Tafsir Surat Al Fatihah
TAFSIR SURAH AL FATIHAH
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِیْمِ(١)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِیْنَۙ(٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِیْمِۙ(٣) مٰلِكِ یَوْمِ الدِّیْنِؕ(٤) اِیَّاكَ نَعْبُدُ وَ اِیَّاكَ نَسْتَعِیْنُؕ(٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِیْمَۙ(٦) صِرَاطَ الَّذِیْنَ اَنْعَمْتَ عَلَیْهِمْ غَیْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَیْهِمْ وَ لَا الضَّآلِّیْنَ۠(۷)
PENJELASAN
بسم الله الرحمن الرحيم
Basmalah adalah ayat pertama dalam surat Al Fatihah *menurut al Imam as-Syafi'iy*. Sedangkan menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah tidak menjadi bagian dari Surat Al Fatihah.
Ta'alluq (kaitan) dari jar majrur dalam ayat ini bisa berupa isim yang dibuang Misalnya ابتدائي (permulaanku) atau fiil yang dibuang misalnya ابدأ (Aku memulai).
Lafadz al jalalah Allâh ( الله ) adalah nama bagi Dzat yang pasti adanya secara akal (al wajib al wujud) yang berhak terhadap segala pujian dan satu-satunya yang berhak untuk disembah. Lafadz al Jalalah adalah isim jaamid, tidak musytaq (diambil) dari lafadz lain.
Nama Allah (الرحمن) ar Rahman maknanya Dzat yang banyak memberi rahmat kepada orang-orang mukmin dan kafir di dunia dan hanya pada orang-orang mukmin saja di akhirat.
Nama Allah (ar Rahim) maknanya Dzat yang banyak memberi rahmat kepada orang-orang mukmin.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Ayat ini berisi hamdalah atau tahmid.
Hamdalah maknanya pujian dengan lisan terhadap al jamil al ikhtiyari (nikmat yang dianugerahkan oleh Allah kepada makhluk-Nya, padahal bukan kewajiban bagi Allah untuk memberikannya).
Allâh adalah satu-satunya Dzat yang berhak mendapatkan pujian tersebut karena Dia adalah yang melimpahkan nikmat-nikmat-Nya, Dia adalah pemilik, pengatur dan pencipta alam semesta.
Alam adalah segala sesuatu selain Allah. Segala sesuatu selain Allah disebut alam karena menjadi alaamah (tanda) akan adanya Allah ta'ala yang telah menciptakannya. Karena akal manusia tidak menerima jika dikatakan bahwa alam ini ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya. Akal manusia memastikan bahwa setiap sesuatu yang dulunya tidak ada kemudian menjadi ada, pasti ada yang mengadakannya dari tidak ada menjadi ada.
*Perhatian:*
Ayat ini membantah kesesatan Aqidah wahdatul wujud atau al wahdah al muthlaqoh yang mengatakan bahwa tidak ada yang ada selain hanya Allah, alam adalah Allah dan Allah adalah alam, setiap bagian dari alam ini adalah bagian dari Allah.
Ayat di atas secara tegas menjelaskan bahwa Allah itu ada dan alam semesta juga ada, bahwa Allah adalah pemilik alam semesta, karena Dia yang telah menciptakannya, Dia yang telah yang mengadakan alam semesta dari tidak ada menjadi ada.
Para ulama membagi sesuatu yang ada (mawjud) menjadi dua, yaitu:
1. Mawjud muujid ghoiru muujad ( ada yang mengadakan dan tidak diadakan), yaitu Allah ta'ala.
2. Mawjud muujad ghoiru muujid (ada yang diadakan dan tidak mengadakan), yaitu makhluk.
Adanya Allah tidak diadakan dari tidak ada, sedangkan adanya makhluk diadakan dari tidak ada menjadi ada . (الدخول في الوجود)
Kemudian
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Makna dua nama Allah ini telah dijelaskan dalam penafsiran basmalah di atas.
Ar Rahmaan tergolong sebagai nama Allah yang khusus, tidak boleh selain-Nya dinamakan atau dipanggil dengan nama itu. Demikian juga lafdzul jalalah, Allah.
Sedangkan ar Rahiim tergolong sebagai nama umum, boleh selain Allah dinamakan dan dipanggil dengan nama tersebut, tetapi dengan makna yang berbeda, terbukti bahwa salah satu nama nabi adalah Rahiim.
مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah adalah pemilik hari pembalasan atau hari kiamat. Namun yang dimaksud adalah bahwa Allah pemilik dunia dan akhirat, Allah pemilik segala sesuatu.
Hal itu karena Allah yang telah menciptakan segala sesuatu. Karena Allah adalah pemilik alam semesta ini maka Allah berhak untuk memperlakukan dan melakukan tindakan apa saja terhadap makhluk milik-Nya sesuai dengan yang Dia kehendaki, baik di dunia maupun di akhirat nanti.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Penafsiran ayat ini menjelaskan bahwa hanya Allah saja yang berhak disembah/diibadahi, hanya Allah yang ditunduki dengan puncak ketundukan.
Ayat ini juga menjelaskan bahwa hanya Allah yang dimintai pertolongan untuk memberikan taufiq dalam melakukan kebaikan dan ketetapan hidayah. Karena hati manusia berada dalam kekuasaan Allah.
*Ayat ini tidak menunjukkan larangan tawassul, tabarruk dan Istighotsah dengan nabi atau wali, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.*
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Ayat ini berisi do'a kepada Allah agar menetapkan hidayah pada jalan yang lurus, yakni *Islam*.
Do'a ini perlu senantiasa dipanjatkan *karena iman dan Islam itu bisa batal* dengan sebab keyakinan, perkataan dan perbuatan yang kufur, padahal keselamatan seseorang ditentukan ketika seseorang mati.
Orang yang mati dalam keadaan muslim maka dia akan selamat dari keabadian di neraka. Dan orang yang mati dalam keadaan kafir (suul khotimah) maka dia akan abadi di neraka.
صراطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Ayat ini menjelaskan bahwa Islam adalah jalan orang-orang yang diberi nikmat, yakni para nabi dan para malaikat.
Semua para nabi mulai dari nabi Adam sampai dengan nabi Muhammad adalah seorang muslim, demikian juga semua para malaikat, mereka semua beragama Islam.
Ayat ini juga menjelaskan bahwa agama yang dianut oleh orang-orang Yahudi yang dimurkai oleh Allah dan agama yang dianut oleh orang-orang Nashrani yang sesat bukanlah jalan yang lurus, bukanlah agama Islam yang diajarkan oleh para Nabi.
Orang-orang Yahudi telah menyimpang dari agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Musa, Demikian juga orang-orang Nashrani, mereka telah menyimpang dari agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Isa alaihissalam.
Referensi
Ad Durr al Mashun fi Tafsir Juz Amma
Tafsir Marah Labid
والله أعلم وأحكم
الله موجود بلا مكان
Allâh Ada Tanpa Tempat
Posting Komentar untuk "Tafsir Surat Al Fatihah"