Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karena Banyak Yang Tak Hirau Terhadap Kewajiban

 Karena Banyak Yang Tak Hirau Terhadap Kewajiban*

كثرت العبر وقل من اعتبر 

Kyai Abdul Haq

Saat ini, betapa banyak pelajaran berseliweran terpampang di depan mata. 

Namun terlampau sedikit yang akal dan hatinya tercerahkan dengan mengambilnya sebagai  bekal akhiratnya. 

Apa yang dapat kita ambil sebagai pelajaran saat kita mengalami pandemi seperti sekarang ini untuk bekal akhirat?? 

Disebutkan dalam tafsir Al Baghowi (6/95), bahwa Sayyiduna Abu Bakr Ash Shiddiq --rodliyallahu 'anhu-- berkata: 

"Wahai manusia kalian membaca ayat ini:

ياأيها الذين ءامنوا عليكم أنفسكم لا يضركم من ضل اذا اهتديتم (المائدة ١٠٥) 

Artinya: 

" Wahai orang-orang yang beriman. Jagalah diri kalian. Tidak lah berbahaya bagi kalian orang yang tersesat jika kalian mendapat hidayah." (QS. Al Maidah 105)**

Namun kalian menempatkan ayat ini tidak pada tempatnya; tidak memahami sebagaimana mestinya. Sesungguhnya Aku mendengar Rasulullah shollahu alayhi wa sallam bersabda: 

إن الناس إذا رأوا منكرا فلم يغيروه يوشك أن يعمهم الله تعالى بعقابه  رواه الإمام احمد 

" Sesungguhnya manusia jika mereka melihat kemungkaran (perkara yang bertentangan dengan syara') dan mereka tidak merubahnya; tidak melakukan kewajiban fardlu kifayah berupa amar ma'ruf nahi munkar, maka pasti Allah menimpakan musibah bagi mereka secara menyeluruh (baik orang khowash maupun awam; yang bersalah maupun yang tidak)." 

Dengan kata lain, ayat yang telah disebutkan jangan dipahami sebagai sikap acuh tak acuh apabila ada kemungkaran di sekeliling kita, asalkan diri kita sudah baik. Ayat di atas justru menjelaskan kewajiban amar ma'ruf dan nahi munkar bagi siapapun yang mampu. Dan jika sudah dilakukan, maka ia tidak terkena imbas mendapatkan dosa di akhirat akibat meninggalkan kewajiban amar ma'ruf nahi munkar. Namun tentu lah, orang yang sudah baik lahir batin nya, ketika beramar ma'ruf atsar-dampak nya akan lain dengan orang yang belum mengamalkan ilmunya. 

Banyak orang mengatakan " Urus saja dirimu sendiri; عليك بنفسك !!. Tidak usah mengurusi kehidupan orang lain. Atau bahasa singkat nya tidak usah ada yang namanya amar ma'ruf dan nahi munkar pada orang lain, yang penting kita sendiri yang baik. 

Ada dua kewajiban bagi kita yakni kita baik secara pribadi dengan mengaji ilmu agama dan mengamalkannya dan juga berbuat baik pada orang lain misalnya dengan cara mengajarkan ilmu agama pada orang lain. Dan diantara berbuat baik adalah ber amar ma'ruf dan nahi munkar --bil ma'ruf--.  

Lalu bagaimana kita melakukan kewajiban memerintahkan yang baik (amar ma'ruf) dan mencegah yang munkar jika membedakan antara yang ma'ruf dan munkar pun tak mampu? Bagaimana jika kita tidak bisa membedakan mana iman kepada Allah dan Rasul Nya (yang merupakan amal kebaikan; ma'ruf yang paling utama menurut Allah) dan mana kekufuran sebagai seburuk-buruk kemungkaran (dosa yang paling besar yang tidak diampuni jika sampai dibawa mati)? Apatah ada amar ma'ruf dilakukan dengan benar jika tidak kuasa membedakan mana perbuatan taat untuk dilakukan dan mana maksiat untuk dijauhi? Tidak membedakan mana yang halal untuk dicari mana yang haram untuk dijauhi? 

Jika ia belum selesai dengan dirinya sendiri dengan mengaji ilmu yang fardlu ain baik yang berhubungan dengan iman, fiqh dan akhlak, lalu bagaimana ia akan ber amar ma'ruf dan nahi munkar?? 

Ulama menyebutkan 

الجاهل عدو نفسه فكيف يكون صديق غيره 

Orang yang tidak paham ilmu agama yang fardlu ain adalah musuh bagi dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia menjadi orang yang mampu berbuat baik pada 'temannya'?!

**Dalam Tafsir Al Jalalain (1/109) disebutkan, ayat ini berkenaan dengan Ahlul Kitab namun ada juga yang  berpendapat juga berkaitan dengan selain mereka. 

Sumber rujukan: 

Tafsir Al Baghowi 6/95

Tafsir Al Jalalain 1/109

Musnad Ahmad

Posting Komentar untuk "Karena Banyak Yang Tak Hirau Terhadap Kewajiban"