Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukti Otentik Kesesatan Aqidah Tajsim Tasybih Wahabi

Bukti Otentik Kesesatan Aqidah Tajsim Tasybih Wahabi


Akal adalah syahid (saksi) yang membuktikan kebenaran syara'. Inilah sebenarnya yang dilakukan oleh para ulama tauhid ahlussunnah wal jamaah. Yang mereka lakukan adalah tawfiq (pemaduan) antara kebenaran syara' dengan kebenaran hujjah akal, dengan mengikuti jejak Nabi Ibrahim - seperti dikisahkan al-Quran - ketika berhujjah dengan Raja Namrud dan kaumnya. Ketika itu, Nabi Ibrahim menundukkan mereka dengan dalil akal.

Fungsi akal dalam agama adalah *sebagai saksi bagi kebenaran syara'* bukan sebagai peletak dasar bagi agama itu sendiri. Berbeda dengan para ahli falsafah (yang diikuti ibnu taimiyah dan para pengikutnya, Taimiyyun-wahhabiyyun) yang jika mereka berbicara tentang Allah, malaikat dan banyak perkara-perkara lain maka mereka hanya berdasarkan penalaran akal semata. Mereka menjadikan akal sebagai dasar agama tanpa memandang ajaran yang dibawa oleh para nabi. 

Tuduhan golongan Mushabbihah (kaum yang sama sekali tidak memfungsikan akal dalam agama) terhadap Ahlus-Sunnah sebagai 'Aqlaniyyun (kaum yang hanya mengutamakan akal) atau sebagai golongan Mu"tazilah atau Afrakhul-Mu'tazilah (anak didik Mu'tazilah) dengan alasan karena lebih mendahulukan akal, adalah tuduhan yang salah alamat. Hal ini tidak ubah seperti kata pepatah Arab; “Qabihul-kalam silahul-li’am” (kata-kata yang buruk adalah senjata golongan yang hina). 

*Awas Sesat*:

Terbukti bahwa Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam kitabnya Majmu' Fatawa:

(قال) *أن محمدا رسول الله ﷺ يجلسه ربه على العرش معه. اه‍*

" bahwa *Rasulullaah Muhammad didudukkan oleh Allaah di atas Arsy bersama-Nya*" 

*(Ibnu Taimiyyah, Majmu' Fatawa, j.4, h.374).*

Aqidah atau Keyakinan buruk dan sesat Ibnu Taimiyyah ini di samping telah dinyatakan sendiri dalam karya-karyanya, demikian pula telah disebutkan oleh para ulama yang semasa dengannya atau para ulama yang datang setelahnya. 

Dengan demikian keyakinan ini bukan fitnah belaka, tapi memang benar adanya sebagai keyakinan Ibnu Taimiyyah yang sangat buruk ini. Dan keyakinan inilah di masa sekarang ini yang di propagandakan oleh para pengikutnya (kaum wahhabiy).

Dengan bukti dan referensi yang jelas ini bagi orang yang berpikir dengan jernih (menggunakan akal) yang menerima kebenaran dengan lapang dada bukan dengan fanatik buta sehingga membabi buta jika ada idolanya salah, atau ada yang mengingatkan sebagai sesama saudara muslim agar menjauhi keyakinan yang sesat dan menyesatkan pasti akan berterima kasih. 

Sebaliknya bagi orang yang hatinya telah di sesatkan oleh Allaah meski seribu bukti seribu dalil sekalipun tidak akan terima. 

Aqidah buruk wahhabi itu bertentangan dengan ajaran Nabi dan para sahabat serta para ulama ahlussunnah wal jama'ah.

*Perhatikan Ajaran Nabi*:

Rasulullah bersabda:

كان الله ولم يكن شىءٌ غيره (رواه البخاري والبيهقي)

*“Allah ada tanpa permulaan dan tidak ada sesuatu apapun selain-Nya”* (H.R al-Bukhari dan al-Baihaqi)

(Shahîh al-Bukhâri; Kitâb Bad’i al-Khalq.)

Makna hadits ini bahwa Allah Azali, artinya ada tanpa permulaan, dan tidak ada sesuatu apapun bersama-Nya, tidak ada air, tidak ada udara, tidak ada bumi, tidak ada langit, tidak ada Kursi, tidak ada ‘Arsy, tidak ada manusia, tidak ada jin, tidak ada malaikat, tidak ada waktu, dan tidak ada tempat. Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah. Allah yang telah menciptakan tempat dan arah, maka Allah tidak membutuhkan kepada keduanya.

*Perhatikan Ajaran Sahabat*:

 قال سيدنا علي بن أبي طالب رضي الله عنه:

*"إن الله تعالى خلق العرش إظهارا لقدرته لا مكانا لذاته"*. اهـ، 

Sayyidina Ali berkata: 

*"Sesungguhnya Allah menciptakan 'arsy untuk menampakkan kemaha-kuasaan-Nya, bukan Ia jadikan tempat bagi Dzat-Nya."*

- وقال أيضا: "قد كان ولا مكان وهو الآن على ما كان". اهـ، أي موجود بلا مكان.

رواهما الإمام المقدم الأستاذ أبو منصور البغدادي (ت429هـ) في بيان الأصول التي اجتمع عليها أهل السنة، من كتابه "الفرق بين الفرق"، (ص/333، دار المعرفة)

Beliau juga berkata: "Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat, dan Dia sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap ada tanpa tempat."

[Kedua perkataan sayyidina Ali radliyallahu 'anhu ini diriwayatkan oleh Imam terkemuka al Imam Abu Manshur al-Baghdadi (w. 429 H) ketika menguraikan pokok-pokok keyakinan yang telah disepakati Ahlussunnah dalam karyanya 'al-Farqu bayna al-Firaq', hlm 333, terbitan Dar al-Ma'rifah].

*Perhatikan para ulama aswaja menjelaskan*:

 وفي كتاب العقد الفريد (2/92، دار الكتب العلمية) لأحمد بن محمد بن عبد ربّه الأندلسي (ت328هـ): 

-وسُئل علي بن أبي طالب رضوان الله عليه: أين كان ربُّنا قبل أن يخلق السماء والأرض؟ فقال: أين توجبُ المكان، وكان الله عزّ وجلَّ ولا مكان.اهـ 

Dalam Kitab al-'Iqd al-Farid, juz 2, hlm 92, karya Ahmad bin Muhammad bin 'Abdi Rabbih al-Andalusi (w. 328 H), dituturkan : Ali bin Abi Thalib ditanya: di mana Tuhan kita sebelum menciptakan langit dan bumi ?. Beliau jawab : kata "di mana" mengharuskan tempat, sedangkan *Allah ada tanpa tempat*.

-وذكر الإمام أبو المعين النسفي(ت508هـ) في كتابه بحر الكلام (ص/117، مكتبة دار الفرفور): وعن علي رضي الله عنه: أنه سئل أين كان ربنا قبل أن خلق العرش؟ 

فقال رضي الله عنه: أين سؤال عن المكان، وكان الله ولا مكان ولا زمان، وهو الآن كما كان.اهـ

Imam Abu l-Ma'in an-Nasafi (w. 508 H) dalam kitabnya Bahru l-Kalam (hlm 117, Penerbit Daru l-Farfur), dituturkan : Sayyidina Ali ditanya : di mana Tuhan kita sebelum menciptakan 'arsy ?. Beliau jawab: kata "di mana" adalah pertanyaan tentang tempat, sedangkan Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat dan masa. Dia sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap ada tanpa tempat.

Sampai sini, bagi yang berakal akan dapat membedakan antara aqidah yang diusung Wahhabi dan aqidah Aswaja. Sangat bertentangan. 

