Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hilangnya Ilmu dan Banyaknya Kebodohan

Hilangnya Ilmu dan banyaknya kebodohan, 


Ngaji Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jama’ah Karya Hadlratus Syaikh Hasyim Asy'ari

قال المؤلف رحمه الله تعالى:

(فصل) في ذكر الأحاديث والآثار الواردات في رفع العلم ونزول الجهل وإنذار النبي صلى الله عليه وسلم، وإعلامه بأن الآخر شر، وأن أمته ستتبع المحدثات من الأمور والبدع والأهواء ، وأن الدين إنما يبقى عند خاصة من الناس.

Pasal. Beberapa hadits dan atsar yang menjelaskan tentang hilangnya ilmu dan banyaknya kebodohan, serta peringatan Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam dan pemberitahuannya bahwa zaman akhir adalah era terburuk. Dimana umat beliau akan mengikuti model–model pembaharuan, bid’ah dan hawa nafsu . Agama hanya akan dianut oleh manusia-manusia tertentu saja .

Catatan

Secara umum, kondisi umat Islam dari satu masa ke masa berikutnya semakin buruk.

Generasi terbaik dari umat ini adalah generasi sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in, yakni tiga generasi pertama.

Mereka disebut dengan salaf, yaitu mereka yang hidup tiga abad pertama hijriyah. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda:

خير القرون قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم

"Sebaik-baik abad adalah abadku kemudian orang-orang yang mengiringinya kemudian orang-orang yang mengiringinya".

Namun secara individu, ada orang-orang yang hidup setelah masa salaf lebih baik dari sebagian orang yang hidup di masa salaf.

⛔️ Waspadalah, terhadap segala bentuk bid'ah munkaroh yang banyak muncul di zaman akhir ini, terutama bid'ah munkaroh di bidang akidah.

Tumbuh suburnya bid'ah-bid'ah munkaroh di tengah masyarakat adalah akibat dari menyebar dan meratanya kebodohan terhadap ilmu-ilmu agama.

Karena ilmu agama adalah cahaya, ilmu agama adalah kehidupan Islam. 

Untuk itu, jihad kita pada masa sekarang adalah menyebarkan ilmu agama Ahlusunnah Wal Jama’ah ke seluas mungkin masyarakat.

 قال ابن حجر العسقلاني رحمه الله تعالى في فتح الباري: {يقبض الله العلماء، ويقبض العلم معهم، فتنشأ أحداث ينزو بعضهم على بعض نزو العير على العير، ويكون الشيخ فيهم مستضعفا}. 

Imam Ibnu Hajar al–‘Asqolani rahimahullahu ta’ala di dalam kitab Fathul al–Baari berkata: Allah akan mencabut/mewafatkan ulama dan besertaan dengan itu pula Allah mencabut ilmu. Pada saat itulah akan muncul anak-anak muda yang sebagian mereka melompati sebagian yang lain, sebagaimana onta melompati onta-onta yang lain, sehingga orang-orang tua yang ada di antara mereka dianggap lemah.

Catatan

Wafatnya para ulama adalah mushibah yang sangat besar bagi umat Islam. Karena hal itu menjadi pertanda berkurangnya ilmu dari muka bumi.

Padahal kebaikan dunia ini adalah jika ilmu agama menyebar luas. Karena ilmu agama adalah cahaya, jika ilmu tidak menyebar maka manusia dalam kegelapan, mereka akan mudah terpengaruh oleh paham-paham ekstrim dan sesat. 

Jika di suatu daerah ilmu agama menyebar maka paham-paham ekstrim tidak akan bisa tumbuh dan berkembang, sebaliknya jika ilmu agama sedikit atau bahkan tidak ada maka paham ekstrim akan tumbuh subur di daerah itu.

Ketika para ulama telah wafat maka yang tersisa adalah anak-anak muda yang keilmuannya dangkal apalagi yang tidak pernah berguru yg bersanad tetapi merasa dirinya berilmu sehingga ia sesat dan menyesatkan orang lain.

