NEWS

Tafsir Ayat Aqidah Surat Al-Hadid 27

TAFSIR AYAT AQIDAH 65

 وَجَعَلۡنَا فِی قُلُوبِ ٱلَّذِینَ ٱتَّبَعُوهُ رَأۡفَةࣰ وَرَحۡمَةࣰۚ وَرَهۡبَانِیَّةً ٱبۡتَدَعُوهَا مَا كَتَبۡنَـٰهَا عَلَیۡهِمۡ إِلَّا ٱبۡتِغَاۤءَ رِضۡوَ ⁠نِ ٱللَّهِ فَمَا رَعَوۡهَا حَقَّ رِعَایَتِهَاۖ فَـَٔاتَیۡنَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مِنۡهُمۡ أَجۡرَهُمۡۖ وَكَثِیرࣱ مِّنۡهُمۡ فَـٰسِقُونَ

[Surat Al-Hadid 27]

"Dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya (nabi Isa), mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, mereka melakukannya karena mencari keridloan Allah, kemudian mereka tidak menjaganya dengan sebenar-benarnya, Kami datangkan pahala pada orang-orang yang beriman di antara mereka, dan kebanyakan di antara mereka orang-orang yang fasiq". 


*Penjelasan*:

Dalam ayat ini menyebutkan sifat-sifat para pengikut nabi Isa 'alayhissalam di zamannya yang beriman, yaitu:

1. Dalam hatinya penuh dengan ra'fah (kelembutan dan kesantunan) dan Rahmah (kasih sayang).

Artinya mereka selalu saling menyayangi dan berlemah lembut satu dengan yang lainnya.

2. Mereka membuat perkara baru (bid'ah) yang berupa rahbaniyyah dan bernadzar untuk melakukannya.

Rahbaniyyah tidak diwajibkan oleh Allah, tetapi mereka mengada-adakannya untuk mencari ridlo Allah ta'ala. 

Ibadah Rahbaniyyah adalah *tidak menikah dan mengasingkan diri dari bergaul dengan masyarakat umum dalam rangka menjaga diri dari fitnah dalam agama dan memfokuskan diri untuk beribadah.*

Namun selanjutnya mereka terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Sebagian mereka memenuhi nadzar mereka. Allah ta'ala memberi pahala kepada para pengikut nabi Isa tersebut yang beriman kepada nabi Muhammad ﷺ.

2. Sebagian mereka tidak memenuhi nadzar mereka. Dan mayoritas mereka tidak beriman kepada nabi Muhammad ﷺ.

Ayat ini menunjukkan bahwa di antara bid'ah ada yang disebut dengan bid'ah hasanah. Dalam ayat ini para pengikut nabi Isa membuat bid'ah berupa Rahbaniyyah untuk mencari ridlo Allah, dan itu adalah pujian Allah terhadap mereka. Pujian Allah terhadap perbuatan mereka menunjukkan bahwa di antara bid'ah ada yang baik (hasanah).

Bid'ah secara bahasa adalah sesuatu yang dibuat tanpa ada contoh sebelumnya.

Bid'ah secara istilah adalah sesuatu yang tidak ada nashnya dalam al Qur'an dan hadits.

Imam Syafi’I sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari menyatakan:

قال الإمام الشافعي رضي الله عنه: اَلْبِدْعَةُ بِدْعَتَانِ مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ، فَمَا وَافَقَ السُّنَّةَ فَهُوَ مَحْمُوْدٌ وَمَا خَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمٌ (رواه عنه الإمام البيهقي وغيره)

“Bid’ah itu ada dua; yang terpuji dan yang tercela, bid’ah yang sesuai dengan sunnah (hukum dan syariat) maka ia terpuji dan bid’ah yang bertentangan dengan sunnah (hukum dan syariat) maka dia tercela”

Bid'ah hasanah juga dapat dipahami dari sabda Rasulullah ﷺ:

مَنْ أحْدَثَ في أمرِنا هذا ما ليس مِنْهُ فهو ردٌّ. رواه مسلم

“Barang siapa yang membuat perkara baru (yang belum dilaksanakan oleh Nabiy ﷺ) dalam agama kita ini yang bukan bagian dari agama maka ia tertolak”

Dalam hadits ini Rasulullah ﷺ menjelaskan kepada kita bahwa perkara  baru yang tertolak adalah apabila bertentangan dengan syari’at, sedangkan yang sesuai dengan syari’at maka tidak ditolak. 

Referensi

Tafsir Marah Labid

Tafsir an Nasafi

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar