Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Siapa itu Setan yang Bisu

Di zaman ini, sudah banyak bermunculan kesesatan-kesesatan yang terang-terangan dan sudah merambah kemana-mana. Maka dari itu, kita semua yang berfaham ahlussunnah wal jamaah asy'ariyah maturidiyah harus menyuarakan kebenaran. 


Kenapa kita harus mengingatkan dari penyimpangan-penyimpangan?

Ketahuilah wahai saudaraku bahwa mengingatkan Ummat Islam dari sesuatu yang bisa membahayakan mereka baik pada Urusan Agama atau dunia merupakan Kewajiban yang sangat dituntut, seperti mengingatkan seorang Muslim agar jangan sampai melewati jalan yang di situ terdapat para Penyamun atau begal yang bisa membahayakan nyawa dan hartanya.

Begitu juga merupakan sesuatu yang sangat wajib untuk mengingatkan umat Islam dari orang yang menyampaikan kepada mereka fatwa yang menyalahi Syari'at Allah atau mengajarkan kepada mereka Akidah yang menyalahi Akidah Rasulullah. Oleh karena itu, kita tidak boleh diam dalam hal ini. Tentu kita harus menyuarakan dengan ilmu yang benar dari guru-guru kita. 

Adapun orang yang diam dari menyebutkan penyimpangan-penyimpangan tersebut maka dia terjatuh pada dosa besar. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam:

"ليس منا من لم يأمر بالمعروف وينه عن المنكر"

artinya: "bukanlah termasuk orang-orang yang sempurna keimanannya dari golongan kami yang tidak mau mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran".

Amar Ma'ruf artinya mengajak untuk mengerjakan kewajiban dan Nahi mungkar artinya mencegah daripada sesuatu yang diharamkan. inilah yang seharusnya dipahami. Adapun diam dan juga meninggalkan Amar Ma'ruf dan Nahi mungkar tanpa ada Alasan yang dibenarkan oleh Syara maka itu merupakan suatu dosa dan maksiat Jika dia mampu mengerjakannya tetapi ia tinggalkan.

Allah berfirman:

(وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةࣱ یَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَیۡرِ وَیَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَیَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ)

[Surat Ali 'Imran 104]

"yang maknanya: "Hendaklah segolongan dari kalian mengajak kepada kebaikan ber-Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar".

Dan telah berkata Abu Ali Ad-Daqqaq:

"الساكت عن الحق شيطان أخرس"

Artinya "Barang siapa yang diam daripada menyampaikan kebenaran (Padahal ia Mampu melakukannya) maka dia adalah Setan Yang Bisu".  Risalah Qusyairiyyah hal 120.

Serta perlu untuk diketahui bahwa ber-Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar tidaklah mendekatkan ajal seseorang dan tidak akan menjadi sebab pemutus rezekinya. Maka hendaklah seorang mukmin bersungguh-sungguh dalam mencegah kemungkaran baik itu kemungkaran yang berupa kekufuran atau yang tidak sampai pada kekufuran daripada hal-hal yang diharamkan.

Seorang manusia tidak akan mati kecuali telah datang ajalnya dan tidak akan sampai kepadanya rezeki kecuali sesuai ukuran yang telah Allah Tentukan baginya.

Menyampaikan Ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah yang dengannya diketahui mana perbedaan dari keKufuran dan mana sebenarnya keImanan merupakan Jihad untuk menolak dan mencegah pemahaman kufur yang dibawa oleh kaum mujassimah dan musyabbihah dan lainnya daripada kelompok-kelompok menyimpang.

Orang yang diam di masa ini daripada menyampaikan ilmu Ahlussunnah bagaikan orang yang lari dari peperangan dan dia menanggung dosa yang besar akibatnya. 

Menolak kelompok-kelompok menyimpang ini dengan menjelaskan mana yang benar serta menyebutkan dalil-dalil merupakan hal yang paling wajib. Inilah di antara kewajiban yang harus dijalankan untuk tegaknya ajaran yang benar dalam agama Islam. Dan orang yang mencegah kemungkaran baik itu yang berupa amalan atau keyakinan di masa kita ini maka dia mendapatkan pahala seperti pahala yang didapati oleh 50 sahabat Nabi.

