Tafsir Ayat Aqidah Surat Ar-Ra'd 11
TAFSIR AYAT AQIDAH 55
إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُغَیِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَاۤ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمࣲ سُوۤءࣰا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
"Sesungguhnya Allah tidak merubah kenikmatan yang ada pada suatu kaum sampai mereka merubah sesuatu yang ada pada diri mereka *dengan melakukan maksiat*, Apabila Allah berkehendak keburukan pada suatu kaum maka tidak ada sesuatupun yang bisa menolaknya dan mereka tidak memiliki penolong selain Allah".
*Penjelasan*:
Para ulama menafsirkan lafadz maa (ما) dalam ayat
إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُغَیِّرُ مَا بِقَوۡمٍ
dengan
العافية والنعمة
(kesehatan/kewarasan dan kenikmatan).
Sedangkan lafadz maa (ما) pada ayat
حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
dengan melakukan banyak ma'shiyat.
Sehingga makna ayat di atas adalah *"Sesungguhnya Allah tidak merubah kesehatan, kewarasan dan kenikmatan yang telah Allah berikan kepada suatu kaum selama mereka tidak melakukan banyak kemaksiatan"*.
Ayat ini menunjukkan bahwa salah satu *penyebab* kenikmatan seseorang dicabut oleh Allah dan berubah menjadi musibah adalah kekufuran dan kemaksiatan.
Agar kenikmatan yang Allah karuniakan tidak dicabut oleh Allah, maka manusia *harus tetap dalam keimanan dan ketaatan kepada Allah*.
Perhatian*
Ayat ini tidak menunjukkan bahwa iradah (kehendak) dan taqdir (ketentuan) Allah itu bisa berubah. Karena salah satu prinsip Akidah Aswaja adalah bahwa sifat Allah seluruhnya azaliyah abadiyah (tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan, *tidak berubah*) sebagaimana Dzat-Nya juga azali abadi.
Sifat yang haaditsah (berpermulaan dan berubah) adalah sifat makhluk, tidak boleh Allah disifati dengan sifat makhluk.
Ayat ini terkait dengan *taqdir mu'allaq*. Karena para ulama membagi taqdir menjadi dua, yaitu:
1. *Taqdir mubrom*, yaitu taqdir yang dalam catatan malaikat yang dikutip dari al lauh al mahfudz hanya tercatat satu pilihan, sehingga taqdir itulah yang pasti terjadi.
Taqdir mubrom seperti, si fulan adalah sa'id (mati husnul khotimah), si fulan syaqiy (mati suul khotimah).
2. *Taqdir mu'allaq*, yaitu taqdir yang dalam catatan malaikat yang dikutip dari al lauh al mahfudz tercatat dua pilihan, yang setiap pilihan tersebut digantungkan pada perbuatan manusia.
Contoh taqdir mu'allaq adalah:
Apabila si fulan berdo'a maka dia akan sukses dan apabila dia tidak berdo'a maka dia akan gagal.
Apabila si fulan bersedekah maka dia akan selamat dari musibah, dan apabila dia tidak bersedekah maka dia akan tertimpa musibah.
Apabila si fulan bershilaturrahim maka dia akan panjang umur, dan jika dia tidak shilaturrahim maka dia mati tahun ini.
Jika si fulan melakukan *sebab-sebab keselamatan maka dia selamat*, dan apabila dia tidak melakukannya maka dia akan terkena bahaya, tidak akan selamat.
Taqdir mu'allaq tidak berarti bahwa taqdir Allah bisa berubah karena pada azal Allah mengetahui si fulan itu berdo'a atau tidak, bersedekah atau tidak, bershilaturrahim atau tidak, melakukan sebab-sebab keselamatan atau tidak, karena Allah ta'ala yang menciptakan dan menentukan perbuatan yang akan dipilih oleh manusia tersebut.
Mu'allaq di sini adalah mu'allaq dalam catatan malaikat yang bertugas melaksanakan ketentuan Allah, karena malaikat tidak mengetahui apa yang akan dilakukan oleh manusia.
Mu'allaq di sini bukan mu'allaq bagi Allah, karena Allah telah mengetahui pada azal tentang yang akan diperbuat oleh manusia.
Hikmah adanya taqdir mu'allaq dan dirahasiakan taqdir Allah adalah agar manusia melakukan sebab-sebab tertentu untuk meraih sesuatu yang diinginkannya, karena memang sebagian perkara diciptakan oleh Allah dengan menciptakan sebab sebelumnya.
- Penyebab kaya adalah bekerja
- Penyebab berilmu adalah belajar
- Penyebab kesembuhan adalah minum obat
- Penyebab keselamatan adalah berhati-hati
- Dan seterusnya
*Awas*:
Ayat ini sering disalahpahami bahwa taqdir bisa dirubah sesuai yang dirubah manusia itu sendiri. Ini artinya Allah dikalahkan oleh keinginan perubahan manusia itu sendiri. Maka makna yang seperti ini menyalahai aqidah ahlussunnah wal jamaah. Oleh karena itu, berhati-hatilah, waspadalah!!