Sudah paham?

*Kekejaman Wahhabiy*

WAHABI adalah ajaran yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi (1115-1206 H / 1703-1792 M) dari Najd, Semenanjung Arabia. 

Sejarah telah mencatat akan kekejaman kelompok wahhabi, sebagaimana disebutkan oleh al-imam Ahmad Zaini Dahlan asy-Syafi’i yang merupakan Mufti Makkah pada masanya. 

Syekh Zaini Dahlan, mufti syafi'iyyah terakhir di Makkah, lahir di Makkah tahun 1231 H dan *wafat di Madinah tahun 1304 H atau 1886 M*. Bagi santri pondok pesantren namanya tentu tidak asing karena berkat jasanya santri bisa baca kitab kuning, beliau adalah pengarang kitab *Nahwu Mukhtashar Jiddan Syarh Ajurumiyyah*.

*Perhatikan:*

Tahun lahir dan meninggalnya keduanya.

Muhammad Abdul wahhab 1206 H.

Syaikh Zaini Dahlan w. 1304 H. 

Ini artinya orang yang paling penting dalam sejarah. 

Dalam kitabnya *FITNAH WAHABIYAH*, Syaikh Zaini Dahlan menyebutkan:

"Awal mula munculnya Wahabiyah, beberapa tahun sebelum itu, mereka menghimpun kekuatan di wilayah mereka terlebih dahulu, kemudian mulai menebar kekejian dan bertambah parah, kekuasaan mereka bertambah luas sampai mereka membunuh banyak orang hingga tak terhingga, mereka menghalalkan darah orang lain, menyandera perempuan-perempuan. PENDIRI MADZHAB WAHABI INI ADALAH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB ."

Wahhabi telah melakukan berbagai macam penindasan dan pembantaian di berbagai wilayah termasuk Makkah, bahkan orang-orang lanjut usia, wanita yang lemah serta anak-anak tidak ada yang selamat dari hunusan senjata mereka dalam penyerangan tersebut.

Wahhabiyah dengan buas menyerang tanah suci Makkah dan Madinah, mereka tidak lagi mengindahkan kemuliaan tanah suci tersebut, bahkan membantai kaum tua, menyembelih para ulama dan anak-anak, menyandera wanita-wanita muslimah, merampas harta kaum muslim serta merampas semua benda berharga yang disimpan di makam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan semua ini mereka lakukan atas nama Islam, atas nama menghapus bid’ah dan kesyirikan. 

Na'udzubillah min dzâlik.

Al-imam asy-syekh Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab sejarah yang beliau tulis mengatakan:

"Ketika kaum wahhabi berhasil memasuki wilayah Thaif merekapun melakukan pembantain secara masal, membunuh kaum lanjut usia dan anak-anak, para pejabat khilafah serta bawahannya, pemuka agama dan kaum awam. Mereka bahkan menyembelih bayi yang masih menyusui di depan ibunya, menggeledah rumah-rumah dan membunuh penghuninya, mereka melihat sekelompok kaum muslimin tengah membaca al-Qur’an, lalu semua jama’ah inipun mereka sembelih, mereka masuk masjid lalu menyembelih orang disana, bahkan yang sedang ruku’ dan sujudpun mereka bantai, mereka membatai semua penduduk daerah tersebut, semoga Allah memberi mereka balasan siksa yang teramat pedih”. 