وروى أبو أمامة رضي الله عنه لما كان حجة الوداع قام رسول الله صلى الله عليه وسلم على جمل آدم فقال: {يا أيها الناس خذوا من العلم قبل أن يقبض، وقبل أن يرفع من الأرض، ألا إن ذهاب العلم ذهاب حملته. فسأله أعرابي فقال: يا رسول الله كيف يرفع العلم منا وبين أظهرنا المصاحف، وقد تعلمنا ما فيها وعلمناها أبناءنا ونساءنا وخدمنا، فرفع إليه رأسه وهو مغضب، فقال: وهذه اليهود والنصارى بين أظهرهم المصاحف ولم يتعلقوا منها بحرف فيما جاءهم به أنبياؤهم}

Abu Umamah radliyallahu ‘anhu meriwayatkan, ketika berlangsung haji wada’ Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam berdiri di atas ontanya yang coklat seraya berpidato menyampaikan amanatnya: “Wahai segenap manusia ambillah ilmu sebelum ia dicabut dan sebelum ia diangkat dari permukaan bumi, Ingatlah bahwa sesungguhnya hilangnya ilmu itu bersamaan dengan kewafatan pembawanya. Seorang Baduwi lantas bertanya kepada Nabi, Ya Rasulullah, bagaimana ilmu itu dilenyapkan dari kita, sementara di hadapan kita terbentang mushaf-mushaf, sungguh kita telah mempelajari apa yang ada di dalamnya, dan kami mengajarkannya kepada anak-anak kita, istri-istri kita dan pembantu-pembantu kita? Rasulullah mengangkat kepalanya pada orang ‘Araby itu, beliau tampak marah dan berkata: Kaum Yahudi dan Nasrani ini di hadapannya juga terpampang kitab-kitab mereka tetapi mereka sedikitpun tidak berpegang teguh kepada apa-apa yang telah diajarkan oleh para Nabinya kepada mereka”.

Catatan:

Hendaknya kita bersegera menuntut ilmu kepada para ulama, sebelum mereka wafat. Karena jika mereka wafat sedangkan kita belum menuntut ilmu dari mereka, maka keseluruhan ilmu sang ulama tersebut berarti juga telah hilang bersamaan dengan kewafatannya. 

Namun jika kita telah mengambil ilmu sang ulama tersebut maka meski tidak secara keseluruhan, sebagian ilmu masih bisa dipertahankan keberadaannya di bumi. Keberadaan kitab al Qur'an, hadits dan kitab-kitab para ulama jika tidak dipelajari pada para ulama maka sama saja ilmu tidak ada lagi, karena ilmu itu yang ada dalam hati, bukan yang tertulis dalam buku.:

 وقال ابن مسعود رضي الله عنه قال: {لا يزال الناس مشتملين بخير ما أتاهم العلم من أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم وأكابرهم، فإذا أتاهم العلم من قبل أصاغرهم وتفرقت أهواؤهم هلكوا}.

Imam Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu berkata: “Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama datang pada mereka ilmu dari para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam dan para pembesarnya. Tetapi ketika ilmu yang diterima oleh mereka itu bersumber dari orang-orang rendahan di antara mereka dengan segala kepentingan hawa nafsu yang berbeda maka rusaklah manusia seluruhnya”.

Catatan

Dalam menuntut ilmu seseorang harus memperhatikan dari siapa dia belajar ilmu agama. Kita harus memastikan bahwa kita belajar kepada seorang guru yang berilmu, bersanad dan tsiqoh (terpercaya).

Jika seseorang belajar kepada orang yang tidak memenuhi tiga kriteria di atas maka dia terancam menyimpang dalam memahami ilmu-ilmu agama.

⛔️ Waspadalah terhadap orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai seorang ustadz tetapi dia mudah berfatwa tanpa ilmu, berfatwa dengan mengikuti hawa nafsunya.

Keberadaan para ulama yang tsiqoh (terpercaya) adalah jaminan kebaikan bagi masyarakat. Hilangnya mereka dalam suatu daerah adalah kerusakan bagi masyarakat.

Posting Komentar untuk "Hilangnya Ilmu dan Banyaknya Kebodohan"