dan tidaklah kalian (sekarang) mau menyembah Allah yang aku sembah"
Kemudian Allah mengkhabarkan juga bahwa mereka juga tidak akan mau menyembah Allah di masa yang akan datang, Allah ta'ala berfirman:
وَلَاۤ أَنتُمۡ عَـٰبِدُونَ مَاۤ أَعۡبُدُ
"Dan tidaklah kalian itu akan menyembah Allah yang aku sembah."
Makna tahdid juga dipahami dari sabab nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut. Bahwa orang-orang kafir Quraisy menawarkan kepada Nabi untuk bergantian dalam beribadah. Satu tahun mereka siap beribadah kepada Allah, selanjutnya Nabi yang diminta untuk beribadah kepada berhala-berhala mereka.
Ayat ini turun memberitahukan kepada Nabi bahwa orang-orang kafir tersebut (tertentu) tidak akan mau beriman dan beribadah kepada Allah. Karena itu Nabi memberi ketegasan bahwa beliau menolak untuk beribadah kepada berhala-berhala, dan bahwa agama yang benar hanyalah Islam sementara agama orang-orang kafir tersebut adalah agama yang batil, harus mereka tinggalkan.
Penafsiran ayat ini sebagaimana penafsiran firman Allah ta'ala:
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَاۤءَ فَلۡیُؤۡمِن وَمَن شَاۤءَ فَلۡیَكۡفُرۡۚ إِنَّاۤ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّـٰلِمِینَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن یَسۡتَغِیثُوا۟ یُغَاثُوا۟ بِمَاۤءࣲ كَٱلۡمُهۡلِ یَشۡوِی ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَاۤءَتۡ مُرۡتَفَقًا
[Surat Al-Kahfi 29]
"Dan katakanlah (wahai Muhammad), al Qur'an/ Islam adalah kebenaran dari Tuhan kalian, barang siapa yang menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir, sesungguhnya Kami telah menyiapkan untuk orang-orang yang dzalim (kafir) neraka yang gejolaknya mengepung mereka. Apabila mereka meminta pertolongan (minum) mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah, itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."
Penafsiran Surat Al-Kahfi ayat 29 sudah dijelaskan sebelumnya di TAFSIR AYAT AQIDAH 39.
Ayat ini tidak berarti kebebasan dalam beragama, tidak berarti bahwa setiap orang boleh menganut agama yang disukainya, sehingga setiap orang bisa masuk surga dengan agama yang dianut tersebut, sebagaimana dipahami oleh sebagian orang. Tidak demikian. Agama yang Haq adalah Islam. Maka siapapun yang mati dalam keadaan kafir (selain islam) maka neraka selamanya.
Referensi:
Tafsir al Qurthubi
Tafsir an Nasafi