Beliau kemudian melanjutkan:

*“mereka (wahhabiy) merampas harta benda penduduk thaif, perabotan rumah dan lain-lain, mereka berpesta pora dengan barang-barang tersebut, dan  begitu banyaknya harta benda yang dirampas hingga tumpukan yang mereka himpun di perkemahan bagaikan gunung, semuanya mereka ambil kecuali kitab-kitab syar’i, mereka malah merobek-robeknya lalu melemparkannya di jalanan, padahal selebaran-selebaran tersebut adalah kitab suci al-Qur’an, shahih al-Bukhari dan Muslim serta kitab hadits lainnya, kitab Fiqih, Nahwu dan disiplin ilmu agama lainnya, sehingga jalanan penuh dengan robekan kitab-kitab yang dimuliakan Islam tersebut, mereka menginjaknya saat melalui jalanan tersebut, ini berlangsung berhari-hari dan tidak ada seorangpun yang berani mengutipnya, meskipun satu lembar (disebabkan kekejaman wahhabi yang melarangnya)”.*

Ungkapan beliau ini cukup untuk menunjukkan pada kita bagaimana bengis dan kejamnya wahhabi.

Inilah fakta sebenarnya wahhabi,  mereka yang mengatas namakan pengikut salaf dan mengaku sebagai pembela Tauhid serta Aqidah Islam ternyata merupakan parasit yang menempel pada tubuh ummat Islam bahkan telah masuk ke dalam hati sebagian ummat Islam yang kemudian secara perlahan siap memakan dan membinasakan kaum muslimin dari dalam.

Wahhabi apabila dibiarkan akan menjadi racun yang masuk kedalaam hati lalu menyatu dengan darah, seolah-olah ia adalah bagian dari tubuh tersebut, namun ternyata ia adalah penghancurnya.

*Faidah Penting*

Makna firman ALläh ta^älä 

والفتنة أشد من القتل (البقرة ١٩١) 

الفتنة في الدين اي الكفر أشد من القتل 

Fitnah atau musibah dalam urusan agama yakni kufur atau syirik lebih besar dosanya dibandingkan dosa membunuh.

Sedangkan, jika seseorang mengatakan suatu yang buruk dibelakang seorang muslim yang TIDAK BENAR ADANYA pada diri muslim tersebut maka disebut *BUHTAN.* 

Contoh, jika seseorang mengatakan bahwa Zaid pemalas (padahal kenyataannya dia rajin), atau jika seseorang mengatakan bahwa Amar pendusta (padahal dia orang yang jujur).

Maka orang yang mengatakan kedustaan tersebut pada seorang muslim di belakang si Muslim ini disebut Buhtan. Dan Buhtan hukumnya haram dalam Islam. 

Jadi buhtan sangat berbeda pengertiannya dengan *fitnah* dalam Islam. Sebab dalam Islam *makna fitnah artinya adalah tersebarnya penyimpangan syara' (kesesatan atau kekufuran). Yaitu hal-hal yang membuat orang keluar dari Islam jika dia melakukannya atau mengikutinya.*

Oleh karena itu, ayat dalam al-Qur'an, "fitnah lebih kejam dari pembunuhan", bukanlah fitnah yang bermakna buhtan. Melainkan fitnah yang artinya kekufuran yang menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. 

Sebab Nabi صلى الله عليه وسلم menjelaskan bahwa dosa yang paling besar dan tidak Allaah maafkan adalah kufur. Sedangkan Allaah memaafkan dosa-dosa di bawahnya. Pelaku kekufuran hanya bisa bertaubat dengan kembali kepada Islam dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat. 

Sehingga, apabila dikatakan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan maka maknanya adalah kekufuran lebih kejam dari pembunuhan. Sebab bila seseorang jatuh pada kekufuran, maka seluruh pahalanya akan musnah seperti debu diatas batu yang diterpa angin kencang dan hanya tertinggal dosa-dosanya saja. 

Semoga Allaah memberikan kita kekuatan untuk terus melakukan ketakwaan, Amiin.

*Bukti Otentik Dasar Kekejaman Wahabi*

Ketahuilah bahwa bibit Radikalisme dan terorisme berasal dari ajaran Wahhabi. Hal ini bukan tuduhan tetapi fakta ilmiah tidak dapat mereka tolak, bahwa wahhabi sangat mudah dalam mengkafirkan ummat islam lainnya yang tidak sefaham dengan mereka yang mana faham takfiri tersebut *akan berujung pada penghalalan darah dan harta kaum muslimin*.

