Tafsir Ayat Ruhina dan Ruhi Suat Al Anbiya 91
*Tafsir firman Allah subhaanahu wata'ala*
*(من روحنا) dan (من روحي)*
الحمدُ للهِ والصَلاةُ والسَلامُ على رَسولِ الله وبعد:
تفسير قوله تعالى: ﴿مِن رُّوحِنَا﴾ وقوله تعالى: ﴿مِن رُّوحِي﴾
لِيُعْلَمْ أنَّ الله تَعالى خَالِقُ الرُّوح والجَسَدِ فَلَيسَ رُوحًا ولا جَسَدًا، ومَعَ ذلِكَ أضَافَ الله تَعَالى رُوحَ عِيسَى صلى الله عليه وسلم إلى نَفْسِه على مَعْنى المِلْكِ والتَّشْريفِ لا للجُزْئِيَّةِ في قَولِه تَعالى
﴿ مِن رُّوحِنَا ﴾ [سورة الأنبياء، ٩١]،
Hendaklah diketahui bahwa Allâh subhaanahu wata'ala adalah pencipta roh dan jasad, maka Allâh bukan roh dan bukan jasad. Meski begitu Allâh menisbatkan roh Nabi Isa 'alayhissalam kepada Dzat-Nya dengan makna *al-milk (memiliki)* dan *at-Tasyrif (memuliakan)*, yakni Allâh memiliki roh Nabi Isa dan memuliakannya, bukan dengan makna al juz'iyyah, *roh Nabi Isa bukan bagian dari Dzat-Nya*. Ini lah makna ayat terdapat dalam firman Allah :
(من روحنا)(سورة الأنبياء: ٩١)
وكذلكَ في حَقّ ءادَمَ قولُهُ تعَالى ﴿مِن رُّوحِي﴾
[سورة ص: ٧٢]
Demikian pula Allah berfirman tentang Nabi Adam 'alayhissalam:
(من رو حى)(سورة ص: ٧٢)
فَمعنَى قَولِهِ تَعالَى ﴿فَنَفَخْنَا فِيهِ مِن رُّوحِنَا﴾
[سورة التحريم: ١٢] أَمَرْنَا جِبْرِيلَ عليهِ السّلامُ أنْ يَنفُخَ في مَرْيمَ الرّوحَ التي هِي مِلْكٌ لَنا ومُشَرَّفَةٌ عِنْدَنَا،
Jadi makna firman Allah:
(فَنَفَخۡنَا فِیهَا مِن رُّوحِنَا)
[Surat At Tahrîm: 91]
"Kami memerintahkan kepada Jibril 'alayhissalam untuk meniupkan ke dalam Maryam, roh yang merupakan milik kami (ciptaan) dan mulia menurut kami"
لأَنَّ الأَرْواحَ قِسْمَانِ أَرْوَاحٌ مُشَرَّفَةٌ وَأَرْوَاحٌ خَبِيثَةٌ، وَأرْوَاحُ الأنْبِيَاءِ منَ القِسْمِ الأوَّلِ، فَإِضَافَةُ رُوحِ عِيسَى ورُوح ءادَمَ إلى نَفْسِه إضَافَةُ مِلك وتَشْريفٍ.
Karena roh-roh itu terbagi menjadi dua bagian: roh yang di muliakan (arwah musyarofah) dan roh yang buruk (arwah khabitsah). Roh para Nabi termasuk bagian pertama, roh yang dimuliakan. Jadi penyandaran (idlafah) roh Nabi Isa dan roh Nabi Adam kepada Allâh adalah idlafah milk wa tasyrif (penyandaran yang berarti kepemilikan dan pemuliaan Allah terhadap keduanya).
ويَكفُر من يَعتَقدُ أنَّ الله تعالى روحٌ. فالرّوحُ مخلوقةٌ تَنزَّهَ الله عن ذلِكَ.
Dan *kafir hukumnya orang yang meyakini bahwa Allah subhaanahu wati'ala adalah roh*, karena roh adalah mahluk dan Allah maha suci darinya.
وكذَلِكَ قَولُه تَعَالى في الكَعْبةِ ﴿بَيْتِيَ﴾ [سورة الحج: ٢٦] فَهِيَ إضَافَةُ مِلكٍ للتشريفِ، لا إضَافَةُ صِفَةٍ أو مُلابَسَةٍ لاسْتِحَالَةِ المُلامَسَةِ أو المُماسَّةِ بَيْنَ الله والكَعْبَةِ.
Demikian juga Firman Allâh Ta'ala tentang Ka'bah,
﴿بَيْتِيَ﴾ (سورة الحج: ٢٦)
Maka juga penyandaran ka'bah kepada Allah yang artinya kepemilikan dan pemuliaan Allâh terhadap Ka'bah. Tidak idlafah bermakna sifat atau bertempat (mulâbasah, bertempat tinggal), karena mustahil bagi Allâh bersinggungan atau bersentuhan antara Allâh dan Ka'bah.
وَكَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿رَبُّ الْعَرْشِ﴾ (سُورَةَ الْمُؤْمِنُون: ١١٦) لَيْسَ إِلَّا لِلدِّلَالَةِ عَلَى أَنَّ اللَّهَ خَالِقُ الْعَرْشِ الَّذِي هُوَ أَعْظَمُ الْمَخْلُوقَاتِ لَيْسَ لِأَنَّ الْعَرْشَ لَهُ مُلابَسَةٌ لِلَّهِ بِالْجُلُوسِ عَلَيْهِ أَوْ بِمُحَاذَاتِهِ مِنْ غَيْرِ جُلُوسٍ، لَيْسَ الْمَعْنَى أَنَّ اللَّهَ جَالِسٌ عَلَى عَرْشِهِ بِاتِّصَالٍ وَلَيْسَ الْمَعْنَى أَنَّ اللَّهَ مُحَاذٍ لِلْعَرْشِ بِوُجُودِ فَرَاغٍ بَيْنَ اللَّهِ وَبَيْنَ الْعَرْشِ إِنْ قُدِّرَ ذَلِكَ الْفَرَاغُ وَاسِعًا أَوْ قَصِيرًا كُلُّ ذَلِكَ مُسْتَحِيلٌ عَلَى اللَّهِ، وَإِنَّمَا مَزِيَّةُ الْعَرْشِ أَنَّهُ كَعْبَةُ الْمَلائِكَةِ الْحَافِّينَ مِنْ حَوْلِهِ كَمَا أَنَّ الْكَعْبَةَ شُرِّفَتْ بِطَوَافِ الْمُؤْمِنِينَ بِهَا.
Demikian juga firman Allâh:
﴿رَبُّ الْعَرْشِ﴾ (سُورَةَ الْمُؤْمِنُون: ١١٦)
Ini juga tidak menunjukkan kecuali bahwa Allâh pencipta 'Arsy, makhluk Allâh yang terbesar ukurannya. Idlafah (penyandaran) ini bukan karena 'Arsy memiliki kaitan dengan Allâh sebab Allâh duduk di atasnya atau berada di atasnya dengan jarak, juga bukan dengan duduk menempel.
Jadi maknanya bahwa bukan Allâh duduk di atas 'Arsy dengan menempel, juga bukan berarti Allâh berada di atas 'Arsy dengan adanya ruang kosong, baik diperkirakan luas atau sempit, antara Allâh dengan 'Arsy. Ini semua mustahil bagi Allâh.
Jadi sesungguhnya 'Arsy ini diistimewakan oleh Allâh sehingga menjadi istimewa tidak lain adalah sebagai kiblat para malaikat yang thowaf (mengelilinginya), sebagaimana ka'bah yang dimuliakan dengan orang-orang mukmin yang thawaf mengelilingi ka'bah.
وَمِنْ خَوَاصِّ الْعَرْشِ أَنَّهُ لَمْ يُعْصَ اللَّهُ تَعَالَى فِيهِ، لِأَنَّ مَنْ حَوْلَهُ كُلُّهُمْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ لا يَعْصُونَ اللَّهَ طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَمَنِ اعْتَقَدَ أَنَّ اللَّهَ خَلَقَ الْعَرْشَ لِيَجْلِسَ عَلَيْهِ فَقَدْ شَبَّهَ اللَّهَ بِالْمُلُوكِ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الأَسِرَّةَ الْكِبَارَ لِيَجْلِسُوا عَلَيْهَا وَمَنِ اعْتَقَدَ هَذَا لَمْ يَعْرِفِ اللَّهَ. وَيَكْفُرُ مَنْ يَعْتَقِدُ الْمُمَاسَّةَ لِاسْتِحَالَتِهَا فِي حَقِّ اللَّهِ تَعَالَى.
Dan diantara keistimewaan 'Arsy pula bahwa 'Arsy tidak pernah dilakukan disana perbuatan maksiat (sedikit pun) kepada Allâh, karena yang berada di sekililing 'Arsy adalah para malaikat yang semuanya mulia, yang tidak pernah berbuat maksiat kepada Allâh sekejap matapun.
Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Allâh menciptakan 'Arsy untuk duduk di atasnya, maka ia telah menyerupakan Allâh dengan para raja yang membuat ranjang-ranjang besar untuk duduk di atasnya, dan orang yang meyakini ini berarti dia belum mengenal Allâh (kafir). Dan dihukumi kafir, orang yang meyakini Allâh bersentuhan dengan sesuatu karena hal ini mustahil bagi Allâh.
Intaha
Allâh Ada Tanpa Tempat
Ref: Ash-shirath Al Mustaqîm.
Posting Komentar untuk "Tafsir Ayat Ruhina dan Ruhi Suat Al Anbiya 91"