Sebagaimana disampaikan oleh Nabi dalam satu Hadist kepada para sahabatnya:

"فإن من ورائكم أيام الصبر للمتمسك فيها بمثل الذي أنتم عليه أجر خمسين"

"Akan datang setelah masa kalian ini hari-hari yang harus dilewati dengan penuh kesabaran bagi yang berpegang teguh pada saat itu dengan ajaran yang ada pada kalian ini (dengan menyampaikan kebenaran dan mencegah dari kemungkaran) ganjaran yang ia dapat seperti ganjaran yang didapatkan oleh 50 orang".

salah seorang sahabat yang bernama Abu Tsa'labah Al'khunasyi bertanya:

"منا أو منهم"

"50 orang dari kami atau dari mereka wahai Rasulullah"

Rasul pun menjawab:

"بل منكم"

"Tentu dari kalian"

Hadist ini berkaitan dengan Amar ma'ruf Nahi mungkar Karena untuk mencegah dari kemungkaran di masa ini begitu sulit dibandingkan dengan masa Sahabat Nabi. Di masa itu seorang Muslim menunjukkan dukungan dan bantuannya kepada saudara Muslim lainnya dalam kebaikan.

Adapun di masa kita ini seseorang bisa saja menunjukkan permusuhan terhadap saudaranya hanya disebabkan ia mencegahnya dari suatu kemungkaran atau bahkan permusuhan itu dari keluarganya sendiri.

Maka tidaklah boleh diam dari orang yang mengajak untuk melampaui batasan-batasan yang telah ditentukan oleh syariat sedangkan ia mampu untuk mencegah terutama di masa ini yang semakin banyak di situ orang-orang yang berbuat kerusakan seperti kelompok wahabiyah atau Hizbul Ikhwan atau HT yang membawa pemahaman-pemahaman yang menyimpang dari Akidah Islam. Orang-orang seperti ini wajib untuk diingatkan kepada orang lain atas penyimpangan mereka 

Telah diriwayatkan oleh Al-Bukhary bahwa sahabat hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu anhu bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam:

"هل بعد ذلك الخير من شر؟"

"Apakah setelah kebaikan Itu akan muncul keburukan Rasul pun menjawab?"

"نعم دعاة على أبواب جهنم من أجابهم إليها قذفوه فيها"

"Ya akan datang para "Dai-dai" yang mengajak kepada pintu neraka siapa yang mendengarkan mereka akan mereka lemparkan ke Neraka".

Sahabat Hudzaifah bin Al-Yaman pun berkata

"يا رسول الله صفهم لنا"

"Sebutkanlah kepada kami seperti apa ciri mereka wahai Rasulullah"

Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam pun menjawab:

"أناس من جلدتنا ويتكلمون بألسنتنا"

"mereka orang-orang dari kulit kita (mengaku Islam) dan berbicara dengan lidah kita (membaca Al-Qur'an dan Hadist akan tetapi dengan pemahaman menyimpang)".

Maka perlu diketahui bahwa orang-orang ini lebih berbahaya dari orang-orang kafir yang terang-terangan menampakkan diri. Karena pengaruh orang-orang ini sangat cepat, sebab mereka mengaku sebagai Muslim dan Membawa-bawa nama Islam serta membaca Alquran dan menyampaikan ayat-ayat dari-nya namun dengan pemahaman yang telah diselewengkan.

Adapun seorang kafir yang terang-terangan tidak mengaku sebagai Muslim Jika ia mencoba mengajak orang Muslim maka pada kebiasaannya orang tidak akan mengiyakan apa yang ia Sebutkan dalam memahami agama Islam

Mari Suarakan Kebenaran

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ﺣَﺘَّﻰ ﻣَﺘَﻰ ﺗَﺮِﻋُﻮْﻥَ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻔَﺎﺟِﺮِ ﺍﺫﻛُﺮُﻭْﻩُ ﺑِﻤَﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﻛَﻲْ ﻳَﺤْﺬَﺭَﻩُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ‏( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ )

maknanya: “Sampai kapankah kalian akan takut untuk menyebutkan kesesatan orang-orang sesat pada ummat, sebutkanlah kesesatannya agar ummat menjauhi mereka” (Riwayat al-Baihaqi)


Jika api dibiarkan menyala, maka bukan hanya hutan saja yang terbakar, tetapi juga perkampungan beserta isinya akan habis terbakar pula. Jika masyarakat tidak diberi peringatan dan diwaspadakan dari kelompok sesat, maka bukan hanya satu dua orang saja yang bermusuhan, akan tetapi satu negara akan binasa. 

Nabi sendiri pernah marah, dan langsung menegur kepada Khotib yang hanya karena masalah "kata ganti (dlomir)", ya masalah yang sepele tapi berakibat fatal dalam akidah. Kata Nabi:

بئس الخطيب أنت.....!!!!!

"Seburuk buruk khathib...itu kamu!!!!" kata Nabi saat mendengar seorang Khothib berkhotbah.

Membantah kelompok sesat dan memperingatkan ummat dari mereka adalah tuntunan para ulama Islam, sejak masa salaf hingga masa khalaf. Ulama tabi’in serta tabiut tabi’in (salaf), mereka senantiasa menjelaskan ilmu Tauhid dengan sangat terperinci, dengan menggunakan dalil-dalil Naqli dan Aqli. 

Diantaranya adalah al-imam Abu Hanifah pendiri mazdhab Hanafi. Bahkan beliau memiliki lima kitab kecil (risalah) yang sangat terkenal sekali di kalangan kaum muslimin tentang pembahasan Tauhid, dan kelima kitab tersebut adalah benar dari karangan beliau, sebagaimana dinyatakan oleh al-imam al-hafidh al-faqih Murtadla az-Zabidi al-Hanafi. Dan Imam Abu Hanifah juga telah berulang kali melakukan perjalanan dari Kufah ke Bashrah sebanyak lebih dari dua puluh kali guna membantah kelompok-kelompok sesat semisal Mu’tazilah dan kaum komunis atau kaum ateis (mereka yang tidak meyakini adanya Tuhan).

Imam Malik juga tidak segan untuk berkata... "Anda Pembohong!!!" Kepada sejawatnya Muhammad bin Ishaq, bahkan beliau berkata... anda kelompok Dajjal.

Selanjutnya al-imam asy-Syafi’I pendiri mazdhab asy-Syafi’i dengan sangat tegas membantah Hafsh al-Fard yang merupakan dedengkot mu’tazilah pada masanya, bahkan al-imam syafi’I mengatakan kepada al-Hafsh: “engkau wahai Hafsh telah kafir kepada Allah (yakni murtad)”. Hal ini di karenakan al-Hafs mengingkari sifat bagi Allah, ia meyakini bahwa Allah tidak memiliki sifat seperti al-Kalam, as-sam’u dan seterusnya. 

Demikian juga al-imam Abdurrrahman al-Awza’i dan al-imam Rabi’ah ar-Ra’yi membantah kesesatan Ghailan ibn Muslim al-Qadari, dan menghukumnya dengan hukumam pancung disebabkan pemikiran kufur yang ia miliki. 

Selanjutnya al-imam Abu Ja’far ath-Thahawi dengan sangat jeli dan mendalam membahas ilmu Tauhid dalam kitab khususnya yang beliau beri nama Aqidah Ahlissunnah wal jama’ah atau terkenal juga dengan nama al-‘Aqidah ath-Thahawiyah. Beliau merupakan salah satu ulama salaf yang terkemuka dari mazdhab Hanafi.

Para fuqoha tidak segan untuk saling menyalahkan diantara mereka, bahkan Imam Haromain berani mengritik Ayahnya sendiri yang notabene termasuk Ashabul wujuh dalam hirarki madzhab Imam Syafi'i.

Karena sebenarnya yang perlu di pertanyakan, Mengapa anda menyelisihi Syari'at yang haq??

Intaha

Allaah Ada Tanpa Tempat

Posting Komentar untuk "Siapa itu Setan yang Bisu"