*Awas Sesat, tapi inilah buktinya*:

*Muhammad bin Abdul Wahhab* pendiri sekte sesat wahhabiyah najd mengatakan:

قيل: وعرفت أن إقرارهم بتوحيد الربوبية لم يدخلهم في الإسلام، وأن قصدهم الملائكة أو الأنبياء أو الأولياء يريدون شفاعتهم، والتقرب إلى الله بذلك هو الذي أحل دماءهم وأموالهم؛

"bahwa pengakuan umat Islam pada tauhid rububiyah saja belum cukup untuk memasukkan mereka dalam Islam dan bahwa tawassul mereka kepada para malaikat, para nabi dan para wali dengan berharap syafaat mereka dan ingin mendekatkan diri mereka kepada Allah, *hal itulah yang menghalalkan darah dan harta mereka*". (kitab wahhabi, Kasyfu Syubhat)

Maka barangsiapa yang mengikuti wahhabi, maka dipastikan mereka menjadi teroris. Minimal mereka mengkafirkan orang ziarah kubur.

*Bukti berikutnya adalah:*

Mufti madzhab Syafi’i dan kepala dewan pengajar di Makkah pada masa Sultan Abdul Hamid Syekh Ahmad Zaini Dahlan mengatakan bahwa Muhammad ibn Abdul Wahhab pernah mengatakan:

“Sesungguhnya aku mengajak kalian pada tauhid dan meninggalkan syirik pada Allah, semua orang yang berada dibawah langit yang tujuh seluruhnya musyrik secara mutlak sedangkan orang yang membunuh seorang musyrik maka ia akan mendapatkan surga”.

[Ahmad Zaini Dahlan, al Duraru al Sunniyah fi al Raddi ‘ala al Wahhabiyah , (Kairo: Musthafa al Babi al Halabi), hal. 46]

Tingkat ekstrimisme wahhabi semakin tinggi karena ada iming-iming surga karena membunuh orang yang tidak sealiran dengannya, dan mereka anggap kafir musyrik. Ini jelas sangat berbahaya. 

Sudah banyak menjadi korban di berbagai negara, termasuk di Indonesia. 

*Bukti berikutnya lebih ekstrim lagi:*

Seorang mufti madzhab Hanbali Syekh Muhammad ibn Abdullah ibn Humaid an-Najdi w. 1295 H dalam kitabnya al Suhubu al Wabilah ‘ala Dhara-ih al Hanabilah berkata tentang Muhammad ibn Abdul Wahhab:

“Sesungguhnya dia (Muhammad bin abdul wahhab, pendiri wahhabi) apabila berselisih dengan seseorang dan tidak bisa untuk membunuhnya terang-terangan maka ia mengutus seseorang untuk membunuhnya ketika dia tidur atau ketika ia berada di pasar pada malam hari. Ini semua dia lakukan karena ia mengkafirkan orang yang menentangnya dan halal untuk dibunuh”.

[Muhammad al Najdi, Assuhub al Wabilah ‘ala Dharaih al Hanabilah, (Maktabah al Imam Ahmad), hal. 276]

Maka siapa saja yang menjadi pengikut Muhammad bin Abdul wahhab (wahabi) ini, dapat dipastikan mempunyai keyakinan ekstrim seperti ini. Mereka menghalalkan darah orang yang tidak sealiran dengannya.

Jadi jelas siapa itu wahabi. Jangan sampai diikuti atau malah dibelanya. Membelanya berarti sama saja menjadi pengikutnya. Na'udzubillaah .... 

Mau bukti lagi??? Masih banyak !!

Intaha

Bersambung

Allah Ada Tanpa Tempat

Posting Komentar untuk "Bukti Otentik Kesesatan Aqidah Tajsim Tasybih Wahabi"